4.4 Produksi Bab ini menjelaskan tentang bagian produksi. Bagian produksi didefenisikan
kedalam dua bagian yakni produksi dalam bentuk kuantitas dan produksi dalam bentuk kualitas. Nilai kuantitas didasarkan pada volume atau jumlah yang diperoleh
melalui ukuran standar yang telah disepakati antara pihak perusahaan terhadap tengkulak dan sebaliknya pihak tengkulak kepada petani karet. Sedangkan defenisi
arti kualitas yakni mutu hasil karet setelah melakukan sentuhan akhir dari karet olah pasca produksi. Bagian produksi dari kuantitas terdiri dari beberapa bagian seperti
jumlah produksi karet setiap minggunya, jumlah pohon yang berproduksi, jumlah produksi karet pasca olah plan sheet dan slab , dan jumlah produktivitas setiap
pohon per bulanya. Produksi karet olah plant sheet dengan slab memiliki perbedaan jumlah
produksi dan harga. Karet olah plant sheet degan slab perbandingannya 1:3 dengan perbandingan harga 3:1. Plant sheet mendapatkan volume produksi 10 kgha dengan
jumlah pohon maksimal 100 pohon sedangkan karet olah slab mendapat nilai produksi 30-35 kgha dengan maksimal pohon 100 pohon. Pada priode 1955
masyarakat Desa Rumah Sumbul lebih memilih produksi karet olah plant sheet. Lahkah yang diambil petani karena faktor pemasaran yang sulit. Jalan yang rusak dan
berlubang menjadi medan yang sulit dilalui oleh mobil para tengkulak yang hendak menampung hasil produksi karet setempat.
Berdasarkan informasi yang didapat melalui masyarakat yang bekerja sebagai
petani karet di Desa Rumah Sumbul tentang jumlah rata-rata produksi karet pada tahun 1955 dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 14 Jumlah Rata-Rata Produksi Karet Olah
Sheet Desa Rumah Sumbul 1955
Nama Petani Luas
Lahan ha
Jumlah Pohon
Produksi LumbMinggu
Kg Produksi
Sheet Minggu
Kg Rata-Rata
Produksi Pohon
minggu Lumb kg
Tukiman Ginting
1 ha 100 Pohon
30,2 kg 10,06
0,30 kg Tolap Barus
1ha 80 Pohon
22 kg 7,3
0,27 kg Kueh
Saaragih 2 ha
176 Pohon 55,2 kg
18,4 0,31 kg
Beras Barus 4 ha
480 Pohon 133 kg
44,3 0,27 kg
Terang Tarigan
2,2 ha 286 Pohon 95 kg
31,6 0,33 kg
Total 335.2 kg
111,66 1.48 kg
Rata-Rata 67.04 kg
23,3 0,29 kg
Sumber: Diolah Dari Wawancara dengan Tukiman Ginting, Tolap Barus, Kueh Saragih, Beras Barus, dan Terang Barus, 22 April 2015, Desa Rumah Sumbul.
Dari tabel 15 diatas pada tahun 1955 jumlah produksi karet diolah masyarakat desa menjadi karet olah plan sheet. Produksi karet olah sheet berbading
1:3 dengan produksi lumb. Total produksi karet pada tahun 1955 sebesar 111,66 kg dengan rata rata 23,3. Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah
kuantitas produksi tahun 1955 adalah 23,3 kgminggu. Jumlah produksi di sini adalah: jumlah pohon keseluruhan tahun 1955 dikalikan dengan jumlah produksi rata-
rataminggu.
