Hubungan Faktor Risiko Kematian Neonatus Dengan Kejadian Kematian Neonatus Di Rsud Ferdinand Lumban Tobing Sibolga Tahun 2011-2014

(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Trinidia Lubis

Tempat / Tanggal Lahir : Sibolga / 06 Oktober 1994

Agama : Islam

Alamat : Jalan karya dharma medan johor no 12 Riwayat Pendidikan :

1. Sekolah Dasar Negeri 081232 (2000-2006)

2. Sekolah Menengah Pertama Swasta Al-Muslimin Pandan (2006-2009) 3. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Plus Matauli Pandan (2009-2012) Riwayat Organisasi :


(2)

(3)

(4)

(gr) m al

1 Idayana kematian dini 1000 ya tidak ya Rumah medis 24 1

2 Rinilbs kematian lanjut 3000 ya tidak tidak Rumah medis 19 0

3 ratnasar kematian lanjut 1650 ya tidak tidak Rumah medis 25 2

4 nurdiani kematian dini 850 ya ya tidak rumah nonmedis 23 1

5 hotnida kematian dini 1000 tidak tidak ya Rumahsakit medis 28 2

6 riasmtk kematian dini 1100 ya tidak ya Rumahsakit medis 27 1

7 herlina kematian dini 1200 ya ya tidak Rumahsakit medis 33 3

8 santrima kematian lanjut 3300 ya tidak tidak Rumahsakit medis 29 2

9 srijulia kematian lanjut 3500 ya tidak tidak rumah nonmedis 34 4

10 adel kematian lanjut 2700 ya tidak tidak Rumahsakit medis 18 0

11 jeniahza kematian dini 950 ya tidak ya Rumahsakit medis 22 0

12 juwitapg kematian lanjut 3400 ya tidak tidak rumah medis 34 1

13 rismaito kematian dini 1000 ya tidak tidak rumah medis 20 0

14 hepdiana kematian dini 800 ya tidak ya rumah medis 29 2

15 mita kematian lanjut 2700 ya tidak tidak Rumahsakit medis 35 3

16 lina kematian dini 1350 ya tidak tidak Rumahsakit medis 33 4

17 irmayant kematian dini 1000 ya ya tidak Rumahsakit medis 34 3

18 sitinorm kematian lanjut 3400 ya tidak tidak Rumahsakit medis 36 2

19 yuslidap kematian dini 2650 tidak tidak ya Rumahsakit medis 37 4

20 tyarahma kematian dini 1150 ya tidak tidak rumah medis 30 0

21 gustinap kematian lanjut 2100 ya ya tidak Rumahsakit medis 31 3

22 tatijuma kematian dini 1000 ya tidak ya rumah medis 24 0

23 rita kematian dini 700 ya tidak ya Rumahsakit medis 25 1

24 fitrapgb kematian lanjut 3100 ya tidak tidak Rumahsakit medis 37 3

25 sulastri kematian lanjut 3000 ya tidak tidak Rumahsakit medis 27 2

26 elisabet kematian dini 650 ya tidak ya Rumahsakit medis 24 0

27 ayususan kematian dini 900 ya tidak ya Rumahsakit medis 19 0


(5)

m al

29 nurulnai kematian dini 750 ya tidak ya Rumahsakit medis 20 0

30 ratih kematian lanjut 3200 ya tidak tidak Rumahsakit medis 25 0

31 resi kematian lanjut 3050 ya tidak tidak rumah medis 36 4

32 melinap kematian lanjut 1850 ya tidak tidak Rumahsakit nonmedis 19 0

33 ernita kematian dini 1000 ya tidak ya Rumahsakit medis 22 1

34 merlinap kematian lanjut 1850 ya tidak tidak rumah medis 28 2

35 marianti kematian dini 3600 tidak tidak ya Rumahsakit medis 36 3

36 ritcasia kematian lanjut 1700 ya tidak tidak rumah medis 41 4

37 rostiana kematian dini 1000 ya tidak ya Rumahsakit medis 18 0

38 vinahely kematian dini 1300 ya tidak ya Rumahsakit medis 17 0

39 ratniint kematian lanjut 3400 ya tidak tidak rumah medis 22 0

40 itaprnaw kematian lanjut 3000 ya tidak tidak Rumahsakit medis 24 2

41 sahroni kematian dini 2500 tidak tidak ya rumah medis 30 3

42 aderiska kematian dini 1300 ya tidak tidak rumah medis 37 4

43 yette kematian dini 1250 ya tidak ya Rumahsakit medis 22 0

44 srihnday kematian dini 1800 tidak tidak ya Rumahsakit medis 28 0

45 roida kematian dini 1700 tidak tidak ya rumah medis 38 5

46 mawarni kematian dini 2500 ya tidak ya rumah medis 28 3

47 lindalen kematian lanjut 2800 tidak ya tidak rumah medis 22 1

48 gadissur kematian dini 1200 ya tidak tidak Rumahsakit medis 23 1

49 yalimaze kematian dini 1550 ya tidak tidak Rumahsakit medis 24 1

50 rasida kematian lanjut 1600 tidak ya tidak rumah medis 19 0

51 yantisim kematian lanjut 2000 tidak ya tidak Rumahsakit nonmedis 28 3

52 febyanti kematian dini 1400 ya tidak tidak Rumahsakit medis 33 2

53 moridai kematian lanjut 1600 tidak ya tidak rumah medis 25 1

54 marliana kematian dini 950 ya ya tidak Rumahsakit medis 27 0

55 peplidia kematian dini 850 ya ya tidak Rumahsakit medis 20 0


(6)

m al

57 marliana hidup 1900 tidak tidak tidak Rumahsakit medis 20 0

58 mutiara hidup 3100 tidak tidak tidak Rumahsakit medis 28 1

59 rosmaria hidup 3400 tidak tidak tidak Rumahsakit medis 19 0

60 esnawati hidup 3500 ya tidak tidak Rumahsakit medis 37 2

61 sriintan hidup 2700 ya tidak tidak rumah medis 23 1

62 tutigusm hidup 3400 ya tidak tidak Rumahsakit medis 22 0

63 ritamega hidup 1800 tidak tidak tidak Rumahsakit medis 24 1

64 ameyria hidup 2000 tidak tidak tidak rumah nonmedis 20 0

65 gustina hidup 2900 tidak tidak tidak Rumahsakit medis 24 1

66 yanni hidup 3600 ya tidak tidak Rumahsakit medis 30 3

67 raudatum hidup 2800 ya tidak tidak rumah medis 19 0

68 donna hidup 2700 ya tidak tidak rumah medis 38 4

69 piriani hidup 2600 ya tidak tidak Rumahsakit nonmedis 28 1

70 trio hidup 2700 ya tidak tidak Rumahsakit nonmedis 27 1

71 eva hidup 3300 ya tidak tidak rumah medis 32 2

72 syuriant hidup 1400 ya tidak tidak rumah nonmedis 36 2

73 henrika hidup 2800 tidak tidak tidak Rumahsakit medis 22 1

74 rasmino hidup 1600 tidak tidak tidak Rumahsakit medis 24 1

75 tiomasni hidup 3000 ya tidak tidak Rumahsakit medis 18 0

76 rati hidup 3200 tidak tidak tidak rumah medis 35 2

77 karianti hidup 1300 ya tidak tidak Rumahsakit medis 37 3

78 ester hidup 2600 tidak tidak tidak Rumahsakit medis 32 3

79 ratnasar hidup 1500 ya tidak tidak Rumahsakit medis 21 0

80 tika hidup 2700 tidak tidak tidak Rumahsakit medis 20 0

81 khairani hidup 1600 ya tidak tidak Rumahsakit medis 24 1

82 derita hidup 3200 tidak tidak ya Rumahsakit medis 22 1

83 ernita hidup 1000 tidak tidak ya rumah nonmedis 34 4


(7)

