Pemasaran DINAMIKA KARET DI DESA RUMAH SUMBUL 1953-1995

mendatangkan tenaga kerja kekerabatan sebanyak 20-25 orang. Sedangkan tenaga kerja produksi hanya memakai tenaga keluarga berjumlah 3 orang. Berbeda dengan tenaga kerja dalam mengolah karet pasca panen hanya satu orang yang terpakai, tindakan yang dilakukan hanya dengan memasukkan karet ke mesin penggiling. Bentuk olah karet yang masih dalam bentuk plan-sheat memudahkan tenaga kerja dalam pengangkutan hasil olah karet tersebut sebelum di pasarkan. Tenaga kerja yang dibutuhkan yakni tenaga kerja keluarga berjumlah satu orang. Pada priode tahun 1990-1995 bagian pemeliharaan, produksi, pengolahan karet pasca produksi dan pengangkutan, semakin memberatkan petani karet dengan biaya yang terus meningkat. Bagian budidaya pemeliharaan, dibutuhkan biaya pemupukan, biaya penyemperotan, biaya pembabatan, peremajaan, pemberantasan hama penyakit, sistem budidaya yang sangat rentan sensitif membuat banyak tenaga kerja yang dibutuhkan untuk penanganan masalah tersebut. Biaya pemeliharaan selama 6 tahun membutuhkan 18 kali tenaga kerja sewaan didatangkan. Jumlah tenaga kerja setiap masuk ke pertanian karet berjumlah 3 orang. Tenaga kerja produksi berjumlah 2 orang, pengolahan karet panca produksi 2 orang dan pemasaran 2 orang.