62
Tabel 15
Satu batang karet mampu menghasilkan lebih 3 ons. Untuk membandingkan jumlah kuantitas produksi tahun 1955 dengan tahun 1965 maka akan
dilihat pada tabel dibawah ini:
Jumlah Rata-Rata Produksi Karet Olah Sheet di Desa Rumah Sumbul
1965
Nama Petani Luas
Lahan kg
Jumlah Pohon
Produksi Lumb
Minggu Kg
Produksi SheetMinggu
kg Rata-Rata
Produksi Pohon
Minggu kg Runggun
Tarigan 1,5 ha 225 Pohon
75 kg 25 kg
0,33 kg Nueh Ginting
3 ha 600 Pohon
180 kg 60 kg
0,3 kg Pinter Barus
2 ha 450 Pohon
122 kg 40,6 kg
0,27 kg Simula
2 ha 360 Pohon
10,8 kg 3,6 kg
0,03 kg Nini
2,5 ha 750 Pohon 222 kg
74 kg 0,29 kg
Total 707 kg
203,2 kg 1.22 kg
Rata-Rata 141.4 kg
40,69 0,24 kg
Sumber: Diolah Dari Wawancara dengan Runggun Tarigan, Nueh Ginting, Pinter Tarigan, Simula Sinuhaji, dan Nini Br Surbakti, 22 April 2015, Desa
Rumah Sumbul
Dari tabel 16 diatas pada tahun 1965 total produksi karet pada tahun 1965 sebesar 203,2 kg dengan rata rata 40,69 kg. Untuk mendapatkan jumlah produksi
keseluruhan dengan perhitungan jumlah produksi sheet setiap minggu dikali jumlah petani dihasilkan 40,64 kg. Terjadi peningkatan rata-rata produksi sheet setiap
minggu dari periode 1955 sebesar 23,3 kg dengan jumlah keseluruhan produksi 111,
62
Wawancara, dengan Tukiman Ginting, ibid; Kueh Saragih, ibid; Tolap Barus, ibid; Terang Barus, Desa Rumah Sumbul, 5 April 2015; Beras Barus, Desa Rumah Sumbul, 27 April 2015.
66 kg meningkat menjadi 40,69 kg dengan jumlah keseluruhan 40,64 kg. Untuk membandingkan jumlah kuantitas produksi tahun 1955 dengan tahun 1965 maka akan
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 16 Jumlah Rata-Rata Produksi Karet Olah
Sheet dan Slab Desa Rumah Sumbul 1975
Nama Petani
Luas Lahan
ha Jumlah
Pohon Produksi
Lumb Minggu
Kg Prouksi
sheet Minggu
Kg Produksi
Slab Minggu
kg Rata-Rata
Produksi Pohonmi
nggu kg Japen
Tarigan 1,5 ha
525 Pohon 75 kg
20 kg 5 kg
0,14 Jam Sitepu
1,5 ha 525 Pohon
80 kg 20 kg
6,6 kg 0,15
Suruhen 2 ha
800 Pohon 160 kg
50 kg 3,3 kg
0,2 Jenda
2 ha 600 Pohon
143 kg 42 kg
5,6 kg 0,23
Ali 6 ha
2400 Pohon
360 kg 100 kg
20 kg 0,15
Total 818 kg
272,5 kg 0,87
Rata-Rata 136.6 kg
54,5 kg 0,17
Sumber: Diolah Dari Wawancara dengan Japen Tarigan, Nueh Ginting, Jam
Sitepu, Suruhen Perangin-Angin, dan Ali Ginting, 22 April 2015, Desa Rumah Sumbul
Dari tabel 17 diatas, pada tahun 1975 total produksi karet sebesar 272,5 kg dengan rata rata 54,5 kg. Untuk mendapatkan jumlah produksi keseluruhan dengan
perhitungan jumlah produksi karet olah sheet dan slab setiap minggu dikali jumlah petani dihasilkan 16.350 kg. Terjadi peningkatan rata-rata produksi setiap minggu
dari periode 1965 sebesar 40,69 kg dengan jumlah keseluruhan produksi 203,2 kg meningkat pada tahun 1975 menjadi 54,5 kg dengan jumlah keseluruhan 16.350 kg.