m al

85 nispa Hidup 1700 tidak Tidak ya rumah nonmedis 21 0

86 nentri Hidup 1050 tidak Tidak ya Rumahsakit medis 27 1

87 mesriani Hidup 3000 tidak Tidak tidak Rumahsakit medis 28 2

88 nuraisya Hidup 3600 ya Tidak tidak Rumahsakit medis 27 2

89 masdiasi Hidup 1900 tidak Tidak tidak Rumahsakit medis 21 0

90 innawati Hidup 3300 ya Tidak tidak Rumahsakit medis 24 1

91 sumarni Hidup 3400 ya Tidak tidak rumah medis 24 0

92 febri Hidup 2700 ya Tidak tidak rumah medis 28 0

93 lisnawat Hidup 3100 tidak Tidak tidak Rumahsakit medis 29 1

94 mersiana Hidup 2700 ya Tidak tidak Rumahsakit medis 22 0

95 wasnihtg Hidup 2150 tidak Tidak tidak rumah medis 31 3

96 ferawati Hidup 3400 ya Tidak tidak rumah nonmedis 33 3

97 yeneria Hidup 2800 tidak Ya tidak Rumahsakit medis 34 2

98 zubaidah Hidup 2700 tidak Tidak tidak Rumahsakit medis 22 0

99 regina Hidup 2800 tidak Tidak tidak Rumahsakit medis 29 2

100 yelvi Hidup 2800 ya Tidak tidak Rumahsakit medis 25 1

101 erus Hidup 2700 tidak Tidak tidak Rumahsakit medis 35 4

102 asri Hidup 2700 tidak Tidak tidak Rumahsakit medis 37 3

103 deeny Hidup 3100 ya Tidak tidak Rumahsakit medis 29 1

104 sandur Hidup 1300 tidak Tidak ya Rumahsakit medis 21 1

105 agustina Hidup 3200 tidak Tidak tidak rumah nonmedis 28 2

106 masda Hidup 1600 ya Tidak tidak Rumahsakit medis 25 1

107 wati Hidup 900 tidak Tidak ya Rumahsakit medis 19 0

108 maria Hidup 3400 tidak Tidak tidak Rumahsakit medis 27 1

109 muliria Hidup 3200 tidak Tidak tidak Rumahsakit medis 20 0


(8)

waktukematian

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

kematian dini 32 58,2 58,2 58,2

kematian lanjut 23 41,8 41,8 100,0

Total 55 100,0 100,0

Asfiksianeonatorum

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

tidak 10 18,2 18,2 18,2

ya 45 81,8 81,8 100,0

Total 55 100,0 100,0

Kelainankongenital

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

tidak 45 81,8 81,8 81,8

ya 10 18,2 18,2 100,0

Total 55 100,0 100,0

Sepsisneonat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

tidak 35 63,6 63,6 63,6

ya 20 36,4 36,4 100,0

Total 55 100,0 100,0

beratbadanlahir

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

<2500 36 65,5 65,5 65,5

>2499 19 34,5 34,5 100,0


(9)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

20-35 tahun 40 72,7 72,7 72,7

<20 atau >35 tahun 15 27,3 27,3 100,0

Total 55 100,0 100,0

paritasibukel

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1-3 kali 29 52,7 52,7 52,7

0atau >3 kali 26 47,3 47,3 100,0

Total 55 100,0 100,0

tempatmelahirkan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Rumahsakit 33 60,0 60,0 60,0

rumah 22 40,0 40,0 100,0

Total 55 100,0 100,0

bantuanmelahirkan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

medis 51 92,7 92,7 92,7

nonmedis 4 7,3 7,3 100,0


(10)

Beratbadanlahir

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

<2500 19 34,5 34,5 34,5

>2499 36 65,5 65,5 100,0

Total 55 100,0 100,0

Asfiksianeonatorum

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

tidak 30 54,5 54,5 54,5

ya 25 45,5 45,5 100,0

Total 55 100,0 100,0

Kelainankongenital

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

tidak 54 98,2 98,2 98,2

ya 1 1,8 1,8 100,0

Total 55 100,0 100,0

Sepsisneonat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

tidak 49 89,1 89,1 89,1

ya 6 10,9 10,9 100,0


(11)

Percent

Valid

20-35 tahun 46 83,6 83,6 83,6

<20 atau >35 tahun 9 16,4 16,4 100,0

Total 55 100,0 100,0

paritasibuketikamelahirkan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1-3 kali 29 52,7 52,7 52,7

0 atau >3 kali 26 47,3 47,3 100,0

Total 55 100,0 100,0

tempatmelahirkan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Rumahsakit 41 74,5 74,5 74,5

rumah 14 25,5 25,5 100,0

Total 55 100,0 100,0

bantuanmelahirkan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

medis 47 85,5 85,5 85,5

nonmedis 8 14,5 14,5 100,0


(12)

1) Berat badan lahir

2) Asfiksia Neonatorum

bblkel * status Crosstabulation Count

status Total

hidup meninggal

bblkel >2499 36 19 55

<2500 19 36 55

Total 55 55 110

Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 10,509a 1 ,001

Continuity Correctionb 9,309 1 ,002

Likelihood Ratio 10,683 1 ,001

Fisher's Exact Test ,002 ,001

Linear-by-Linear Association

10,414 1 ,001

N of Valid Cases 110

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 27,50. b. Computed only for a 2x2 table

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 3,590

ln(Estimate) 1,278

Std. Error of ln(Estimate) ,401

Asymp. Sig. (2-sided) ,001

Asymp. 95% Confidence Interval

Common Odds Ratio Lower Bound 1,636 Upper Bound 7,879

ln(Common Odds Ratio) Lower Bound ,492 Upper Bound 2,064 The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.


(13)

3) 4)

Crosstab

status Total

hidup meninggal

asfiksianeonatorum

tidak Count 30 10 40

% within status 54,5% 18,2% 36,4%

ya Count 25 45 70

% within status 45,5% 81,8% 63,6% Total

Count 55 55 110

% within status 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 15,714a 1 ,000

Continuity Correctionb 14,182 1 ,000

Likelihood Ratio 16,260 1 ,000

Fisher's Exact Test ,000 ,000

Linear-by-Linear Association 15,571 1 ,000

N of Valid Cases 110

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20,00. b. Computed only for a 2x2 table

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 5,400

ln(Estimate) 1,686

Std. Error of ln(Estimate) ,442

Asymp. Sig. (2-sided) ,000

Asymp. 95% Confidence Interval

Common Odds Ratio Lower Bound 2,270 Upper Bound 12,847

ln(Common Odds Ratio) Lower Bound ,820 Upper Bound 2,553 The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.


(14)

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 8,182a 1 ,004

Continuity Correctionb 6,465 1 ,011

Likelihood Ratio 9,367 1 ,002

Fisher's Exact Test ,008 ,004

Linear-by-Linear Association 8,107 1 ,004

N of Valid Cases 110

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,50. b. Computed only for a 2x2 table

Crosstab

status Total

hidup meninggal

kelainankongenital

tidak Count 54 45 99

% within status 98,2% 81,8% 90,0%

ya Count 1 10 11

% within status 1,8% 18,2% 10,0%

Total

Count 55 55 110

% within status 100,0% 100,0% 100,0%

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 12,000

ln(Estimate) 2,485

Std. Error of ln(Estimate) 1,068

Asymp. Sig. (2-sided) ,020

Asymp. 95% Confidence Interval

Common Odds Ratio Lower Bound 1,479 Upper Bound 97,344

ln(Common Odds Ratio) Lower Bound ,392 Upper Bound 4,578 The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.


