62 ensambel gendang lima sendalanen dan telu sendalanen cukup mampu diimitasi
oleh instrument keyboard.
4.2 Peran Alat Musik Keteng-Keteng Dalam Gendang Telu Sendalanen
Keteng-keteng dan mangkok memiliki peranan yang sama dalam ensambel sebagai musik pengiring. Namun keteng-keteng sebagai alat musik pengiring
memiliki peran yang unik, yakni menghasilkan bunyi imitasi tiruan dari bunyi empat alat musik pengiring yang terdapat pada ensambel gendang lima
sendalanen. Dalam pola permainan alat musik keteng-keteng terdapat sora bunyi penganak, gung, cak-cak pola ritem singanaki dan singindungi. Pola pukulan
mangkok merupakan pukulan konstan berulang-ulang mengikuti pola permainan penganak atau gung dalam ensambel gendang lima sendalanen.
Susunan alat musik tradisional yang tergabung dalam ensambel gendang telu sendalanen biasanya menggunakan 2 alat musik keteng-keteng dan 1 alat
musik belobat atau kulcapi sebagai instrument pembawa melodi.
4.2.1 Sistem Pembelajaran Alat Musik Keteng-Keteng
Pembelajaran alat musik keteng-keteng dilakukan dengan memberi contoh dalam bentuk permainan berupa pola irama tertentu, biasanya dalam bentuk
ritem yang sederhana kemudian diikuti oleh orang yang sedang mempelajari teknik bermain alat musik keteng-keteng. Demikian seterusnya dilakukan secara
berulang-ulang. Setelah pola sederhana dapat dimainkan dengan baik, kemudian mempelajari berbagai pola ritem yang lebih rumit dan seterusnya. Setelah
seseorang yang sedang belajar sudah mampu memainkan ragam pola ritem, serta
Universitas Sumatera Utara
63 secara variatif dapat memainkan kedua senar dengan baik, barulah seseorang
dapat bermain dalam bentuk ensambel. Sistem pembelajaran keteng-keteng ini adalah secara tradisional. Selain belajar langsung dengan guru, sebagian
masyarakat Karo juga ada yang mempelajari alat musik tradisional keteng-keteng secara mandiri otodidak dengan cara mendengar rekaman, kemudian
memainkannya. Ini adalah baagian dari sistem pembelajaran tradisi lisan, yaitu tradisi yang diwariskan dan diajarkan melalui kelisanan, tidak melalui tulisan.
Walaupun masyarakat Karo sebenarnya mengenal juga sistem tulisan, namun inti transmisi budaya adalah melalui lisan.
Beberapa tahun belakangan minat dan kepedulian masyarakat terhadap kesenian tradisi semakin besar. Beberapa orang yang dianggap mahir memainkan
alat musik tradisi seperti keteng-keteng sering dilibatkan dalam program-program pelatihan alat musik tradisi. Selain program-program pelatihan yang ada, beberapa
sekolah di kabupaten Karo memberikan ruang terhadap kesenian tradisional terutama pada mata pelajaran seni budaya.
4.2.2 Penggunaan keteng-keteng dalam erpangir ku lau
Dalam pola permainan alat musik keteng-keteng terdapat sora bunyi penganak, gung, cak-cak pola ritem singanaki dan singindungi. Pola pukulan
mangkok merupakan pukulan konstan berulang-ulang mengikuti pola permainan penganak atau gung dalam gendang lima sendalanen. Dengan demikian melalui
alat musik keteng-keteng, peranan musikal bunyi dari beberapa alat musik seperti, penganak, gung, cak-cak dapat digantikan oleh alat musik ini. Para
pemain gendang telu sendalanen bermain musik dalam posisi duduk. Alat musik
Universitas Sumatera Utara
64 kulcapi dimainkan dengan posisi tangan kanan memangku ujung alat musik
sekaligus jari tangan kanan memegang kuis-kuis, yaitu alat petik yang terbuat dari kayu atau kadang-kadang dari tanduk binatang. Sementara tangan kiri memegang
kerahong neck kulcapi sekaligus jari-jari tangan kiri berperan menekan senar kulcapi dalam memainkan melodi. Keteng-keteng dimainkan dengan meletakkan
alat musik tersebut di lantai di depan pemain, mangkok juga ditempatkan dalam posisi serupa. Repertoar atau kumpulan komposisi musik tradisional yang
digunakan dalam upacara tersebut adalah; gendang perang belin, gendang jumpa malem, katoneng-katoneng, gendang kelayaren, dan gendang peselukken.
Susunan-susunan lagu yang digunakan dalam erpangir ku lau antara lain: 1 Perang Belin, 2 Marimari, 3 Odak-odak, 4 Kelayaren, 5 Gendang
Pesaluken. Instrumen musik keteng-keteng merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari fungsi keseluruhan instrumen musik dalam ensambel gendang telu sendalanen. Pada bagian selanjutnya, perenan keteng-keteng tersebut akan lebih
dominan pada saat memainkan Gendang Peseluken, peranan irama yang kian cepat akan berpengaruh dalam proses terjadinya seluk pada guru yang merupakan
pemimpin dalam pelaksanaan upacara tersebut. Dalam upacara erpangir ku lau terjadi interaksi antara pemusik dengan
seorang guru sibaso atau dukun. Musik dalam upacara ini menjadi sebuah media agar seorang guru mencapai trance. Dalam upacara ini biasanya tidak terjadi
komunikasi verbal antara seorang guru dengan pemusik berkaitan dengan musik yang akan dimainkannya. Namun dibutuhkan sebuah intuisi atau kepekaan bila
mana seorang guru sibaso akan mencapi trance. Kepekaan inilah yang menjadikan
Universitas Sumatera Utara
65 landasan bagi seorang pemain keteng-keteng kapan dimainkan tempo lambat,
kapan juga beralih ketempo yang lain sesuai dengan kebutuhan selama upacara erpangir ku lau berlangsung.
4.3 Perkembangan Penyajian Keteng-Keteng