Untuk membandingkan jumlah kuantitas produksi tahun 1975 dengan tahun 1985 maka akan dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 17 Jumlah Rata-Rata Produksi Karet Olah
Sheet dan Slab Desa Rumah Sumbul 1985
Nama Petani
Luas Lahan
ha Jumlah
Pohon Produksi
Lumb Minggu
Kg Prouksi
sheet Minggu
Kg Produksi
Slab Minggu
kg Rata-Rata
Produksi Pohonmi
nggu kg Tukiman
Ginting 2 ha
1100 Pohon
180 kg 50 kg
10 kg 0,16
Dison Perangin-
Angin 2 ha
1180 Pohon
120 kg 25 kg
15 kg 0,10
Japen Tarigan
2,1 ha 1171,8
Pohon 220 kg
70 kg 3,3 kg
0,18 Jam Sitepu
2,5 ha 1225
Pohon 265 kg
8,3 kg 8 kg
0,21 Ali Ginting
6,5 ha 3770
Pohon 720 kg
200 kg 40 kg
0,19 Total
1405 kg 501,6 kg
0,94 Rata-Rata
281 kg 100,32 kg
0,18
Sumber: Diolah Dari Wawancara dengan Tukiman Ginting, Dison Perangin-
Angin, Japen Tarigan, Jam Sitepu, Ali Ginting, 22 April 2015, Desa Rumah Sumbul
Dari data 18 diatas pada tahun 1985 jumlah produksi karet diolah masyarakat desa menjadi karet olah plan sheet dan slab. Produksi karet olah sheet berbading 1:3
dengan produksi slab. Total produksi karet pada tahun 1985 sebesar 501,6 kg dengan rata rata 100,32. Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah kuantitas
produksi tahun 1985 adalah 60.192 kgminggu. Jumlah produksi di sini adalah:
jumlah pohon keseluruhan tahun 1985 dikalikan dengan jumlah petani.
63
Tabel 18
Untuk membandingkan jumlah kuantitas produksi tahun 1985 dengan tahun 1995 maka akan
dilihat pada tabel dibawah ini:
Jumlah Rata-Rata Produksi Karet Olah Slab Desa Rumah Sumbul 1995
Nama Petani Luas
Lahan ha
Jumlah Pohon ProduksiMinggu Kg
Rata-Rata ProduksiPohon
minggu kg Jenda Br. Karo
1 ha 550 Pohon
120 kg 0,30 kg
Ali 4,2 ha
2322 Pohon 500 kg
0,27 kg Murni Br.
Sitepu 2 ha
1176 Pohon 240 kg
0,31 kg Benar Ginting
1,5 ha 649.5 Pohon
185 kg 0,27 kg
Jam Sitepu 2 ha
800 Pohon 240 kg
0,33 kg Total
335,2 kg 1.48 kg
Rata-Rata 67.04 kg
0,29 kg
Sumber: Diolah Dari Wawancara dengan Jenda Br. Karo, Ali Ginting, Murni Br Sitepu, Benar Ginting, dan Jam Sitepu, 22 April 2015, Desa Rumah Sumbul
Dari tabel 19 diatas pada tahun 1995 jumlah produksi karet diolah masyarakat desa menjadi karet olah slab bergeser dari karet olah sheet. Total
produksi karet pada tahun 1995 sebesar 335,2 kg dengan rata rata 67.04 kg. Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah kuantitas produksi tahun 1995 adalah
46.928 kgminggu. Dari rata-rata jumlah produksi yang diperoleh setiap priodenya didapat jumlah
63
Wawancara, dengan Tukiman Ginting, ibid; Kueh Saragih, ibid; Tolap Barus, ibid; Terang Barus, Desa Rumah Sumbul, 5 April 2015; Beras Barus, Desa Rumah Sumbul, 27 April 2015.