(15)

Crosstab

status Total

hidup meninggal

sepsisneonat

tidak Count 49 35 84

% within status 89,1% 63,6% 76,4%

ya Count 6 20 26

% within status 10,9% 36,4% 23,6%

Total Count 55 55 110

% within status 100,0% 100,0% 100,0%

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 4,667

ln(Estimate) 1,540

Std. Error of ln(Estimate) ,515

Asymp. Sig. (2-sided) ,003

Asymp. 95% Confidence Interval

Common Odds Ratio Lower Bound 1,699 Upper Bound 12,815

ln(Common Odds Ratio) Lower Bound ,530 Upper Bound 2,551 The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 9,872a 1 ,002

Continuity Correctionb 8,512 1 ,004

Likelihood Ratio 10,297 1 ,001

Fisher's Exact Test ,003 ,002

Linear-by-Linear Association 9,782 1 ,002

N of Valid Cases 110

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,00. b. Computed only for a 2x2 table


(16)

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 2,643a 1 ,104

Continuity Correctionb 2,023 1 ,155

Likelihood Ratio 2,659 1 ,103

Fisher's Exact Test ,154 ,077

Linear-by-Linear Association 2,619 1 ,106

N of Valid Cases 110

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18,00. b. Computed only for a 2x2 table

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 1,952

ln(Estimate) ,669

Std. Error of ln(Estimate) ,414

Asymp. Sig. (2-sided) ,106

Asymp. 95% Confidence Interval

Common Odds Ratio

Lower Bound ,867 Upper Bound 4,397

ln(Common Odds Ratio)

Lower Bound -,143 Upper Bound 1,481 The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.

Crosstab

status Total

hidup meninggal

tempatmelahirkan

Rumahsakit

Count 41 33 74

% within status 74,5% 60,0% 67,3%

rumah

Count 14 22 36

% within status 25,5% 40,0% 32,7%

Total Count 55 55 110


(17)

Crosstab

status Total

hidup meninggal

bantuanmelahirkan

medis Count 47 51 98

% within status 85,5% 92,7% 89,1%

nonmedis Count 8 4 12

% within status 14,5% 7,3% 10,9%

Total Count 55 55 110

% within status 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1,497a 1 ,221

Continuity Correctionb ,842 1 ,359

Likelihood Ratio 1,523 1 ,217

Fisher's Exact Test ,360 ,180

Linear-by-Linear Association 1,483 1 ,223

N of Valid Cases 110

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,00. b. Computed only for a 2x2 table

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate ,461

ln(Estimate) -,775

Std. Error of ln(Estimate) ,645

Asymp. Sig. (2-sided) ,230

Asymp. 95% Confidence Interval

Common Odds Ratio

Lower Bound ,130 Upper Bound 1,631

ln(Common Odds Ratio)

Lower Bound -2,039 Upper Bound ,489 The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.


(18)

Crosstab

status Total

hidup meninggal

umuribukel

20-35 tahun Count 46 40 86

% within status 83,6% 72,7% 78,2%

<20 atau >35 tahun Count 9 15 24

% within status 16,4% 27,3% 21,8%

Total Count 55 55 110

% within status 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1,919a 1 ,166

Continuity Correctionb 1,332 1 ,248

Likelihood Ratio 1,935 1 ,164

Fisher's Exact Test ,248 ,124

Linear-by-Linear Association 1,901 1 ,168

N of Valid Cases 110

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,00. b. Computed only for a 2x2 table

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 1,917

ln(Estimate) ,651

Std. Error of ln(Estimate) ,474

Asymp. Sig. (2-sided) ,170

Asymp. 95% Confidence Interval

Common Odds Ratio Lower Bound ,757 Upper Bound 4,851

ln(Common Odds Ratio) Lower Bound -,278 Upper Bound 1,579 The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.


(19)

9) Paritas Ibu

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1,345a 1 ,246

Continuity Correctionb ,934 1 ,334

Likelihood Ratio 1,348 1 ,246

Fisher's Exact Test ,334 ,167

Linear-by-Linear Association 1,333 1 ,248

N of Valid Cases 110

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23,00. b. Computed only for a 2x2 table

Crosstab

status Total

hidup meninggal

paritasibu

1-3 kali Count 35 29 64

% within status 63,6% 52,7% 58,2%

0 atau >3 kali Count 20 26 46

% within status 36,4% 47,3% 41,8%

Total Count 55 55 110

% within status 100,0% 100,0% 100,0%

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate

Estimate 1,569

ln(Estimate) ,450

Std. Error of ln(Estimate) ,389

Asymp. Sig. (2-sided) ,247

Asymp. 95% Confidence Interval

Common Odds Ratio

Lower Bound ,732 Upper Bound 3,365

ln(Common Odds Ratio)

Lower Bound -,312 Upper Bound 1,213 The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.


(20)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah A.Z, Naiem M.F, Mahmud N.U.2012..Faktor Resiko Kematian Neonatal Dini di Rumah Sakit Bersalin. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Volume:6 Nomor:6.

Afifah T, Djaja S, Sukroni A.2007.Peran Faktor Sosio Ekonomi dan Biologi terhadap Kematian Neonatal di Indonesia.Volume: 57, Nomor: 8.Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Alisjahbana A.S, Tuwo L.D, Sardjunani N, Prawiradinata R.S, Subandi et al.2012.Laporan Pencapaian Tujuan Pembangun Milenium di Indonesia Tahun 2011. Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional.

Andraiansz G, 2007. Dibalik Angka: Pengkajian Kematian Maternal dan Komplikasi Untuk Mendapatkan Kehamilan yang Lebih Aman. Jakarta:WHO.

Azlin E, Rasyidah, Lubis B.M, Sianturi P, Syofiani B, Tjipta G.D.2013. Rasio Bilirubin Albumin pada Neonatus dengan Hiperbilirubinemia. Sari Pediatri :14(5):292-7.

Bappenas. 2005. Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia Tahun 2005. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional : Jakarta.

Bappenas. 2012. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia 2011. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional:Jakart.

Dahliana, Rochmah, Sumastri H, Vasra E, 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, & Balita: Panduan Belajar. Penerbit Buku Kedokteran EGC:Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2001. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta. Depkes RI, 2009. Profil Kesehatan Indonesia. Depkes RI:Jakarta

Dewi R, Kosim M.S, Sarosa G.I, Usman A,Yunanto A, 2010. Buku Ajar Neonatologi. Edisi 1. Cetakan 2. Jakarta:Badan Penerbit IDAI.

Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, 2008. Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) untuk Bidan di Desa.Departemen Kesehatan RI:Jakarta.


(21)

Djaja S, Soeharsono S, 2001. Penyebab Kematian Bayi Baru Lahir (Neonatal) dan Sistem Pelayanan Kesehatan yang Berkaitan di Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga.

Gandaputra E.P, Handryastuti S, Harmoniati E.D, Hegar B, Idris N.S, Pudjiadi A.H, 2009. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta:Ikatan Dokter Anak Indonesia. Handayani S, Kusuma H.N, Surasmi A, 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi.

Cetakan 1. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Hapsara S, Surjono A, Wandita S, Yanti T, 2014. Faktor resiko kematian Neonatus di Instalasi Maternal Perinatal Rs. Dr. Sardjito, Yogyakarta.Volume:36 Nomor:4. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Hasan R, 2007.Buku kuliah 2 Ilmu Kesehatan AnakJakarta. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI

Hidayat A, 2009. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta. Salemba Medika

Ismael S, Sastroasmoro S, 2013. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. CV Sagung Seto: Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013.Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Jakarta.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta

Lawn J, McCarthy BJ, Ross S, 2001. The healthy Newborn: A Reference Manual for Program Managers. Atlanta, GA:CDC/CARE.