4.6 Pemasaran

Sub bab ini membahas tentang tindakan perhitungan hasil produksi karet dan jalur tata niaga karet. Dalam usaha memperlancar arus barang dan jasa dari produsen ke konsumen, maka salah satu faktor penting adalah memilih saluran pemasaran yang efisien dan efektif. Saluran pemasaran yang diterapkan di Desa Rumah Sumbul disebut jalur tata niaga saluran satu. Saluran ini hanya menempatkan tiga pelaku dalam pertanian karet yakni petani karet, pedagang pengumpul desa dan pabrik pengolah karet 69 Pada priode tahun 1955, jalur tataniaga karet dimulai dari kegiatan memproduksi karet sebelum dibentuk menjadi karet olah. Bentuk olah karet wujud dari plan-sheet dengan proses pembentukan yang lebih rumit dan memakan waktu. Minimnya jumlah petani karet pada priode ini berbanding seimbang dengan hasil produksi yang didapat. Hasil produksi hanya mencapai 10-25 kgha. Proses pembentukan karet menjadi bentukan plan sheet kembali mengurai yang semula berada pada berat 25 kg menjadi 15 kg. Hasil seperti ini membuat petani hanya menjadikan karet sebagai tanaman tidur. Harga yang didapat petani karet setiap kilonya dihargai Rp. 200 . 70 69 Proseding Konfrensi Negara Karet Volume II, Medan : Balai penelitian Sungai Putih, 1986. . Para penampung yang memungut hasil produksi karet ini dari kalangan Etnis Cina dan prajurit dengan status TNI. Dalam waktu satu tahun pihak Tengkulak Cina menghampiri hasil produksi karet di Desa Rumah Sumbul sebanyak 8-10 kali. Setelah hasil produksi karet diserahkan petani kepada Tengkulak Cina langsung dibawa ke tempat tinggal mereka yang berada di Medan. Alur yang terahir dalam tataniaga pemasaran karet ini, pihak Tengkulak Cina menjual ke negeri Malaysia untuk diperoses disana. Pertemuan diadakan dekat dengan pelabuhan. Hasil produksi karet ini dibawa dengan kapal barang untuk diproses dan dijadikan barang 70 Wawancara, dengan Nueh Ginting. Desa Rumah Sumbul, 12 April 2015. jadi di negri jiran tersebut 71 Tata niaga pemasaran pada priode tahun 1975-1985 menambah para penampung karet yang semakin heterogen. Ramainya para penampung karet yang datang ke Desa Rumah Sumbul menambah semarak kehidupan ekonomi pertanian karet. Penampung penggalas ini datang dari Bangun Purba bernama Si Kacang, penampung dari Pertumbuken dan yang ketiga penggalas dari delitua yang bernama Naba Karo-Karo . 72 . Penampung karet ini menggunakan mobil truck, dari peryataan informan sering terjadi pristiwa mobil yang jatuh ke jurang, penyebabnya faktor fasilitas dari jalan yang masih memperihatinkan. Sistim pertemuan antara pihak tengkulak dengan petani karet di Desa Rumah Sumbul terlebih dahulu melakukan janji. Biasanya waktu yang dipilih petani pada Hari Rabu dan Hari Jumat 73 Pada priode 1990-1995 muncul tengkulak yang berasal dari Desa Rumah Sumbul sendiri. Bagian masyarakat yang menjadi tengkulak memiliki status material . Harga karet dihargai pada priode ini setiap kilonya dengan bentuk plan sheet dihargai Rp. 15.000. Petani memperoleh pendapatan setiap bulanya dengan rata rata setiap hektarnya diperoleh 30 kg dalam bentuk plan sheet. Diperoleh perkalianya 30 kg x 2 xRp. 15.000ha x 85 x 4 jumlah panen setiap bulanya, maka diperoleh pendapatan petani karet sebesar Rp. 3.060.000. Hasil produksi karet pada priode ini dibawa ke perusahaan karet di Amplas untuk diolah kelanjutanya. 71 Wawancara, dengan Nini Marvel, Desa Rumah Sumbul, 12 April 2015. 72 Wawancara, dengan Nuah Ginting, Desa Rumah Sumbul, 15 April 2015 73 Wawancara, dengan Runggu Tarigan, Desa Rumah Sumbul, 15 April 2015 yang lebih memumpuni dari penduduk lainya. Tengkulak ini memiliki 2 mobil truck untuk mengangkut hasil pertanian, memiliki anggota berjumlah 8 orang, dan memiliki hubungan dengan pihak perusahaan karet di Amplas. Karet olah yang telah selesai dihargai, tengkulak mengumpulkan terlebih dahulu di pekarangan rumahnya, sebelum nantinya diangkut dan dipasarkan ke pabrik pengolah karet. Tengkulak ini juga melakukan sistem ijon terhadap petani-petani karet bertujuan untuk mengikat pihak petani. Pada priode ini karet olah plan sheet dihilangkan dan dikonsentrasikan bentuk olah karet dengan bentuk lump. Harga lump per kilonya sebesar Rp.7500. Proses pendapatan dalam pemasaran terhadap petani karet yakni setelah selesai penyadapan dalam waktu 3 x seminggu pada hari jumat bertepatan hari pasar di Kecamatan Stm Hulu dijajakan kepada para tengkulak. Biaya yang dikeluarkan petani dalam mengolah karet produksi ke dalam bentuk plan sheet pada bagian pemprosesan dengan menggunakan mesin. Namun kebanyakan petani memilih menggunakan cara manual yang berbahan dasar kayu. Petani yang menggunakan jasa mesin dalam membentuk karet dikenai biaya Rp.5kg. Dalam memproses karet menjadi lumb digunakan cuka. Biaya cuka dikenai Rp.100 satu ember pecah. Jumlah cuka ini dapat digunakan sampai 3 bulan kemudian. Saluran pemasaran yang juga disebut saluran distribusi atau saluran pemasaran perdagangan dapat digambarkan suatu route atau jalur. Jenis tata niaga yang diterapkan di Desa Rumah Sumbul yakni jalur tata niaga saluran satu. Untuk lebih jelasnya akan dibahas dalam bentuk gambar dibawah ini. Gambar 4. Jalur tata niaga karet di Desa Rumah Sumbul Jalur tata niaga pemasaran ini terealisir tidak terlepas dari peranan jalan yang sangat singkat ditempuh menuju pusat kota seperti Lubuk Pakam dan Medan. Jarak yang ditempuh sejauh 40 km dengan 2 jam perjalanan menggunakan tranportasi darat. Hal ini menjadikan desa sebagai pusat yang strategis sebagai wilayah prekonomian terutama dalam bentuk pertanian. Kota Ampla s PABRIK PENGOL AHAN KARET PEDAGANG PENGUMP UL DESA PETAN I KARE

BAB V PENGARUH PERTANIAN KARET RAKYAT