produksi karet keseluruhan dengan data yang diolah berdasarkan tabel di bawah ini,
Tabel 19 Jumlah Keseluruhan Produksi Karet Desa Rumah Sumbul 1955-1995
Tahun Jumlah
Petani KK
Jumlah Pohon
keseluruhan Rata-
Rata Produksi
kg Rata Rata
Produksi Pohon
kg Jumlah Produksi
Keseluruhan Minggukg
1955 5 KK
1.073,43 Pohon
22,33 0.2 kg
116,65 kg 1965
30 KK 14.586
Pohon 40,64
0,2 kg 1.219,2 kg
1975 300 KK
327.600 Pohon
54,5 0,17 kg
16.350 kg 1985
600 KK 1.003.123
Pohon 100,32
0,18 kg 60.192 kg
1995 700 KK
801.576 Pohon
67,04 0,2 kg
46.928 kg
Sumber: Diolah Dari Wawancara Data Diolah dari Wawancara Japen Tarigan, Tukiman Ginting, Kueh Saragih, Nueh Ginting, Simula br Sinuhaji
Perkembangan jumlah produksi karet secara menyeluruh dari priode 1955 sampai 1995 berkisar, 108 238 kg. Jumlah produktivitas karet dengan tingkatan yang
paling besar terjadi pada priode 1985. Dengan jumlah produksi keseluruhan berkisar 108604 kgminggu. Sedangkan jumlah produktivitas karet dengan tingkatan yang
paling kecil terjadi pada priode 1955. Dengan jumlah produksi keseluruhan setiap pohon berkisar 2.04 kg. Sedangkan terjadi penurunan jumlah produksi pada priode
1995. Terjadinnya penurunan didasari penurunan dan peralihan karet olah plan sheet
ke slab. Pada periode 1955 sampai 1965 rata-rata produksi karet setiap petani berkisar 22,33 kg dengan jumlah produksi secara keseluruhan setiap minggunya
sebesar 116,65 kg. Pada periode ini produksi karet merupakan produksi terlemah. Indikasi lemahnya produksi karet disebabakan karena petani mengolah karet menjadi
bentuk plan sheet. Bentuk plan sheet mengurai berat berbanding 13 dengan karet bentuk lumb. Para tengkulak yang datang dari kota lebih memilih dan menampung
produksi karet olah plan sheet dikarenakan faktor jalan menuju Desa Rumah Sumbul sangat membahayakan bagi tengkulak sendiri dan produksi yang ditampung. Keadaan
harga juga membuat produksi karet lambat bergerak. Harga yang lemah membuat petani tidak termotivasi untuk melakukan penyadapan dan peremajaan. Lahan
pertanian yang berisi karet lebih sering terbelangkalai dan disebut sebagai tanaman tidur.
Pada periode 1975 dan 1985 terjadi peningkatan produksi besar besaran. Para tengkulak menampung karet masyarakat desa berupa plan sheet dan slab. Produksi
karet olah plan sheet lebih diutamakan pengerjaan dan pemasaran sedangkan slab merupakan bagian produksi karet yang terkena percampuran dengan serpihan serbuk
kayu dengan kualitas rendah. Namun beberapa masyarakat lebih memilih mengolah produksi karet menjadi slab dengan jumlah yang minim. Peningkatan produksi
disebabkan beberapa faktor seperti, harga karet olah plan sheet melambung tinggi, pemakaian pupuk dan teknologi pertanian karet telah intens dilakukan petani,
pemadatan jumlah pohon dalam satu hektar mencapai 600 setiap hektar dan
pembukaan lahan-lahan pertanian karet yang baru baik secara konversi maupun replanting dan lahan bentuk warisan.
Pada periode 1995 terjadi penurunan jumlah produksi karet. Adapun indikasi
menurut petani setempat merupakan pertama, pohon karet yang telah memasuki usia
tua, sehingga pohon karet dibiarkan begitu saja maupun dilakukan penebangan
sebagai lahan konversi maupun replanting. Kedua, adanya aktivitas penebangan pohon masa produktif dari petani karet dengan mengalihkannya ke kelapa sawit.
