Infrastruktur yang Mendukung LATAR BELAKANG PERTANIAN KARET

dengan menambah nilai output. Dengan 1 hektar petani dapat mengumpulkan 30 kg karet setiap panennya. Dilihat dari sisi ekonomi karet memiliki keuntungan. Karet tahan terhadap hama penyakit yang dapat membuat tanaman palawija gagal panen dan sudah ada penampung hasil produksi karet rakyat sudah ada yang menampung yakni para tengkulak Cina. Tanaman karet yang selama ini hanya dipandang sebagai penjaga lahan pertanian kini dilihat memiliki keuntungan lainya. Hasil yang diperoleh petani karet dari satu hektar yakni 30 kg. Jumlah pohon yang terdapat dalam satu hektar sekitar 100-120 batang. Jumlah ini sebenarnya tidak maksimal karena biasanya jumlah pohon di dalam area satu hektar lahan, minimal berkisar 500 batang. Keuntungan karet ini didasari dari tindakan masyarakat yang menjadikan karet hanya sebagai tanaman sekunder, sehingga biaya budidaya dan produksi dapat di tekan sekecil mungkin. Hal ini berbeda dengan tanaman primer seperti padi, karena sebagai kebutuhan pokok masyarakat desa menyebabkan dalam pengolahannya membutuhkan biaya perawatan yang tinggi.

3.3 Infrastruktur yang Mendukung

Faktor lain yang melatarbelakangi perkembangan pertanian karet di Desa Rumah Sumbul adalah infrastruktur jalan yang mendukung. Masa kolonial Belanda berkuasa di Sumatera Timur, jalan di Desa Rumah Sumbul telah dapat menghubungkan jarak dari Desa Rumah Sumbul ke Desa Bangun Purba dan Desa Delitua. Fasilitas ini diberikan kepada Desa Rumah Sumbul karena sebagian lahan desa itu dijadikan sebagai lahan perkebunan tembakau. Jalan ini lebarnya tiga meter yang masih berbentuk tanah yang diratakan, dengan lebar 3 meter sehingga dapat dilalui oleh mobil gardang dua milik kolonial belanda 48 Peran jalan sangat vital bagi kemajuan perekonomian ekonomi pertanian. Semakin dinamisnya dan tertatanya infrastruktur jalan, dipastikan mobilisasi ekonomi pun semakin meningkat. Meningkatnya mobilisasi ekonomi menambah meningkatnya perilaku ekonomi dalam jumlah dan variasi tindakan-tindakan ekonomi lainnya. Sistem ekonomi seperti produksi, distribusi dan konsumsi hanya dapat berjalan baik dengan bantuan dari infrastruktur jalan. . Peran jalan di Desa Rumah Sumbul menghubungkan empat titik yang penting dalam menciptakan ekonomi pertanian. Secara tingkat kebutuhan dapat diurutkan dari panjang jarak mulai dari urutan yang terkecil yakni 1. Jalan desa menuju perkebunan karet rakyat 2. jalan desa menuju pusat pasar 3. jalan menghubungkan Tengkulak Cina dengan petani karet 4. jalan menghubungkan desa dengan pusat kota, yakni Lubuk Pakam dan Medan 20 km-40km Rute pertama, yakni jalan menuju perkebunan karet rakyat memiliki rute Desa Rumah Sumbul – Kuta Surbakti – Kuta Bintang Asi dengan jarak 5km. Rute kedua, yakni jalan besar menuju pusat pasar melalui rute Desa Rumah Sumbul - Desa Tiga Juhar dengan jarak kurang dari 1 km. Rute ketiga, jalan yang menghubungkan 48 Wawancara, Dengan Terang Barus, Desa Rumah Sumbul, 22 April 2015. Tengkulak Cina dengan petani karet dengan jarak asal tengkulak Cina dari Medan - Desa Rumah Sumbul sejauh 40 km. Rute keempat, jalan yang menghubungkan Desa Rumah Sumbul dengan Kota Bangun Purba dan Kota Delitua dengan jarak 20-40 km. Jalan buatan Kolonial Belanda memiliki rute yang panjang yakni sejauh 40 km yang menghubungkan Desa Rumah Sumbul dengan Kota Lubuk Pakam dan Kota Medan. Fasilitas ini dimanfaatkan oleh Tengkulak Cina sehingga dapat mencapai Desa Rumah Sumbul sebagai penampung hasil karet yang menguntungkan petani setempat. Faktor jalan yang dapat menghubungkan Desa Rumah Sumbul dengan tengkulak sangat membantu petani karet. Tengkulak ini terbagi menjadi dua golongan, yakni Tengkulak Cina dan Tengkulak yang berstatus sebagai anggota TNI. Para tengkulak ini menggunakan mobil gardang dua.Pihak TNI ini datang dari Pasar 6 Delitua, sedangkan Tengkulak Cina datang dari Medan. Pihak TNI yang memiliki tugas mengumpulkan karet rakyat menggunakan mobil TNI sendiri 49 Para Tengkulak Cina berperan untuk memasarkan karet olahan petani. Produksi karet yang telah selesai di proses akan dijual. Pemasaran hasil karet dilakukan setelah melalui proses penjemuran dan setelah menghasilkan warna kekuningan maka karet ini siap untuk di pasarkan. Biasanya dalam menjajakan hasil produksi karet para petani meletakkannya di depan rumah dan menjualnya ke pasar pada hari pasar mingguan dibuka. . Para tengkulak berperan tidak saja sebagai pemasar produksi karet, tetapi juga menjual keperluan rumah tangga kepada petani karet. Dalam proses jual beli ini 49 Wawancara Dengan Tukiman Ginting, Desa Rumah Sumbul, 22 April 2015. para petani dapat membayar secara tunai uang dari hasil penjualan karet yang telah diterima, atau mengambil terlebih dahulu barang tersebut dan pada pertemuan berikut para petani akan membayarnya. Cara ini dilakukan agar para petani tetap memiliki hubungan dengan tengkulak dan para petani karet lebih serius sebagai petani karet. Proses pemasaran selanjutnya setelah dari tangan tengkulak biasanya di tahan di area perumahan tengkulak ini untuk menambahkan beberapa hal agar kualitas dari produksi karet ini bertambah nilainya. Dalam pemasaran tanaman karet lebih unggul dari tanaman palawija karena penampung hasil produksi karet langsung datang ke desa. Berbeda dengan tanaman palawija yang harus dipikul dan dibawa ke pusat pasar untuk dijual yang memiliki jarah cukup jauh.

3.4 Budidaya Karet yang Mudah