Lihawa M.Y, 2013. Hubungan Jenis Persalinan Dengan Kejadian Sepsis Neonatorum di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Made P, 1998. Kejadian Bayi Lahir dengan Kelainan Kongenital.FK UNDIP:1998. Magdalena, Marlinah, Sari M.I, 2012. Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Kematian


(22)

Munir M, 2012. Hubungan Antara Bayi Prematur Dengan Kejadian Ikterus Neonatorum di Ruang Perinatologi RSUD dr. Koesma Tuban Tahun 2009. Sain Med Jurnal Kesehatan Volume:4 No:1 Juni

Muslihatun W.N, 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Cetakan 1. Yogyakarta:Citramaya.

Olivia C, 2015. Faktor Risiko Terjadinya Kematian Neonatus di RSUP H Adam Malik Medan Tahun 2011-2014. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Population and Development Strategies, UNFPA, 2003. Millenium Development Goals. Nomor:10

Prabamurti N.P, Purnami C.T, Setyono S, Widagdo L, 2008. Analisis faktor risiko status kematian neonatal (studi kasus kontrol di Kecamatan Losari kabupaten Brebes tahun 2006). Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. 2008; 3 (1): 1-9.Dalam: Duarsa A.B.S, Yani D.F.2013.Pelayanan Kesehatan Ibu dan Kematian Neonatal.Volume:7 Nomor:8. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional

Pusponegoro T.S, 2000. Sepsis Neonatorum. Volume:2 Nomor:2.Sari Pediatri

Rukiyah A.Y, Yulianti L, 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Cetakan 1. Jakarta:CV Trans Info Media.

SDKI, 2007. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007. Badan Pusat statistik:Indonesia

SDKI,2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Sub Direktorat Statistik Demografi-Badan Pusat Statistik:Indonesia

UNICEF, 2004. Low birthweight: country, regional, and global estimates: New York.

UNICEF, 2012. Kesehatan Ibu & Anak. Oktober:2012.

Usman A, 2007. Ensefalopati Bilirubin. Sari Pediatri Volume:8 Nomor:4 Mei

Utomo M.T, 2010. Risks Factor of Neonatal Sepsis: A preliminary Study in Dr.Soetomo Hospital. Volume:1 Nomor:1. Indonesian Journal of Tropical and Infectious Diseases.


(23)

Wahid, 2000. Analisis Faktor Risiko Kematian Neonatal : Studi Nested Case Control di Kabupaten Purworejo. Tesis S2 UGM:Yogyakarta.

WHO, 2005. The world health report 2005 make every mother and child count WHO, 2006. Optimal feeding of low-birth-weight infants: Switzerland

WHO, 2012. New Borns : reducing mortality. WHO [Internet]. [Diakses 6 mei 2015]. Dari URL who.int/mediacentre/factsheets/fs333/en/


(24)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

Judul Penelitian : Hubungan Faktor Resiko Kematian Neonatus dengan kejadian kematian neonatus di R.S.D Ferdinand Lumban Tobing Sibolga tahun 2011 – 2015

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel independen Variabel dependen

Bayi Berat Lahir Rendah

Kelainan Kongenital (-) Asfiksia Neonatorum (+) Asfiksia Neonatorum (-) Kelainan Kongenital (+) Bayi Berat Lahir Normal

Sepsis Neonatorum (+) Sepsis Neonatorum (-)

Meninggal (kasus)

Hidup (kontrol) Umur ibu <20 atau >35 tahun

Umur ibu 20-35 tahun

Paritas 0 atau >3 kali

Tempat melahirkan di RS Tempat melahirkan di rumah Bantuan melahirkan oleh dokter

Bantuan melahirkan oleh non-tenaga medis non-tenaga medis


(25)

3.2. Definisi Operasional 3.2.1 Kematian Neonatus

Defenisi : Bayi lahir hidup yang meninggal dibawah 28 hari Alat ukut : Rekam medis

Cara ukur : Mengambil data dari rekam medis Hasil ukur : Meninggal

Skala ukur : Ordinal.

3.2.2. Berat badan lahir

Defenisi : Berat badan yang diukur dalam 24 jam setelah kelahiran Alat ukut : Rekam medis

Cara ukur : Mengambil data dari rekam medis Hasil ukur : - Bayi berat lahir rendah < 2500 gram

- Bayi berat lahir normal 2500 gram Skala ukur : Ordinal.

3.2.3. Asfiksia Neonatorum

Defenisi : kegagalan bayi bernafas spontan dan teratur setelah kelahiran Alat ukur : Rekam medis

Cara ukur : Mengambil data dari rekam medis Hasil ukur : - Ada riwayat asfiksia nonatorum

- Tidak ada riwayat asfiksia neonatorum Skala ukur : nominal.

3.2.4. Kelainan Kongenital

Defenisi : kelinan bawaan pada bayi yang sudah ada ketika baru lahir Alat ukut : Rekam medis

Cara ukur : Mengambil data dari rekam medis Hasil ukur : - Ada riwayat kelainan kongenital

- Tidak ada riwayat kelainan kongenital Skala ukur : Ordinal

3.2.5. Sepsis Neonatorum


(26)

Alat ukut : Rekam medis

Cara ukur : Mengambil data dari rekam medis Hasil ukur : - Ada riwayat infeksi

- Tidak ada riwayat infeksi Skala ukur : Ordinal

3.2.6. Umur Ibu

Defenisi : Waktu hidup ibu yang diukur berdasarkan tanggal kelahiran ibu hingga tanggal ibu melahirkan.

Alat ukut : Rekam medis

Cara ukur : Mengambil data dari rekam medis

Hasil ukur : - Umur beresiko : <20 tahun atau >35 tahun - Umur tidak beresiko : 20-35 tahun

Skala ukur : Ordinal

3.2.7. Paritas ibu

Defenisi : Jumlah anak yang pernah dilahirkan dalam keadaan hidup Alat ukut : Rekam medis

Cara ukur : Mengambil data dari rekam medis Hasil ukur : - Paritas beresiko : 0 dan > 3 kali

- Paritas tidak beresiko : 1-3 kali Skala ukur : Ordinal

Skala ukur : Ordinal.

3.2.8. Tempat melahirkan

Defenisi : Tempat dimana ibu bersalin Alat ukur : Rekam medis

Cara ukur : Mengambil data dari rekam medis Hasil ukur : - Melahirkan di rumah sakit

- Melahirkan di rumah dll Skala ukur : Nominal.

3.2.9. Bantuan Melahirkan

Defenisi : Penolong proses persalinan Alat ukur : Rekam medis


(27)

Cara ukur : Mengambil data dari rekam medis Hasil ukur : - Penolong dokter/bidan

- Penolong dukaun beranak/dll Skala ukur : Nominal.


(28)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan studi kuantitatif analitik observasional dengan menggunakan desain case control study. Dimana pada penelitian ini, peneliti melakukan pengukuran variabel tergantung, yakni efek, sedangkan variabel bebasnya dicari secara retrospektif . (Ismael dan Sastroasmoro, 2013).

4.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Dr. Ferdinand Lumban Tobing Sibolga.

4.3. Waktu Penelitian

Waktu penelitian terhitung mulai dari pembuatan proposal hingga pelaporan hasil penelitian yakni bulan Maret 2015 - Desember 2015.

4.4. Populasi dan Sampel

4.4.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh bayi lahir hidup usia 0 sampai 28 hari yang di rawat di Rumah Sakit Umum Dr. Ferdinand Lumban Tobing Sibolga dimulai dari Januari 2011- Desember 2014.

4.4.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah neonatus yang meninggal sebagai kasus dan neonatus yang hidup sebagai kontol di RSUD dr. Ferdinand Lumban tobing sibolga dimulai dari Januari 2011- Desember 2014.

a. Kasus

Kriteria kasus adalah bayi (0-28 hari) yang meninggal di RSUD Ferdinand Lumban Tobing Sibolga dan memiliki status rekam medis lengkap dari Januari 2011 – Desember 2014.


