genangan air yang mencemari keindahan desa.
5.4 Gaya Hidup
Bab ini membahas mengenai pendapatan hasil karet yang membentuk karakter prilaku petani di Desa Rumah Sumbul. Prilaku yang merombak petani karet
lewat tatanan sosial yang disajikan untuk membedakan dirinya dengan pihak lain. Terlihat perilaku petani menanggapi harga yang tinggi membuat tersalurnya sifat
yang personal dan lebih konsumtif. Prilaku yang nyata yang diperlihatkan petani ini seperti kebiasaan berburu ke hutan. Prilaku ini selain menyalurkan hobi sekaligus
memperoleh pundi uang. Jadwal berburu dilakukan setelah mengerjakan pertanian karet dan memiliki waktu luang menanti jumlah lateks meningkat. Hasil buruan
langsung dijajakan kepada masyarakat di Desa Rumah Sumbul. Prilaku personal lainya yakni dengan berjudi kertas. Sistem yang diberikan
dengan memasang angka pada secarik kertas yang telah disediakan. Ketentuan besaran jumlah yang dipertaruhkan oleh petani melihat hasil pendapatan yang baru
diterima dari komoditi karet. Jumlah besaran harga bervariasi, dengan Rp. 350.000- Rp.500.000 dapat lenyap dalam satu malam melihat hasil tidak tepat sesuai dengan
ketentuan yang disepakati lewat secarik kertas tersebut. Selain prilaku petani melakukan judi kertas, prilaku judi lainya dilakukan seperti berjudi ding-dong dan
berjudi kartu. Waktu yang tersalurkan dalam memainkan permainan ini dapat satu malam suntuk berada di tempat persudian.
Tindakan para remaja tidak luput dari prilaku perjudian. Para remaja
menghabiskan waktu setelai selesai beranjak dari lahan pertanian dengan berkumpul bersama lalu melakukan permainan perjudian. Jenis judi yang dimainkan seperti
memainkan sepasang uang logam yang diangkat dengan menebak gambar yang muncul atau dalam istilah Bahasa Karo disebut Judi Tuo. Perjudian lainya yang
dimainkan para remaja di Desa Rumah Sumbul seperti saling bertaruh dengan menyisipkan uang dalam bidang olahraga bola kaki dan bola voli. Setiap personal
dapat menghabiskan Rp.5000-Rp.30.000 dalam permainan tersebut
87
Bagian kaum wanita yang telah menikah, menggunakan hasil pendapatan karet dengan membeli tanah. Posisi tanah yang dibeli biasanya berada pada area
pemukiman desa dan menambah lahan pertanian karet .
88
Luasnya sungai membuat para pria dewasa menghabiskan harinya untuk memancing. Banyak cara yang dilakukan untuk mendapatkan ikan dari prilaku
masyarakat desa. Cara-cara tersebut seperti menjala, menstrum, meracun dan . Pada tahun 1953 kebijakan
pembagian tanah yang dilakukan pemerintah daerah terhadap setiap rumah tangga mendapat 2 ha di Desa Rumah Sumbul teryata tidak sesuai dengan target. Adapun
jumlah tanah nyata yang diperoleh masyarakat desa sebesar 1,2 ha. Masyarakat desa beranggapan tanah tesebut masih perlu penambahan. Tindakan kaum wanita lainya
yakni dengan membeli emas dan melakukan koperasi masyarakat dengan sistem jula jula. Prilaku lainya yang menggambarkan prilaku personal kaum wanita dengan
intensnya parawanita menangkap ikan memakai peralatan seadanya seperti durung.
87
Wawancara, dengan Murni Br Sitepu, 15 April 2015, Desa Rumah Sumbul
88
Wawancara, dengan Nini Br Surbakti, 15 April 2015, Desa Rumah Sumbul
membom bertujuan mendapatkan ikan yang lebih banyak. Peran penghasilan karet sangat tinggi pada tindakan mendapat ikan tersebut. Hasil pendapatan dari karet
dijadikan untuk membeli alat alat pancing, membeli jala, membeli racun dan bom air. Pria yang sudah berumur 20 tahun tetapi tidak melanjutkan jenjang
pendidikan lebih memilih untuk membeli angkutan umum dan bekerja sebagai sopir. Pendapatan karet yang tinggi menjadikan warga dapat membeli mobil mengangkut
massa. Merek angkutan massa di Desa Rumah Sumbul yakni Robinson Jaya dan Nitra, dengan jarak tempuh dari desa menuju Pinang Baris dan Bangun Purba.
Petani dengan pendapatan hasil karet berubah perilaku dalam memproses padi menjadi beras. Prilaku petani sebelumnya dalam mengolah padi dengan sistem
tradisional. Cara kerja dari alat ini dengan menumbuk padi yang telah terlebih dahulu dimasukkan ke satu alat yang diberi nama lesung. Setelah padi keluar dari kulitnya
kembali terlebih dahulu disiangi dengan tempala. Setelah harga karet menguntungkan petani lebih menggunakan sistem penggilingan modren untuk mengolah padi menjadi
beras. Cara yang dilakukan dengan menitipkan padi kepada pengusaha kelontong yang hendak belanja barang dagangan ke Pertumbukan atau Bangun Purba dimana
berdiri kilang padi.
BAB VI PERALIHAN PERTANIAN MASYARAKAT