57
3.5 Kajian Fungsional 3.5.1 Posisi Memainkan
Posisi memainkan keteng-keteng tentunya pemain mempunyai posisi nyaman agar dapat memainkan keteng-keteng dengan maksimal. Teknik
memainkan keteng-keteng juga tidak terlalu berbeda dengan memainkan alat musik pukul sejenisnya. Dimana memainkan Keteng-keteng tetap menggunakan
dua buah stik yang juga berasal dari bambu yang sama. Namun yang berbeda memainkan Keteng-keteng ialah posisi duduk. Telapak samping kaki kiri
digunakan sebagai pengganjal Keteng-keteng agar tidak bergeser.
3.5.2 Posisi Tubuh
Untuk posisi tubuh dalam memainkan keteng-keteng itu tergantung dari penggunaan keteng-keteng tersebut. Bila keteng-keteng dimainkan pada acara
ritual pada ensambel gendang telu sendalanen, si pemain keteng-keteng duduk di lantai bersimpuh atau kaki dilipat, dengan posisi badan tegak. Pada saat keteng-
keteng tidak dimainkan di dalam acara ritual misalnya acara hiburan, maka posisi tubuh bisa duduk juga berdiri dan keteng-keteng ditaruh di atas sebuah meja.
3.5.3 Teknik Memainkan Keteng-keteng
Teknik memainkan keteng-keteng menurut Bapak Bangun Tarigan tidak ada yang terlalu khusus. Pada mulanya posisi duduk sesuai dengan yang
diterangkan diatas kemudian, kedua tangan memegang kedua buah stik. Teknik dasar merupakan sebuah awal untuk pemain keteng-keteng sebelum selanjutnya
bermain-main dengan ritem yang dihasilkan keteng-keteng, adapun teknik dasar
Universitas Sumatera Utara
58 yang dimaksud adalah meletakkan keteng-keteng diatas telapak samping kaki kiri,
dan kaki kanan sebagai penahan. Pemain mengunakan kedua tangan, kiri dan kanan untuk memegang dua buah stik yang terbuat dari bambu yang dikikis
dengan berukuran panjang 20 cm atau sejengkal jari orang dewasa. Untuk awal mula memainkan keteng-keteng biasanya lagu yang diiringi ialah lagu Odak-odak
dan Simalungun Rayat. Ritem yang dipukul biasa disebut tang cek, tung dan gung. Sesuai bunyi yang dihasilkan Keteng-keteng. Bunyi Tang untuk
menyebutkan bunyi gendang-gendang, Cek berarti stik ditahan pada gendang- gendang, Tung berarti bunyi penganak dan Gung menyebutkan bunyi Gung.
Kedua tangan memukul senar Gung bersamaan, lalu memukul senar perkusi dua kali lalu diakhiri dengan memukul senar penganak dan kembali lagi pada senar
gung. Begitu seterusnya. Ritem yang lainnya juga dapat dihasilkan tergantung pada lagu apa yang dimainkan.
Universitas Sumatera Utara
59 Keterangan Simbol :
= Suara Gung
= Suara Penganak
= Suara Gendang
Universitas Sumatera Utara
60
BAB IV KETENG-KETENG PADA MASYARAKAT KARO
4.1 Eksistensi Keteng-keteng
Menurut Sempa Sitepu dalam Kaban 2012 : 193, latar belakang diciptakannya alat musik keteng-keteng adalah untuk menanggulangi kesulitan
memanggil ensambel gendang lima sendalanen. Disamping melibatkan personil yang cukup banyak; yakni minimal lima orang, biaya yang dibutuhkan juga besar.
Sehingga untuk acara yang tidak begitu besar seperti ndilo tendi memanggil roh atau erpangir ku lau, alat musik keteng-keteng tersebut dapat menggantikan peran
ensambel gendang lima sendalanen. Didalam permainan alat musik keteng- keteng, balobat digunakan sebagai pembawa melodi menggantikan sarune dalam
ensambel gendang lima sendalanen. Bila dilihat dari eksistensinya alat musik keteng-keteng semakin
terlupakan dalam masyarakat Karo seiring berjalannya waktu, hal ini dapat dilihat dikehidupan masyarakat Karo sendiri, saat ini bila kita berkunjung ke desa-desa di
Kabupaten Karo tidak akan kita temui masyarakat yang membawa dan memainkan keteng-keteng. Hal ini tidak terlepas dari perkembangan zaman dan
pengaruh dari budaya luar, serta masuknya agama di daerah Karo. Sebagian masyarakat masih percaya kalau setiap alat musik tradisional Karo itu berkaitan
dengan hal-hal yang berbau mistis dan bertentangan dengan agama mereka saat ini. Masyarakat Karo juga sudah banyak meninggalkan acara ritual-ritual
tradisinya terlebih lagi yang berkaitan dengan hal-hal yang gaib seperti raleng tendi, perumah begu, erpangir ku lau dan acara ritual lainnya. Dengan
Universitas Sumatera Utara