(29)

b. Kontrol

Kriteria kontrol adalah bayi (0-28 hari) yang hidup di RSUD Ferdinand Lumban Tobing sibolga dan memiliki status rekam medis lengkap dari Januari 2011- Desember 2014.

c. Besar sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel dengan desain kasus kontrol (Ismael dan Sastroasmoro, 2013), yaitu :

dimana , P =

, Q = 1 - P

Keterangan :

n = Besar sampel minimum yang dibutuhkan OR = Odds Ratio berdasarkan penelitian terdahulu

= Nilai Z berdasarkan tingkat kesalahan 5%, uji 2 sisi =1,96 = Nilai Z berdasarkan kekuatan uji 90% = 1,282

Besar sampel minimum yang dibutuhkan berdasarkan penelitian sebelumnya sebagai berikut : ( menggunakan variabel jarak kelahiran OR = 2,54)

P = =

=

=

0,71

n =

= 55

Penelitian ini menggunakan perbandingan kasus dan kontrol 1 : 1 sehingga sampel untuk penelitian ini sebanyak 55 kasus dan 55 kontrol.


(30)

4.4.3 Kriteria Inklusi dan eksklusi a. Kriteria Inklusi

1. Bayi < 28 hari yang dirawat di RSUD. Ferdinand Lumban Tobing tahun Januari 2011- Desember 2014

2. Lahir Hidup b. Kriteria Ekslusi

1. Status rekam medik tidak lengkap.

4.5. Teknik Pengumpulan Data

Pada kelompok kasus dilakukan pengambilan sampel menggunakan teknik non-probability sampling jenis consecutive sampling. Pada consecutive sampling, semua subjek yang memenuhi kriteria dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang dibutuhkan terpenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2013). Pada kelompok kontrol dilakukan pengambilan sampel menggunakan teknik non-probability sampling jenis purposive sampling. Pada purposive sampling, pengambilan sampel didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan cirri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Sastroasmoro dan Ismael, 2013).

Jenis data yang dikumpulkan adalah data sekunder. a. Data sekunder

Data yang diperoleh dari sumber-sumber yang telah ada.

Contoh: hasil penelitian orang lain, laporan suatu Rumah Sakit.

4.6. Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data akan melalui proses-proses berikut (Notoatmojo, 2010): a. Editing

Memeriksa kembali ketepatan dan kelengkapan data. b. Coding

Memberi kode secara manual sebelum diolah dengan komputer. c. Entry


(31)

d. Cleaning

Memeriksa kembali data yang telah dimasukkan ke dalam program komputer guna menghindari kesalahan dalam pemasukan data.

e. Saving

Menyimpan data untuk siap dianalisis.

Data yang telah terkumpul diolah lebih lanjut dengan menggunakan program Statistic Package for Social Sciences (SPSS).

a. Analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan atau medeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Setelah dilakukan analisis univariat maka hasilnya akan diketahui karakteristik atau distribusi setiap variabel.

b. Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel untuk melihat apakah ada hubungan antar variabel. Pada penelitian ini akan dilakukan uji statistik chi square pada tingkat kepercayaan 95% untuk melihat apakah ada hubungan antar variabel yang diteliti. Apabila ditemukan hasil analisis statistik p < 0,05 maka variabel tersebut dinyatakan significant atau bermakna. Selain itu digunakan pehitungaan Odds Ratio (OR) yaitu pengukuran asosiasi paparan (faktor risiko) dengan kejadian penyakit (dalam hal ini kematian neonatus).


(32)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUD dr. Ferdinand Lumban Tobing Sibolga yang terletak di Jalan Dr. Ferdinand Lumban Tobing no 35, Kelurahan Kota Beringin, Kecamatan Sibolga Kota, Kotamadya Sibolga, Provinsi Sumatera Utara. RSUD dr. Ferdinand Lumban Tobing merupakan rumah sakit kelas B dan merupakan rumah sakit rujukan dari rumah sakit Kabupaten-kabupaten setempat. Rumah sakit dr. Ferdinand Lumban Tobing memiliki 40 dokter yang terdiri dari 17 dokter umum, 19 dokter spesialis dan 4 dokter gigi umum.

5.1.2. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi proporsi neonatus berdasarkan variabel yang diteliti meliputi karakteristik neonatus (Klasifikasi kematian neonatus, berat badan lahir, asfiksia neonatorum, kelainan kongenital, sepsis neonatorum), karakteristik ibu (umur ibu, paritas) dan karakterisik pelayanan kesehatan ibu (tempat melahirkan dan bantuan pada saat persalinan).

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Neonatus Menurut Klasifikasi Kematian Neonatus

Kematian Neonatus Jumlah %

Kematian neonatus dini 32 58,2

Kematian neonatus lanjut 23 41,8

Total 55 100

Berdasarkan data tabel 5.1., diketahui bahwa sebagian besar kematian neonatus merupakan proporsi kematian neonatus dini, yaitu sebanyak 32 (58,2%).


(33)

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Neoanatus Menurut Karakteristik Neonatus (berat badan lahir, asfiksia neonatorum, kelainan kongenital, sepsis neonatorum)

Variabel

Kasus (meninggal)

Kontrol (hidup)

F % F %

Berat Badan Lahir

Berat badan lahir normal 19 34,5 36 65,5

Berat badan lahir rendah 36 65,5 19 34,5

Jumlah 55 100 55 100

Asfiksia neonatorum

Ya 45 81,8 25 45,5

Tidak 10 18,2 30 54,5

Jumlah 55 100 55 100

Kelainan kongenital

Ada 10 18,2 1 1,8

Tidak ada 45 81,8 54 98,2

Jumlah 55 100 55 100

Sepsis

Ada 20 36,4 6 10,9

Tidak ada 35 63,6 49 89,1

Jumlah 55 100 55 100

Berdasarkan data tabel 5.2., diketahui bahwa pada kelompok kasus sebagian besar neonatus memiliki berat badan lahir rendah yaitu sebanyak 36 (65,5%) sementara pada kelompok kontrol neonatus yang memiliki berat badan lahir rendah lebih sedikit yaitu sebanyak 19 (34,5%).

Berdasarkan data tabel 5.2., diketahui bahwa pada kelompok kasus sebagian besar neonatus mengalami asfiksia neonatorum yaitu sebesar 45 (81,8%) sementara pada kelompok kontrol lebih banyak neonatus yang tidak mengalami asfiksia neonatorum yaitu sebesar 30 (54,5%) .


(34)

Berdasarkan data tabel 5.2., diketahui bahwa sebagian besar neonatus pada kelompok kasus dan kelompok kontrol tidak mengalami kelainan kongenital yaitu masing-masing sebanyak 45 (81,8%) dan 54 (98,2%).

Berdasarkan tabel 5.2., diketahui bahwa sebagian besar neonatus pada kelompok kasus dan kelompok kontrol tidak mengalami sepsis yaitu masing-masing sebanyak 35 (63,6%) dan 49 (89,1%)

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Neonatus Menurut Karakteristik Ibu

Variabel

Kasus (meninggal)

Kontrol (hidup)

F % F %

Umur ibu

20-35 tahun 40 72,7 46 83,6

<20 atau >35 tahun 15 27,3 9 16,4

Jumlah 55 100 55 100

Paritas

1-3 kali 29 52,7 29 52,7

0 atau >3 kali 26 47,3 26 47,3

Jumlah 55 100 55 100

Berdasarkan Tabel 5.3., dapat diketahui bahwa ibu dari neonatus pada kelompok kasus dan kontrol sebagian besar berumur 20-35 tahun yaitu masing-masing sebanyak 40 (72,7%) dan 46 (83,6%).

Berdasarkan Tabel 5.3., dapat diketahui bahwa ibu dari neonatus pada kelompok kasus dan kontrol memiliki jumlah yang paritas yang sama yaitu 1-3 kali sebanyak 29 (52,7%).