Ketiga, faktor harga yang menurun setelah terjadi peralihan penjualan karet bentuk
plan sheet ke slab. Faktor produksi menurun akibat dari jumlah pohon yang ditebang. Pada periode 1985 jumlah pohon secara keseluruhan desa sebesar 1.003.123 pohon
mengalami penurunan 801.576 pohon pada periode 1995. Penurunan jumlah pohon ini berdampak pada jumlah produksi rata rata hanya mencapai 67,4 kg dari 46.928 kg
produksi keseluruhan setiap minggu. Berbeda pada periode 1985 jumlah produksi mencapai 60.192 kg dengan rata-rata produksi 100.32 kg , terjadi penurunan jumlah
produksi keseluruhan dalam setiap minggu sebesar 13.264 kg dengan rata rata penurunan setiap tahun 1.326,4 kg.
Dari bagian kualitas karet, terdapat dua jenis bentuk karet olah pasca produksi yang dilakukan petani Desa Rumah Sumbul. Yang dimaksud dengan kualitas
produksi dalam tulisan ini ialah banyak getah karet yang dihasilkan berdasarkan jenis dan ukuran getah karetminggu di Desa Rumah Sumbul umumnya petani menjual
getah dalam dua jenis yaitu: Plan Sheet dan Slab. Dari masing-masing bagian ini
terdapat perbedaan dalam proses mengolah sehingga takaran-takaran kualitas juga menjadi berbeda. Bentuk karet olah Plain-Sheet dalam menentukan kualitas terdapat
kelebihan yang memumpuni daripada hasil dalam bentuk slab. Dalam priode tahun 1955 sampai 1985 penggunaan karet olah Sheet lebih diunggulkan penggunnaannya.
Bagian karet olah slab dari bagian karet lateks yang telah bercampur dengan remah- remah pohon dengan mutu yang rendah. Getah susu yang memiliki kualitas baik
adalah getah yang terdapat pada bagian atas dari wadah penampungan yang dapat berupa alumanium, plastik dan tempurung dengan cairan lateks seperti tahu yang
hanya dapat dijadikan bentuk karet olah sheet dengan kualitas tinggi. Getah susu yang higenis merupakan getah susu hasil dari sadapan kedua atau ketiga pada
pembukaan awal produksi pohon karet
64
Awalnya petani karet tidak menggunakan wadah sebagai penampung lateks. Cairan getah yang telah disadap dan mengering langsung ditarik dari batang.
Sedangkan cairan getah yang telah jatuh ke tanah dan mengering diangkat bersamaan dengan campuran tanah. Pada tahun-tahun selanjutnya priode 1965 petani karet
menggunakan daun sebagai penampung lateks dan terus berkembang. Pada pertengahan tahun 1975 petani lebih cendrung menggunakan batok kelapa. Harganya
. Hal ini agar terhindar dari tercampurnya getah susu pada penyadapan yang pertama dengan remah-remah dari pohon karet
berupa serbuk-serbuk kayu yang dapat mempengaruhi kualitas karet olah Sheet sendiri.
64
Ibid.
lebih ekonomis dan mudah ditemukan di sekitar desa. Dalam posisi peletakan, petani menempatkan tempurung tersebut tepat di atas tanah. Hal ini membuat percikan
lateks berbaur dengan tanah yang menurunkan nilai kualitas. Bentuk batok tergolong kata baik yakni batok yang lebar dan tidak keropos. Batok yang sudah rapuh dan
keropos dapat memberi kerugian terhadap petani karet sendiri. Bentuk Plan-Sheet lebih memiliki kualitas yang teruji daripada bentuk slab.
