3.2 Keuntungan Ekonomi
Faktor lainya dari keberadaan karet di Desa Rumah Sumbul adalah keuntungan ekonomi. Karet dihargai Rp. 600 per kilo sebanding dengan dua kaleng
beras
46
Keuntungan karet dari segi produksi. Hal ini dapat diketahui sejak mempersiapkan lahan. Lahan karet hasil konversi dari tanaman palawija memiliki
keuntungan tanpa harus mengeluarkan biaya seperti pada lahan yang masih dalam bentuk hutan. Tenaga kerja hanya memaksimalkan tenaga anggota keluarga yang ada
tanpa mengeluarkan biaya sewa tenaga kerja. Modal dalam membudidayakan karet hampir tidak ada. Bibit karet misalnya, hanya dipungut dan diambil begitu saja dari
lahan karet yang ada . Keuntungan ini dijadikan petani sebagai pemenuhan kebutuhan sekunder
seperti membeli televisi, radio, emas, dan sepeda. Harga tanaman sekunder lainya seperti cabe dan jagung, memiliki harga lebih tinggi dari karet, namun karena
tanaman jenis itu sering gagal akibat hama penyakit busuk daun oleh Cendawan Phytophtora Infestano membuat harga jual tanaman ini menurun.
47
46
Wawancara, dengan Terang Barus, Desa Rumah Sumbul, 22 April 2015.
, dan ditanam tanpa ada pemupukan dan perawatan terlebih dahulu. Dalam bidang manajemen, awal pertama karet ditanam, karet dibiarkan
begitu saja oleh masyarakat kuta. Karet yang tumbuh dan dapat bertahan hidup menjadi keuntungan bagi petani. Karet juga tahan terhadap hama penyakit. Karet
yang dapat tumbuh dan masa produktif untuk disadap menjadi keuntungan ekonomi
47
Masyarakat kuta mengambil karet di sekitar perkebunan dekat desa dan di Desa Bangun Purba. Warga memunguti karet dalam bentuk tunas biji dan tunas batang di sekitar pinggiran jalan
perkebunan besar Desa Bangun Purba, tanpa ada pemilihan bibit yang berkualitas. Nyatalah karet di Desa Rumah Sumbul tidak mendapatkan hasil produksi yang maksimal.
dengan menambah nilai output. Dengan 1 hektar petani dapat mengumpulkan 30 kg karet setiap panennya.
Dilihat dari sisi ekonomi karet memiliki keuntungan. Karet tahan terhadap hama penyakit yang dapat membuat tanaman palawija gagal panen dan sudah ada
penampung hasil produksi karet rakyat sudah ada yang menampung yakni para tengkulak Cina. Tanaman karet yang selama ini hanya dipandang sebagai penjaga
lahan pertanian kini dilihat memiliki keuntungan lainya. Hasil yang diperoleh petani karet dari satu hektar yakni 30 kg. Jumlah pohon
yang terdapat dalam satu hektar sekitar 100-120 batang. Jumlah ini sebenarnya tidak maksimal karena biasanya jumlah pohon di dalam area satu hektar lahan, minimal
berkisar 500 batang. Keuntungan karet ini didasari dari tindakan masyarakat yang menjadikan karet hanya sebagai tanaman sekunder, sehingga biaya budidaya dan
produksi dapat di tekan sekecil mungkin. Hal ini berbeda dengan tanaman primer seperti padi, karena sebagai kebutuhan pokok masyarakat desa menyebabkan dalam
pengolahannya membutuhkan biaya perawatan yang tinggi.
3.3 Infrastruktur yang Mendukung