(35)

Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Neonatus Menurut Karakteristik Pelayanan Kesehatan Ibu

Variabel

Kasus (meninggal)

Kontrol (hidup)

F % F %

Tempat melahirkan

Rumah sakit 33 60 41 74,5

Rumah 22 40 14 25,5

Jumlah 55 100 55 100

Bantuan melahirkan

Tenaga medis 51 92,7 47 85,5

Non-tenaga medis 4 7,3 8 14,5

Jumlah 55 100 55 100

Berdasarkan data tabel 5.4., dapat diketahui bahwa sebagian besar pelayanan kesehatan yang diterima ibu dari neonatus ketika melahirkan pada kelompok kasus dan kontrol dilakukan di rumah sakit yaitu masing-masing sebanyak 33 (60%) dan 41 (74,5%).

Berdasarkan data tabel 5.4., dapat diketahui bahwa sebagian besar pelayanan kesehatan yang diterima ibu dari neonatus ketika melahirkan pada kelompok kasus dan kontrol dilakukan oleh tenaga medis yaitu masing-masing sebanyak 51 (92,7%) dan 47 (85,5%).

5.1.3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi pengaruh variabel-variabel yang diteliti yaitu berat badan lahir, asfiksia neonatorum, kelainan kongenital, sepsis neonatorum, umur ibu, jumlah paritas ibu, tempat melahirkan dan bantuan melahirkan yang diterima ibu terhadap kematian neonatus.


(36)

Tabel 5.5. Pengaruh Berat Badan Lahir Terhadap Kematian Neonatus

Status neonatus

Jumlah P OR

(95%CI)

Hidup Mati

Berat badan lahir Normal 36 19 55

0,001 0,279

(0,127 - 0,611)

Rendah 19 36 55

Jumlah 55 55 110

Tabel 5.5. Berdasarkan hasil analisis uji chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,001 (p<0,05) artinya faktor risiko ini dinyatakan significant atau bermakna yang berarti dapat mewakili keseluruhan populasi dan bahwa berat badan lahir rendah mempengaruhi kematian neonatus. Nilai OR = 0,279 yang artinya, neonatus yang mempunyai berat badan lahir rendah lebih beresiko 0,279 kali untuk mengalami kematian pada masa neonatus daripada neonatus yang mempunyai berat lahir normal. Nilai batas atas dan batas bawah odds ratio yaitu masing-masing sebesar 0,127 dan 0,611, yang artinya neonatus yang mempunyai berat badan lahir rendah sekurang-kurangnya memiliki risiko sebesar 0,127 kali dan paling tinggi memiliki risiko sebesar 0,611 kali untuk mengalami kematian pada masa neonatus.

Tabel 5.6. Pengaruh Asfiksia Neonatorum Terhadap Kematian Neonatus

Status neonatus

Jumlah p OR

(95%CI)

Hidup Mati

Asfiksia neonatorum

Ya 25 45 70

0,001 5,4

(2,27-12,847)

Tidak 30 10 40

Jumlah 55 55 110

Tabel 5.6. Berdasarkan hasil analisis uji chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,001 (p<0,05) artinya faktor risiko ini dinyatakan significant atau bermakna yang berarti dapat mewakili keseluruhan populasi dan bahwa asfiksia neonatorum mempengaruhi kematian neonatus. Nilai OR = 5,4 yang artinya, neonatus yang asfiksia neonatorum lebih beresiko 5,4 kali untuk mengalami kematian pada masa neonatus daripada neonatus yang tidak mengalami asfiksia neonatorum. Nilai batas


(37)

atas dan bawah odds ratio yaitu 2,27-12,847, yang artinya neonatus yang mengalami asfiksia neonatorum sekurang-kurangnya memiliki risiko sebesar 2,27 kali dan paling tinggi memiliki risiko 12,847 kali untuk mengalami kematian neonatus.

Tabel 5.7. Pengaruh Kelainan Kongenital Terhadap Kematian Neonatus Status neonatus

Jumlah P OR

(95%CI)

Hidup Mati

Kelainan kongenital

ya 1 10 11

0,008 12

(1,479-97,344)

tidak 54 45 99

Jumlah 55 55 110

Tabel 5.7. Berdasarkan hasil analisis uji chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,008 (p<0,05) artinya faktor risiko ini dinyatakan significant atau bermakna yang berarti dapat mewakili keseluruhan populasi dan bahwa kelainan kongenital mempengaruhi kematian neonatus. Nilai OR = 12 yang artinya, neonatus yang mempunyai kelainan kongenital lebih beresiko 12 kali untuk mengalami kematian pada masa neonatus daripada neonatus yang tidak mempunyai kelainan kongenital. Nilai batas atas dan nilai batas bawah odds ratio yaitu masing-masing sebesar 1,479-97,344, yang artinya neonatus yang mempunyai kelainan kongenital sekurang-kurangnya memiliki risiko sebesesar 1,479 kali dan paling tinggi memiliki risiko sebesar 97,344 kali untuk mengalami kematian pada masa neonatus.

Tabel 5.8. Pengaruh Sepsis Neonatorum Terhadap Kematian Neonatus Status neonatus

Jumlah P OR

(95%CI) Hidup Mati

Sepsis neonatorum

Ya 6 20 84

0.002 4,667

(1,699-12,815)

tidak 49 35 26

Jumlah 55 55 110

Tabel 5.8. Berdasarkan hasil analisis uji chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,002 (p<0,05) artinya faktor risiko ini dinyatakan significant atau bermakna yang


(38)

berarti dapat mewakili keseluruhan populasi dan bahwa sepsis neonatorum mempengaruhi kematian neonatus. Nilai OR = 4,667 yang artinya, neonatus yang sepsis neonatorum lebih beresiko 4,667 kali untuk mengalami kematian pada masa neonatus daripada neonatus yang tidak sepsis neonatorum. Nilai batas bawah dan nilai batas atas odd ratio yaitu masing masing sebesar 1,699-12,815, yang artinya neonatus yang sepsis neonatorum sekurang-kurangnya memiliki risiko 1,699 dan paling tinggi memiliki rsiko 12,815 kali untuk mengalami kematian pada masa neonatus daripada neonatus yang tidak sepsis neonatorum..

Tabel 5.9. Pengaruh Umur Ibu Terhadap Kematian Neonatus Status neonatus

Jumlah P OR

(95%CI) Hidup Mati

Umur ibu

<20 atau > 35

tahun 9 15 24

0,1661 1,917

(0,757-4,851)

20-35 tahun 46 40 86

Jumlah 55 55 110

Tabel 5.9. Berdasarkan hasil analisis uji chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,1661 (p>0,05) artinya faktor risiko ini dinyatakan tidak significant atau tidak bermakna yang berarti tidak dapat mewakili keseluruhan populasi dan bahwa umur ibu tidak mempengaruhi kematian neonatus.

Tabel 5.10. Pengaruh Paritas Ibu Terhadap Kematian Neonatus Status neonatus

Jumlah P OR

(95%CI) Hidup Mati

Paritas ibu

0 atau >3 kali 26 26 46

0,246 1,569

(0,732-3,365)

1-3 kali 29 29 64


(39)

Tabel 5.10. Berdasarkan hasil uji analisis chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,246 (p>0,05) artinya faktor risiko ini dinyatakan tidak significant atau tidak bermakna yang berarti tidak dapat mewakili keseluruhan populasi dan bahwa paritas ibu tidak mempengaruhi kematian neonatus.

