kejadian sepsis neonatal adalah 1-10 per 1000 kelahiran hidup, dan mencapai 13-27 per 1000 kelahiran hidup pada bayi dengan berat 1500gram. Angka kematian 13-
50, terutama pada bayi prematur 5-10 kali kejadian pada neonatus cukup bulan dan neonatus dengan penyakit berat dini. Infeksi nosokomial pada bayi berat lahir
sangat rendah, merupakan penyebab utama tingginya kematian pada umur setelah 5 hari kehidupan Pusponegoro, 2000. Berdasarkan hasil analisis uji chi-square pana
penelitian ini diperoleh nilai p sebesar 0,002 p0,05 artinya faktor risiko ini dinyatakan significant atau bermakna yang berarti dapat mewakili keseluruhan
populasi dan bahwa sepsis neonatorum mempengaruhi kematian neonatus. Pada faktor risiko ini didapati nilai OR = 4,667 yang artinya, neonatus yang sepsis
neonatorum lebih beresiko 4,667 kali untuk mengalami kematian pada masa neonatus daripada neonatus yang tidak sepsis neonatorum. Hasil penelitian ini tidak
jauh berbeda dengan hasil penelitian Hapsara S et al tahun 2014 yang mendapat hasil OR pada faktor risiko kematian neonatus akibat sepsis neonatorum sebesar 4,26.
5.2.7. Analisis Pengaruh Umur Ibu Terhadap Kematian Neonatus.
Berdasarkan hasil analisi uji chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,1661 p0,05 artinya faktor risiko ini dinyatakan tidak significant atau tidak bermakna
yang berarti tidak dapat mewakili keseluruhan populasi dan bahwa umur ibu tidak mempengaruhi kematian neonatus. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori
yang mengatakan umur ibu sangat berpengaruh terhadap kematian neonatal, umur ibu yang terlalu muda yaitu 20 tahun kondisinya belum siap untuk menerima
kehamilan karena anatomi tubuhnya belum sempurna, akibat resiko kematian maternal dan perinatal akan meningkat, sedangkan umur ibu yang 35 tahun anatomi
tubuhnya sudah mulai mengalami degenerasi sehingga kemungkinan terjadi komplikasi pada saat kehamilan dan persalinan akan meningkat, akibatnya kematian
neonatal semakin besar Magdalena et al, 2012. Dalam penelitian yang lain pula dinyatakan bahwa risiko untuk terjadi kematian neonatal pada ibu yang berusia
kurang dari 20 tahun atau 35 tahun ke atas 1,5 kali lebih besar daripada ibu berusia 20-34 tahun Afifah et al, 2007. Berdasarkan data yang didapat peneliti dari 55
neonatus yang meninggal kasus, 15 diantaranya dilahirkan oleh umur ibu yang
dianggap beresiko 20 atau 35 tahun, sementara dari 55 neonatus yang dinyatakan hidup melewati masa neonatus kontrol, 9 diantaranya dilahirkan oleh ibu yang
dianggap mempunyai umur yang beresiko 20 atau 35 tahun. Jadi perbedaan antar keduanya sangat sedikit sehingga memungkinkan memberi hasil tidak significant
atau tidak bermakna.
5.2.8. Analisis Pengaruh Paritas Ibu Terhadap Kematian Neonatus.
Bayi yang mati pada usia neonatal dari ibu dengan paritas 0 dan 4 persentasenya lebih besar 75,86 dari pada bayi yang hidup pada ibu yang
berparitas sama 27,59, sedangkan ibu dengan paritas 1 sampai 3 persentase neonatal yang hidup 72,41 lebih besar dibandingkan dengan neonatal yang mati
24,14. Hal ini berkaitan dengan belum pulihnya organ reproduksi dalam menerima terjadinya kehamilan. Apabila jumlah paritas kecil maka otot uterus masih
kuat, kekuatan mengejan belum berkurang, kejadian komplikasi persalinan maupun partus lama yang dapat membahayakan ibu maupun bayinya akan semakin kecil
Wahid, 2000. Berdasarkan hasil uji analisis chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,246 p0,05 artinya faktor risiko ini dinyatakan tidak significant atau tidak
bermakna yang berarti tidak dapat mewakili keseluruhan populasi dan bahwa paritas ibu tidak mempengaruhi kematian neonatus. Berdasarkan data yang diperoleh
peneliti, dari 55 neonatus yang mengalami kematian kasus, 26 diantaranya adalah dari ibu yang memiliki paritas yang dianggap beresiko 0 atau 3 kali sementara
dari ibu yang memiliki paritas yang sama memiliki 20 neonatus yang hidup. Perbedaan yang sedikit ini memungkinkan memberi hasil tidak significant atau tidak
bermakna.
5.2.9. Analisis Pengaruh Tempat Melahirkan Terhadap Kematian Neonatus.
Lebih dari setengah perempuan di 20 provinsi tidak mampu atau tidak mau menggunakan jenis fasilitas kesehatan apapun, sebagai penggantinya mereka
melahirkan di rumah mereka sendiri. Perempuan yang melahirkan di fasilitas kesehatan memungkinkan untuk memperoleh akses ke pelayanan obstetrik darurat
dan perawatan bayi baru lahir, meskipun pelayanan ini tidak selalu tersedia di semua