atas dan bawah odds ratio yaitu 2,27-12,847, yang artinya neonatus yang mengalami asfiksia neonatorum sekurang-kurangnya memiliki risiko sebesar 2,27 kali dan
paling tinggi memiliki risiko 12,847 kali untuk mengalami kematian neonatus.
Tabel 5.7. Pengaruh Kelainan Kongenital Terhadap Kematian Neonatus Status neonatus
Jumlah P
OR 95CI
Hidup Mati
Kelainan kongenital
ya 1
10 11
0,008 12
1,479-97,344 tidak
54 45
99 Jumlah 55
55 110
Tabel 5.7. Berdasarkan hasil analisis uji chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,008 p0,05 artinya faktor risiko ini dinyatakan significant atau bermakna yang
berarti dapat mewakili keseluruhan populasi dan bahwa kelainan kongenital mempengaruhi kematian neonatus. Nilai OR = 12 yang artinya, neonatus yang
mempunyai kelainan kongenital lebih beresiko 12 kali untuk mengalami kematian pada masa neonatus daripada neonatus yang tidak mempunyai kelainan kongenital.
Nilai batas atas dan nilai batas bawah odds ratio yaitu masing-masing sebesar 1,479- 97,344, yang artinya neonatus yang mempunyai kelainan kongenital sekurang-
kurangnya memiliki risiko sebesesar 1,479 kali dan paling tinggi memiliki risiko sebesar 97,344 kali untuk mengalami kematian pada masa neonatus.
Tabel 5.8. Pengaruh Sepsis Neonatorum Terhadap Kematian Neonatus Status neonatus
Jumlah P OR
95CI Hidup
Mati Sepsis
neonatorum Ya
6 20
84 0.002
4,667 1,699-12,815
tidak 49
35 26
Jumlah 55 55
110
Tabel 5.8. Berdasarkan hasil analisis uji chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,002 p0,05 artinya faktor risiko ini dinyatakan significant atau bermakna yang
berarti dapat mewakili keseluruhan populasi dan bahwa sepsis neonatorum mempengaruhi kematian neonatus. Nilai OR = 4,667 yang artinya, neonatus yang
sepsis neonatorum lebih beresiko 4,667 kali untuk mengalami kematian pada masa neonatus daripada neonatus yang tidak sepsis neonatorum. Nilai batas bawah dan
nilai batas atas odd ratio yaitu masing masing sebesar 1,699-12,815, yang artinya neonatus yang sepsis neonatorum sekurang-kurangnya memiliki risiko 1,699 dan
paling tinggi memiliki rsiko 12,815 kali untuk mengalami kematian pada masa neonatus daripada neonatus yang tidak sepsis neonatorum..
Tabel 5.9. Pengaruh Umur Ibu Terhadap Kematian Neonatus Status neonatus
Jumlah P OR
95CI Hidup Mati
Umur ibu
20 atau 35 tahun
9 15
24 0,1661
1,917 0,757-4,851
20-35 tahun 46
40 86
Jumlah 55
55 110
Tabel 5.9. Berdasarkan hasil analisis uji chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,1661 p0,05 artinya faktor risiko ini dinyatakan tidak significant atau tidak
bermakna yang berarti tidak dapat mewakili keseluruhan populasi dan bahwa umur ibu tidak mempengaruhi kematian neonatus.
Tabel 5.10. Pengaruh Paritas Ibu Terhadap Kematian Neonatus Status neonatus
Jumlah P OR
95CI Hidup Mati
Paritas ibu
0 atau 3 kali 26
26 46
0,246 1,569
0,732-3,365 1-3 kali
29 29
64 Jumlah
55 55
110
Tabel 5.10. Berdasarkan hasil uji analisis chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,246 p0,05 artinya faktor risiko ini dinyatakan tidak significant atau tidak
bermakna yang berarti tidak dapat mewakili keseluruhan populasi dan bahwa paritas ibu tidak mempengaruhi kematian neonatus.