Tabel 5.11. Pengaruh Tempat Melahirkan Terhadap Kematian Neonatus Status neonatus

Jumlah P OR

(95%CI) Hidup Mati

Tempat melahirkan

RS 41 33 74

0,104 1,952

(0,867-4,397)

Rumah 14 22 36

Jumlah 55 55 110

Tabel 5.11. Berdasarkan hasil uji analisis chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,104 (p>0,05) artinya faktor risiko ini dinyatakan tidak significant atau tidak bermakna yang berarti tidak dapat mewakili keseluruhan populasi dan bahwa tempat melahirkan tidak mempengaruhi kematian neonatus.

Tabel 5.12. Pengaruh Bantuan Melahirkan Terhadap Kematian Neonatus Status neonatus

Jumlah P OR

(95%CI) Hidup Mati

Bantuan melahirkan

Medis 47 51 98

0,221 0,461 (1,3-1,631)

Non-medis 8 4 12

Jumlah 55 55 110

Tabel 5.12. Berdasarkan hasil uji analisis chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,221 (p>0,05) artinya faktor risiko ini dinyatakan tidak significant atau tidak bermakna yang berarti tidak dapat mewakili keseluruhan populasi dan bahwa bantuan melahirkan yang diterima ibu tidak mempengaruhi kematian neonatus.


(40)

5.2. Pembahasan

5.2.1. Analisis Data Distribusi Waktu Kematian Neonatus

Hasil penelitian ini menemukan lebih banyak kasus kematian neonatus dini dibandingkan kematian neonatus lanjut (58,2%). Hal ini sesuai dengan data the world health organization (2005) yang menyatakan bahwa kematian neonatal dini (0-7 hari) merupakan 2/3 bagian dari kematian neonatal. Pada bayi neonatal dini (baru lahir-7 hari) lebih banyak disebabkan oleh masalah prematuritas dan berat badan lahir rendah (35%), serta asfiksia lahir (33,6%) (Djaja dan Soemantri, 2001). Pada penelitian ini kematian neonatus dini lebih banyak disebabkan oleh berat badan lahir rendah dan asfiksia neonatorum.

5.2.2 Analisis Data Distribusi Faktor Risiko Kematian Neonatus

Dari seluruh faktor risiko yang dimiliki oleh neonatus ditemukan asfiksia neonatorum menyebabkan 45 kematian dari 70 neonatus, berat badan lahir rendah menyebabkan 36 kematian dari 55 neonatus, paritas ibu (0 atau >3kali) menyebabkan 26 kematian neonatus dari 52 neonatus, tempat melahirkan (rumah) menyebakan 22 kematian neonatus dari 36 neonatus, sepsis menyebabkan 20 kematian neonatus dari 26 neonatus, umur ibu ( <20 tahun atau >35 tahun) menyebabkan 15 kematian neonatus dari 24 neonatus, kelainan kongenital menyebabkan 10 kematian neonatus dari 11 neonatus dan bantuan melahirkan (non-tenaga medis) menyebabkan 4 kematian neonatus dari 12 neonatus.

5.2.3 Analisis Pengaruh Berat Badan Lahir Terhadap Kematian Neonatus

Berat badan lahir rendah merupakan dampak dari kelahiran prematur (< 37 minggu), atau disebabkan oleh retardasi pertumbuhan intrauterin. Berat badan lahir rendah sangat erat berhubungan dengan kematian dan kesakitan fetus maupun neonatus, terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan kognitif, dan penyakit kronis lainnya. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi lama kehamilan dan pertumbuhan fetus yang nantinya akan mempengaruhi berat lahir (UNICEF, 2004).


(41)

Faktor-faktor ini berkaitan dengan neonatus, ibu, dan lingkungan yang sangat berperan penting dalam menentukan berat badan lahir, seperti :

1. Untuk usia kehamilan yang sama, bayi laki-laki lebih berat dari bayi perempuan, bayi pertama yang dilahirkan lebih cenderung mempunyai berat badan lahir lebih rendah, dan kehamilan kembar cenderung mempunyai berat badan lahir lebih rendah daripada kehamilan tunggal. 2. Perempuan dengan body mass index yang rendah, atau yang tinggal di

dataran tinggi atau yang berusia muda ketika konsepsi cenderung mempunyai bayi dengan berat badan lahir rendah.

3. Selama kehamilan, gaya hidup ibu (konsumsi alkohol, rokok, atau penggunaaan obat-obatan), paparan lainnya (malaria, HIV, atau sifilis) atau komplikasi kehamilan seperti hipertensi dapat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan intrauterine dan juga lama kehamilan. 4. Ibu dengan sosioekonomi yang rendah lebih sering mempunyai bayi

dengan berat badan lahir yang rendah. Dalam keadaan sosioekonomi yang rendah, nutrisi dan kesehatan ibu sangat buruk, lebih sering mengalami infeksi spesifik dan non-spesifik, tatalaksana yang tidak adekuat jika terdapat komplikasi dan pekerjaan fisik yang berat selama kehamilan berkontribusi pada perkembangan dan pertumbuhan intrauterine yang buruk. (WHO, 2006)

Berdasarkan hasil analisis uji chi-square berat badan lahir rendah mempunyai nilai p sebesar 0,001 (p<0,05) artinya faktor risiko ini dinyatakan significant atau bermakna yang berarti dapat mewakili keseluruhan populasi dan bahwa berat badan lahir rendah mempengaruhi kematian neonatus. Hal ini sesuai dengan pernyataan UNICEF (2004) bahwa berat lahir merupakan prediktor yang penting untuk kesehatan, semakin rendah berat lahir semakin penting pula untuk mengawasi pertumbuhan neonatus tersebut pada minggu-minggu pertama kelahirannya. Masalah yang sering timbul pada BBLR :

 Masalah pernapasan karena paru-paru yang belum matur  Masalah pada jantung


(42)

 Perdarahan otak

 Fungsi hati yang belum sempurna  Anemia atau polisitemia

 Lemak yang sedikit sehingga kesulitan mempertahankan suhu tubuh normal

 Masalah pencernaan/toleransi minum  Risiko infeksi (Gandaputra et al, 2009).

Pada faktor risiko ini memiliki nilai OR = 0,279 yang artinya, neonatus yang mempunyai berat badan lahir rendah lebih beresiko 0,279 kali untuk mengalami kematian pada masa neonatus daripada neonatus yang mempunyai berat lahir normal. Dari analisis bivariat dapat diketahui bahwa nilai OR pada faktor risiko ini paling kecil dibandingkan nilai OR faktor risiko lainnya. Hal ini disebabkan karena pada neonatus yang memiliki faktor risiko ini ada 19 yang hidup melewati masa neonatus, sehingga perbedaan yang ditimbulkan antara neonatus dengan berat badan lahir rendah yang mengalami kematian dan tidak mengalami kematian tidak begitu besar, hal ini dapat dikarenakan perawatan yang adekuat pada neonatus dengan berat badan lahir rendah.

5.2.4. Analisis Pengaruh Asfiksia Neonatorum Terhadap Kematian Neonatus.

Asfiksia menyebabkan kematian neonatus antara 8-35% di negara maju, sedangkan di negara berkembang antara 31-56,5%. Insidensi asfiksia pada menit pertama 47/1000 lahir hidup dan pada 5 menit 15,7/1000 lahir hidup untuk semua neonatus. Insidensi asfiksia neonatorum di Indonesia kurang lebih 40/1000 (Depkes RI, 2009). Berdasarkan hasil analisis uji chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,001 (p<0,05) artinya faktor risiko ini dinyatakan significant atau bermakna yang berarti dapat mewakili keseluruhan populasi dan bahwa asfiksia neonatorum mempengaruhi kematian neonatus. Pada faktor risiko ini didapat nilai OR = 5,4 yang artinya, neonatus yang asfiksia neonatorum lebih beresiko 5,4 kali untuk mengalami kematian pada masa neonatus daripada neonatus yang tidak mengalami asfiksia neonatorum. Nilai OR pada faktor risiko ini merupakan nilai OR tertinggi kedua diantara faktor-faktor risiko lainnya. Perubahan-perubahan yang terjadi pada neonatus yang mengalami asfiksia antara lain hipoksia, hiperkapnia dan asidosis


(43)

metabolik. Pada asidosis metabolik, terjadi perubahan metabolisme aerob menjadi anaerob yang akan menyebabkan kelainan biokimiawi darah yang lebih parah. Keadaan ini akan mempengaruhi metabolisme sel, jaringan, dan organ, khususnya organ vital, seperti otak, jantung, ginjal, paru yang berdampak pada gangguan fungsi, gagal organ sampai kematian (Muslihatun, 2010).

