dianggap beresiko 20 atau 35 tahun, sementara dari 55 neonatus yang dinyatakan hidup melewati masa neonatus kontrol, 9 diantaranya dilahirkan oleh ibu yang
dianggap mempunyai umur yang beresiko 20 atau 35 tahun. Jadi perbedaan antar keduanya sangat sedikit sehingga memungkinkan memberi hasil tidak significant
atau tidak bermakna.
5.2.8. Analisis Pengaruh Paritas Ibu Terhadap Kematian Neonatus.
Bayi yang mati pada usia neonatal dari ibu dengan paritas 0 dan 4 persentasenya lebih besar 75,86 dari pada bayi yang hidup pada ibu yang
berparitas sama 27,59, sedangkan ibu dengan paritas 1 sampai 3 persentase neonatal yang hidup 72,41 lebih besar dibandingkan dengan neonatal yang mati
24,14. Hal ini berkaitan dengan belum pulihnya organ reproduksi dalam menerima terjadinya kehamilan. Apabila jumlah paritas kecil maka otot uterus masih
kuat, kekuatan mengejan belum berkurang, kejadian komplikasi persalinan maupun partus lama yang dapat membahayakan ibu maupun bayinya akan semakin kecil
Wahid, 2000. Berdasarkan hasil uji analisis chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,246 p0,05 artinya faktor risiko ini dinyatakan tidak significant atau tidak
bermakna yang berarti tidak dapat mewakili keseluruhan populasi dan bahwa paritas ibu tidak mempengaruhi kematian neonatus. Berdasarkan data yang diperoleh
peneliti, dari 55 neonatus yang mengalami kematian kasus, 26 diantaranya adalah dari ibu yang memiliki paritas yang dianggap beresiko 0 atau 3 kali sementara
dari ibu yang memiliki paritas yang sama memiliki 20 neonatus yang hidup. Perbedaan yang sedikit ini memungkinkan memberi hasil tidak significant atau tidak
bermakna.
5.2.9. Analisis Pengaruh Tempat Melahirkan Terhadap Kematian Neonatus.
Lebih dari setengah perempuan di 20 provinsi tidak mampu atau tidak mau menggunakan jenis fasilitas kesehatan apapun, sebagai penggantinya mereka
melahirkan di rumah mereka sendiri. Perempuan yang melahirkan di fasilitas kesehatan memungkinkan untuk memperoleh akses ke pelayanan obstetrik darurat
dan perawatan bayi baru lahir, meskipun pelayanan ini tidak selalu tersedia di semua
fasilitas kesehatan Unicef, 2012. Berdasarkan hasil uji analisis chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,104 p0,05 artinya faktor risiko ini dinyatakan tidak significant
atau tidak bermakna yang berarti tidak dapat mewakili keseluruhan populasi dan bahwa tempat melahirkan tidak mempengaruhi kematian neonatus. Berdasarkan data
yang diperoleh peneliti, dari 55 neonatus yang mengalami kematian kasus, 22 diantaranya dilahirkan di rumah, sementara dari data neonatus yang hidup kontrol
yang dilahirkan di rumah terdapat 14 neonatus yang hidup. Perbedaan yang sedikit ini memungkinkan memberi hasil tidak significant atau tidak bermakna pada uji
bivariat. Kontribusi faktor keterlambatan untuk mendapatkan perawatan yang berkualitas bagi bayi yang sakit merupakan salah satu dari penyebab kematian
neonatal Depertemen Kesehatan RI, 2001. Harapan hidup dari bayi berat lahir rendah seringkali rendah, karena banyak yang terlambat atau bahkan tidak mencari
pengobatan. Menurut Djaja dan Soeharsono pada tahun 2001 keterlambatan ini terjadi pada empat masalah yang salah satunya adalah Keterlambatan dalam
mengenal masalah ketika di rumah. Untuk bayi-bayi yang dilahirkan di rumah dengan keadaan sakit dapat berubah menjadi buruk dengan cepat, seringkali dalam
hitungan jam. Tanda dan gejalanya seringkali samar, sehingga anggota keluarga dan bahkan petugas kesehatan tidak mengenal dan tidak dapat mengidentifikasi tanda
bahaya.
5.2.10. Analisis Pengaruh Bantuan Melahirkan Terhadap Kematian Neonatus.
Ada hubungan yang signifikan antara pertolongan persalinan dengan kematian neonatal. Bayi yang dilahirkan ibu yang mendapat pertolongan persalinan
bukan dengan tenaga kesehatan berisiko 3,6 kali untuk mengalami kematian neonatal dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan pertolongan persalinan dari tenaga
kesehatan. Penelitian sebelumnya menemukan hubungan yang bermakna antara penolong persalinan dengan kematian neonatal. Ada hubungan bermakna antara
penolong persalinan dengan kematian neonatal. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang ditolong oleh dukun berisiko kematian neonatal 6,07 kali lebih besar dibanding bayi
yang lahir ditolong oleh tenaga kesehatan Prabamurti, 2008. Risiko kejadian kematian neonatal 2,4 kali lebih besar pada bayi yang ketika dikandung diperiksa