Tabel 5.11. Pengaruh Tempat Melahirkan Terhadap Kematian Neonatus Status neonatus
Jumlah P OR
95CI Hidup Mati
Tempat melahirkan
RS 41
33 74
0,104 1,952
0,867-4,397 Rumah
14 22
36 Jumlah
55 55
110
Tabel 5.11. Berdasarkan hasil uji analisis chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,104 p0,05 artinya faktor risiko ini dinyatakan tidak significant atau tidak
bermakna yang berarti tidak dapat mewakili keseluruhan populasi dan bahwa tempat melahirkan tidak mempengaruhi kematian neonatus.
Tabel 5.12. Pengaruh Bantuan Melahirkan Terhadap Kematian Neonatus Status neonatus
Jumlah P OR
95CI Hidup
Mati Bantuan
melahirkan Medis
47 51
98 0,221
0,461 1,3-1,631
Non-medis 8
4 12
Jumlah 55
55 110
Tabel 5.12. Berdasarkan hasil uji analisis chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,221 p0,05 artinya faktor risiko ini dinyatakan tidak significant atau tidak
bermakna yang berarti tidak dapat mewakili keseluruhan populasi dan bahwa bantuan melahirkan yang diterima ibu tidak mempengaruhi kematian neonatus.
5.2. Pembahasan
5.2.1. Analisis Data Distribusi Waktu Kematian Neonatus
Hasil penelitian ini menemukan lebih banyak kasus kematian neonatus dini dibandingkan kematian neonatus lanjut 58,2. Hal ini sesuai dengan data the world
health organization 2005 yang menyatakan bahwa kematian neonatal dini 0-7 hari merupakan 23 bagian dari kematian neonatal. Pada bayi neonatal dini baru
lahir-7 hari lebih banyak disebabkan oleh masalah prematuritas dan berat badan lahir rendah 35, serta asfiksia lahir 33,6 Djaja dan Soemantri, 2001. Pada
penelitian ini kematian neonatus dini lebih banyak disebabkan oleh berat badan lahir rendah dan asfiksia neonatorum.
5.2.2 Analisis Data Distribusi Faktor Risiko Kematian Neonatus
Dari seluruh faktor risiko yang dimiliki oleh neonatus ditemukan asfiksia neonatorum menyebabkan 45 kematian dari 70 neonatus, berat badan lahir rendah
menyebabkan 36 kematian dari 55 neonatus, paritas ibu 0 atau 3kali menyebabkan 26 kematian neonatus dari 52 neonatus, tempat melahirkan rumah menyebakan 22
kematian neonatus dari 36 neonatus, sepsis menyebabkan 20 kematian neonatus dari 26 neonatus, umur ibu 20 tahun atau 35 tahun menyebabkan 15 kematian
neonatus dari 24 neonatus, kelainan kongenital menyebabkan 10 kematian neonatus dari 11 neonatus dan bantuan melahirkan non-tenaga medis menyebabkan 4
kematian neonatus dari 12 neonatus.
5.2.3 Analisis Pengaruh Berat Badan Lahir Terhadap Kematian Neonatus
Berat badan lahir rendah merupakan dampak dari kelahiran prematur 37 minggu, atau disebabkan oleh retardasi pertumbuhan intrauterin. Berat badan lahir
rendah sangat erat berhubungan dengan kematian dan kesakitan fetus maupun neonatus, terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan kognitif, dan penyakit
kronis lainnya. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi lama kehamilan dan pertumbuhan fetus yang nantinya akan mempengaruhi berat lahir UNICEF, 2004.
Faktor-faktor ini berkaitan dengan neonatus, ibu, dan lingkungan yang sangat berperan penting dalam menentukan berat badan lahir, seperti
: 1.
Untuk usia kehamilan yang sama, bayi laki-laki lebih berat dari bayi perempuan, bayi pertama yang dilahirkan lebih cenderung mempunyai
berat badan lahir lebih rendah, dan kehamilan kembar cenderung mempunyai berat badan lahir lebih rendah daripada kehamilan tunggal.
2. Perempuan dengan body mass index yang rendah, atau yang tinggal di
dataran tinggi atau yang berusia muda ketika konsepsi cenderung mempunyai bayi dengan berat badan lahir rendah.
