Ketersediaan Lahan LATAR BELAKANG PERTANIAN KARET

3.1 Ketersediaan Lahan

Pembahasan mengenai ketersediaan lahan sudah disinggung sedikit di bagian pengantar sub bab. Hutan yang mendominasi lahan pertanian berbanding 90 dengan luas hutan 1890 ha. Adapun lahan pertanian dan pemukiman dengan luas 210 ha 43 Lahan karet di desa beragam, ketika Belanda menyerahkannya kepada pihak penghulu seperti lahan yang disediakan secara khusus dari pihak Belanda sendiri, lahan dari pengulu, dan lahan dari warga yang meninggalkan kuta memberi peluang untuk jenis tanaman lain di desa, itu terutama tanaman karet. 44 Lahan yang dijadikan tempat budidaya karet merupakan lahan hutan dan tumpang sari dengan tanaman palawija. Luas hutan yang belum dijamah oleh warga kuta menjadi tempat penanaman karet. Berbeda dengan lahan palawija, karet yang ditanam biasanya dalam bentuk tumpang sari. Lahan padi yang telah selesai dipanen dijadikan lahan pertanian karet dengan system jerami dibiarkan tanpa dibersihkan agar menjadi pupuk alami terhadap karet muda tersebut. Selain sistem tumpang sari . Lahan yang disediakan oleh Kolonial Belanda memiliki ketentuan ketentuan tersendiri dari perkebunan besar karet. Ketentuan tersebut misal, lahan berada dekat dengan perkebunan Belanda untuk memudahkan dalam pengawasan dan berada di area datar. Kuta Surbakti dan Kuta Bintang Asi kerap menjadi tempat percobaan tanaman karet karena jarak kuta berdekatan dengan perkebunan. 43 Wawancara, dengan Tolap Tarigan, Desa Rumah Sumbul 22 April 2015. 44 Warga yang pergi dari kuta yang lahanya diambil alih oleh penghulu karena diusir secara paksa oleh petinggi kuta akibat pelanggarang hukum berat yang telah ditentukan oleh penghulu dan pihak Belanda. Pelanggaran yang dimaksud melanggar hukum adat yang menikah dengan satu marga atau mencuri hasil pertanian penghulu. lahan karet juga hasil konversi lahan palawija, dengan keuntungan lebih ekonomis, karena biaya penyiapan lahan seperti pembukaan hutan sudah dulu dilakukan ketika mempersiapkan tanaman palawija. Keuntungan dari lahan yang ditanam ketika membuka hutan yakni unsur hara tanah sangat subur sehingga karet dapat dimanfaatkan lebih lama dari lahan bekas palawija. Seperti yang telah disebutkan proses pembukaan hutan untuk menjadi lahan pertanian karet membutuhkan proses yang sama dengan padi. Hutan yang akan diubah menjadi lahan pertanian karet dikerjakan secara bertahap. Tahap pertama menebang hutan. Batang pohon setelah ditebang dibiarkan begitu saja untuk beberapa waktu. Pekerjaan selanjutnya melakukan pemangkasan dahan-dahan pohon. Alat yang digunakan dalam penebangan dan pemangkasan dengan kapak dan pisau laras panjang. Pohon yang tumbang diusahakan terkena sinar matahari agar cepat kering dan agar mudah disusun dengan rapi nantinya tidak mengganggu dalam proses penanaman. Setelah selesai ditebang, petani membersihkan rumput dengan cara membabat dan membakar. Menunggu datangnya hujan pertama untuk membasahi lahan yang baru, bertujuan untuk menyegarkan lahan dari sisa sisa bakaran dan tanda proses penanaman karet siap dilakukan 45 Proses pembersihan hutan selesai, selanjutnya yakni penanaman karet. Karet mudah tumbuh subur dari unsur hara tanah hasil pelapukan hutan yang masih berlimpah. . 45 Wawancara, dengan Dison Perangin-Angin, Desa Rumah Sumbul, 21 April 2015.

3.2 Keuntungan Ekonomi