Proses Peralihan Karet ke Kelapa Sawit

berada dekat dengan jalan raya yang terdapat di Dusun 2. Untuk lebih jelasnya, mengenai peralihan pertanian karet ke kelapa sawit tersebut akan dibahas di bagian sub bab dibawahh ini.

6.1 Proses Peralihan Karet ke Kelapa Sawit

Konversi alih fungsi adalah suatu tindakan melakukan perubahan komoditi lama menjadi tanaman komoditi baru disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan melalui hasil yang lebih menguntungkan 89 Sub bab ini akan dibahas mengenai proses peralihan karet ke kelapa sawit. Penekanan pembahasan yakni, jumlah petani karet yang beralih ke kelapa sawit, bagian wilayah yang menjadi penanaman kelapa sawit, bagian waktu saat terjadinya peralihan karet, proses peralihan karet ke kelapa sawit. . Jumlah petani yang beralih dari karet ke kelapa sawit terdapat kira-kira 15 rumah tangga 90 89 Wahid Asrul, “Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat Mengkonversi Lahan Karet Menjadi Lahan Kelapa Sawit di Kabupaten Asahan”, Dalam Tesis S-2 Belum Diterbitkan, Medan : Pasca Sarjana USU, 1992. , kelompok yang memulai peralihan dari tengkulak dan keluarga terdekat. Para tengkulak mengajak kerabat terdekat yang berada di Desa Rumah Sumbul untuk beralih ke kelapa sawit. Jumlah masyarakat terus bertambah meninggalkan pertanian karet, setelah melihat secara langsung pertanian kelapa sawit yang telah berkembang dari pemilik tengkulak dan kerabat terdekat di Desa Rumah Sumbul. Namun begitu, pula beberapa petani karet yang beralih kepada kelapa sawit dengan inisiatif sendiri tanpa mengikuti ajakan para tengkulak. Kondisi ini faktor pengalaman langsung yang 90 Wawancara, Murni Br Sitepu, Desa Rumah Sumbul, 12 April 2015. diamati dari perkebunan-perkebunan besar di sekitar desa. Kira-kira warga yang pindah 5 rumah tangga 91 . Jumlah masyarakat yang beralih sebanyak 2 dari total 700 rumah tangga yang berada di Desa Rumah Sumbul namun angka ini akan terus meningkat pesat setiap tahunnya 92 Bagian wilayah terjadinya konversi yakni di Dusun 2, dengan kira kira luas area kelapa sawit 40,2 ha. Keadaan dusun ini sangat dekat dengan pemukiman dan berdekatan dengan jalan raya. Petani bermaksud ketika masa produksi panen kelapa sawit tiba memudahkan pengangkutan dan pemasarannya sehingga mengurai biaya pengangkutan. Pola perkampungan di Desa Rumah Sumbul dengan perumahan warga yang menghadap ke jalan raya dengan lahan pertanian berada di belakang perumahan warga maka dapat diterangkan sangat pentingnya dan luas pertanian di Desa Rumah Sumbul. . Periode 1985 peningkatan jumlah petani sangat pesat dengan angka 600 rumah tangga beralih dari tanaman palawija beralih ke tanman karet, tetapi pada periode tahun 1995 terlihat peningkatan petani meningkat 100 rumah tangga padahal pada periode 1975 ke 1985 terjadi interval peningkatan 350 rumah tangga. Dari keadaan ini penyebab pergerakan petani karet mulai tidak mengerjakan lahan karet mereka menunggu waktu yang tepat untuk mengalihkanya ke kelapa sawit. Terjadinya peralihan karet ke kelapa sawit terjadi pada tahun 1995. Pada tahun 91 Keluarga yang melakukan konversi awal di tahun 1995 Murni Br Sitepu, Ali Ginting, Japen Tarigan, Kenal Perangin-Angin, dan Benar Ginting. Kelima petani tersebut memiliki keterikatan keluarga. Petani yang melopori perpindahan pertanian yakni Murni Br Sitepu. Sebagai petani dan tengkulak Murni Br Sitepu mengetahui banyak hal mengenai perkembangan komoditi pertanian. 92 Wawancara, dengan Murni Br Sitepu, 20 April 2015, Desa Rumah Sumbul. tersebut terlihat di sekitar Desa Rumah Sumbul seperti Perkebunan Sukaluwe, Perkebunan Hanif, Perkebunan Jani Ginting yang memiliki jarak 5 km dari desa mempengaruhi sebagian masyarakat untuk beranjak dan juga peran tengkulak yang mengerti prospek kelapa sawit lebih menjanjikan. Keadaan pada tahun 1995 juga menunjukkan harga karet terus menurun dari Rp.18.000 menjdi Rp. 7.500 merupakan tahun yang mendukung dengan terjadinya peralihan pertanian masyarakat Desa Rumah Sumbul. Luasan yang mendukung tanaman budidaya kelapa sawit 2 ha, dengan penghasilan karet pada priode 1985 yang menguntungkan masyaraat membuat lahan pertanian ditambah sehingga paha peralihan ke kelapa sawit lahan pertanian penduduk rata rata 2,5 ha sehingga cocok untuk bertani kelapa saawit. Adapun proses pergeseran tanaman dari palawija ke karet dan konversi ke lahan kelapa sawit dapat dilihat dari keadaan desa yang tidak memiliki sarana jalan raya yang baik menjadikan Desa Rumah Sumbul sebagai desa yang terisolasi dalam kegiatan ekonomi pertanian seperti pamasaran, produk pertanianpestisida, pemacu produksi lateks, pupuk. Persoalan ini menjadikan penduduk desa nyaman dengan ekonomi cukup untuk makan sehari hari melalui bertani tanaman palawija. Pada tahun 1975 dengan adanya pembaharuan jalan dan disokong dengan harga karet yang baik pada titik yang menjanjikan membuat petani berubah haluan dengan bertani karet sehingga pada waktu itu karet disebut petani sebagai primadona pertanian. Keadaan berubah seiring berjalannya waktu, keadaan desa yang sudah terbuka menjadikan kehidupan sosial petani penuh dengan kebutuhan yang majemuk, namun tidak dibarengi dengan harga produksi karet yang tinggi. Melemahnya harga karet ini membuat petani tidak mempunyai pilihan lain untuk memperbaiki nilai ekonomi petani. Maka diambillah keputusan untuk beralih dari pertanian karet ke pertanian kelapa sawit.

6.2 Faktor Penyebab Peralihan