3. Selama kehamilan, gaya hidup ibu konsumsi alkohol, rokok, atau
penggunaaan obat-obatan, paparan lainnya malaria, HIV, atau sifilis atau komplikasi kehamilan seperti hipertensi dapat mempengaruhi
perkembangan dan pertumbuhan intrauterine dan juga lama kehamilan. 4.
Ibu dengan sosioekonomi yang rendah lebih sering mempunyai bayi dengan berat badan lahir yang rendah. Dalam keadaan sosioekonomi yang
rendah, nutrisi dan kesehatan ibu sangat buruk, lebih sering mengalami infeksi spesifik dan non-spesifik, tatalaksana yang tidak adekuat jika
terdapat komplikasi dan pekerjaan fisik yang berat selama kehamilan berkontribusi pada perkembangan dan pertumbuhan intrauterine yang
buruk. WHO, 2006 Berdasarkan hasil analisis uji chi-square berat badan lahir rendah mempunyai
nilai p sebesar 0,001 p0,05 artinya faktor risiko ini dinyatakan significant atau bermakna yang berarti dapat mewakili keseluruhan populasi dan bahwa berat badan
lahir rendah mempengaruhi kematian neonatus. Hal ini sesuai dengan pernyataan UNICEF 2004 bahwa berat lahir merupakan prediktor yang penting untuk
kesehatan, semakin rendah berat lahir semakin penting pula untuk mengawasi pertumbuhan neonatus tersebut pada minggu-minggu pertama kelahirannya. Masalah
yang sering timbul pada BBLR :
Masalah pernapasan karena paru-paru yang belum matur Masalah pada jantung
Perdarahan otak Fungsi hati yang belum sempurna
Anemia atau polisitemia Lemak yang sedikit sehingga kesulitan mempertahankan suhu tubuh
normal Masalah pencernaantoleransi minum
Risiko infeksi Gandaputra et al, 2009.
Pada faktor risiko ini memiliki nilai OR = 0,279 yang artinya, neonatus yang mempunyai berat badan lahir rendah lebih beresiko 0,279 kali untuk mengalami
kematian pada masa neonatus daripada neonatus yang mempunyai berat lahir normal. Dari analisis bivariat dapat diketahui bahwa nilai OR pada faktor risiko ini paling
kecil dibandingkan nilai OR faktor risiko lainnya. Hal ini disebabkan karena pada neonatus yang memiliki faktor risiko ini ada 19 yang hidup melewati masa neonatus,
sehingga perbedaan yang ditimbulkan antara neonatus dengan berat badan lahir rendah yang mengalami kematian dan tidak mengalami kematian tidak begitu besar,
hal ini dapat dikarenakan perawatan yang adekuat pada neonatus dengan berat badan lahir rendah.
5.2.4. Analisis Pengaruh Asfiksia Neonatorum Terhadap Kematian Neonatus.
Asfiksia menyebabkan kematian neonatus antara 8-35 di negara maju, sedangkan di negara berkembang antara 31-56,5. Insidensi asfiksia pada menit
pertama 471000 lahir hidup dan pada 5 menit 15,71000 lahir hidup untuk semua neonatus. Insidensi asfiksia neonatorum di Indonesia kurang lebih 401000 Depkes
RI, 2009. Berdasarkan hasil analisis uji chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,001 p0,05 artinya faktor risiko ini dinyatakan significant atau bermakna yang berarti
dapat mewakili keseluruhan populasi dan bahwa asfiksia neonatorum mempengaruhi kematian neonatus. Pada faktor risiko ini didapat nilai OR = 5,4 yang artinya,
neonatus yang asfiksia neonatorum lebih beresiko 5,4 kali untuk mengalami kematian pada masa neonatus daripada neonatus yang tidak mengalami asfiksia
neonatorum. Nilai OR pada faktor risiko ini merupakan nilai OR tertinggi kedua diantara faktor-faktor risiko lainnya. Perubahan-perubahan yang terjadi pada
neonatus yang mengalami asfiksia antara lain hipoksia, hiperkapnia dan asidosis