Keadaan ini terdapat pada proses pembentukan dari masa sadap sampai dibentuk ke plain-sheet. Proses interval waktu dapat mencapai 2-3 hari karena harus dijemur di
panas api yang membuat warna menjadi kuning dan mengurai berat karet. Kualitas karet dari bentuk plain-sheet pada penghujung pengolahan tidak berbau sehingga
pada tahap pemasaran karet bentuk olah ini lebih tiba tepat waktu dan tidak banyak memakan biaya. Hanya menggunakan anggota keluarga telah mudah menghemat
pengeluaran ekonomi. Pada karet olah bentuk slab terdapat banyak penyimpangan-penyimpangan
yang dilakukan petani sehingga mengurangi kualitas karet itu sendiri yang merugikan petani. Sebelum tahun 1985 karet olah slab dibentuk bersamaan tanpa terpisah
dengan karet Sheet, dari susu getah yang berada di bawah wadah penampung getah lateks. Posisi awal getah slab berada di akhir yang membuat mudahnya masuk
serbuk kayu. Terkontaminasinya karet olah membuat kualitas karet menurun dan merugikan pihak tengkulak sendiri. Setelah tahun 1985 karet olah Sheet berhenti
beroperasi dari kesepakatan perusahaan karet dan hanya bentuk produksi pasca panen
yang resmi dipakai petani olah slab di Desa Rumah Sumbul. Semenjak karet olah yang diberdayakan petani dalam bentuk slab, terjadi secara intens perlakuan tidak
baik dari petani sehingga merusak kualitas karet itu sendiri. Tidak jarang para petani sebelum mencetak lateks menjadi lump lalui diolah kembali menjadi slab diberi
beberapa penambah berat, sehingga tidak murni merupakan karet olah dengan kualitas baik. Tindakan seperti ini merugikan banyak pihak terutama petani.
Penggunaan karet olah plan sheet dan slab hanya terjadi pada periode 1975 dengan periode 1985 dengan petani karet lebih mengkonsentrasikan produksi dan pemasaran
ke bentuk sheet. Sedangkan faktor jalan penghubung petani dengan penampung produksi masih rentan tidak baik sehinga pada periode 1955 dan 1965 masyarakat
desa hanya mengolah karet sebatas bentuk sheet saja. Pada Periode 1995 masyarakat desa kembali mengalihkan karet olah atas anjuran pihak perusahaan pengolah dan
penampung menjadi bentuk slab. Peran jalan raya yang telah berbenah membuat produksi karet slab dapat terealiser.
Sama halnya dengan kuantitas, kualitas produksi juga tidak ada data ditemukan. Maka untuk menjelaskan tentang kualiitas sheet dengan slab digunakan
informasi hasil wawancara dari para tokoh masyarakat di Desa Rumah Sumbul bisa dilihat dari tabel sebagai berikut
Tabel 20 Jumlah Kualitas Produksi KaretMinggu Tahun 1955-1975
No Periode
Mutu Karet Olah Plain Sheet dengan Slab Jumlah
Produksi Desa
Minggu kg
Jumlah Produksi
Bulan Jumlah
Produksi Tahun
Plan Sheet
Minggu Slab
Minggu
1 1955
111,66 446,64
5.359,68 111,66
100 -
2 1965
1.219,2 4.876,8
58.521,6 k 16,968
100 -
3 1975
16.350 65.400
784.800 13.815,7
84, 5
2.534,5 15,
5 4
1985 60.192
240.768 2.889.216 51.163,2
85 9.028,8
15 5
1995 179.900
719.600 8.635.200 -
179.900 10
Rata-rata 3.120
Sumber: Diolah Dari Wawancara Data Diolah dari Wawancara Japen Tarigan, Tukiman Ginting, Kueh Saragih, Nueh Ginting, Simula br Sinuhaji
Dari tabel 14 menerangkan tentang perbedaan jumlah produksi berdasarkan kualitas dari plan sheet dengan slab. Produksi karet olah plan sheet lebih lama
menjadi produk pendapatan karet selama 30 tahun di Desa Rumah Sumbul. Karet olah plan sheet merupakan karet olah unggulan dibandingkan slab. Perbandingan
karet plan sheet dengan slab pada periode 1985 berbanding 85 dengan jumlah 51.163,2 kg sedangkan slab 15 dengan jumlah 9.028,8 kg. Pada periode 1995
terjadi pergeseran karet olah plan sheet ke slab. Secara keseluruhan masyarakat desa tidak mengolah karet ke bentuk plan sheet pada periode ini. Alasan pihak perusahaan
dengan penampung produksi menganggap karet olah slab lebih efesien mulai dari penyadapan ke pemasaran sehingga mempercepat proses pengangkutan.
4.5 Modal dan Tenaga Kerja