5.2.5. Analisis Pengaruh Kelainan Kongenital Terhadap Kematian Neonatus

Kelainan kongenital dapat merupakan penyebab penting terjadinya abortus, lahir mati, ataupun kematian bayi segera setelah lahir. Kematian bayi pada bulan pertama kehidupannya sering disebabkan kelainan kongenital yang besar (11,7%). Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital cenderung mempunyai berat badan lahir rendah (BBLR), atau kecil masa kehamilan (Kadri (1991) dalam Made (1998)). Berdasarkan hasil analisis uji chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,008 (p<0,05) artinya faktor risiko ini dinyatakan significant atau bermakna yang berarti dapat mewakili keseluruhan populasi dan bahwa kelainan kongenital mempengaruhi kematian neonatus. Pada faktor risiko ini mempunyai nilai OR = 12 yang artinya, neonatus yang mempunyai kelainan kongenital lebih beresiko 12 kali untuk mengalami kematian pada masa neonatus daripada neonatus yang tidak mempunyai kelainan kongenital. Dari hasil uji bivariat nilai OR pada faktor risiko ini merupakan nilai OR tertinggi atau paling beresiko terhadap kematian neonatus. Ini sesuai dengan penelitian Hapsara S et al tahun 2014 yang menyatakan faktor yang paling kuat pengaruhnya terhadap kematian neonatus adalah kelainan kongenital mayor disusul penyakit membran hialin, skor Apgar rendah pada menit kelima, dan sepsis. Pada penelitian ini didapat data kelainan kongenital neonatus berupa anensefalus, hidrosefalus kongenita, kelainan kongenital pada saluran pencernaan. Pada neonatus yang mengalami kelainan kongenital biasanya ditemukan faktor risiko lain seperti berat badan lahir rendah ataupun asfiksia neonatorum.

5.2.6. Analisis Pengaruh Sepsis Neonatorum Terhadap Kematian Neonatus.

Sepsis neonatorum adalah sindrom klinik penyakit sistemik, disertai bakteremia yang terjadi pada bayi dalam satu bulan pertama kehidupan. Angka


(44)

kejadian sepsis neonatal adalah 1-10 per 1000 kelahiran hidup, dan mencapai 13-27 per 1000 kelahiran hidup pada bayi dengan berat <1500gram. Angka kematian 13-50%, terutama pada bayi prematur (5-10 kali kejadian pada neonatus cukup bulan) dan neonatus dengan penyakit berat dini. Infeksi nosokomial pada bayi berat lahir sangat rendah, merupakan penyebab utama tingginya kematian pada umur setelah 5 hari kehidupan (Pusponegoro, 2000). Berdasarkan hasil analisis uji chi-square pana penelitian ini diperoleh nilai p sebesar 0,002 (p<0,05) artinya faktor risiko ini dinyatakan significant atau bermakna yang berarti dapat mewakili keseluruhan populasi dan bahwa sepsis neonatorum mempengaruhi kematian neonatus. Pada faktor risiko ini didapati nilai OR = 4,667 yang artinya, neonatus yang sepsis neonatorum lebih beresiko 4,667 kali untuk mengalami kematian pada masa neonatus daripada neonatus yang tidak sepsis neonatorum. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Hapsara S et al tahun 2014 yang mendapat hasil OR pada faktor risiko kematian neonatus akibat sepsis neonatorum sebesar 4,26.

5.2.7. Analisis Pengaruh Umur Ibu Terhadap Kematian Neonatus.

Berdasarkan hasil analisi uji chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,1661 (p>0,05) artinya faktor risiko ini dinyatakan tidak significant atau tidak bermakna yang berarti tidak dapat mewakili keseluruhan populasi dan bahwa umur ibu tidak mempengaruhi kematian neonatus. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang mengatakan umur ibu sangat berpengaruh terhadap kematian neonatal, umur ibu yang terlalu muda yaitu < 20 tahun kondisinya belum siap untuk menerima kehamilan karena anatomi tubuhnya belum sempurna, akibat resiko kematian maternal dan perinatal akan meningkat, sedangkan umur ibu yang >35 tahun anatomi tubuhnya sudah mulai mengalami degenerasi sehingga kemungkinan terjadi komplikasi pada saat kehamilan dan persalinan akan meningkat, akibatnya kematian neonatal semakin besar (Magdalena et al, 2012). Dalam penelitian yang lain pula dinyatakan bahwa risiko untuk terjadi kematian neonatal pada ibu yang berusia kurang dari 20 tahun atau 35 tahun ke atas 1,5 kali lebih besar daripada ibu berusia 20-34 tahun (Afifah et al, 2007). Berdasarkan data yang didapat peneliti dari 55 neonatus yang meninggal (kasus), 15 diantaranya dilahirkan oleh umur ibu yang


(45)

dianggap beresiko (<20 atau >35 tahun), sementara dari 55 neonatus yang dinyatakan hidup melewati masa neonatus (kontrol), 9 diantaranya dilahirkan oleh ibu yang dianggap mempunyai umur yang beresiko (<20 atau >35 tahun). Jadi perbedaan antar keduanya sangat sedikit sehingga memungkinkan memberi hasil tidak significant atau tidak bermakna.

5.2.8. Analisis Pengaruh Paritas Ibu Terhadap Kematian Neonatus.

Bayi yang mati pada usia neonatal dari ibu dengan paritas 0 dan 4 persentasenya lebih besar (75,86%) dari pada bayi yang hidup pada ibu yang berparitas sama (27,59%), sedangkan ibu dengan paritas 1 sampai 3 persentase neonatal yang hidup (72,41%) lebih besar dibandingkan dengan neonatal yang mati (24,14%). Hal ini berkaitan dengan belum pulihnya organ reproduksi dalam menerima terjadinya kehamilan. Apabila jumlah paritas kecil maka otot uterus masih kuat, kekuatan mengejan belum berkurang, kejadian komplikasi persalinan maupun partus lama yang dapat membahayakan ibu maupun bayinya akan semakin kecil ( Wahid, 2000). Berdasarkan hasil uji analisis chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,246 (p>0,05) artinya faktor risiko ini dinyatakan tidak significant atau tidak bermakna yang berarti tidak dapat mewakili keseluruhan populasi dan bahwa paritas ibu tidak mempengaruhi kematian neonatus. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, dari 55 neonatus yang mengalami kematian (kasus), 26 diantaranya adalah dari ibu yang memiliki paritas yang dianggap beresiko (0 atau >3 kali) sementara dari ibu yang memiliki paritas yang sama memiliki 20 neonatus yang hidup. Perbedaan yang sedikit ini memungkinkan memberi hasil tidak significant atau tidak bermakna.

5.2.9. Analisis Pengaruh Tempat Melahirkan Terhadap Kematian Neonatus.

Lebih dari setengah perempuan di 20 provinsi tidak mampu atau tidak mau menggunakan jenis fasilitas kesehatan apapun, sebagai penggantinya mereka melahirkan di rumah mereka sendiri. Perempuan yang melahirkan di fasilitas kesehatan memungkinkan untuk memperoleh akses ke pelayanan obstetrik darurat dan perawatan bayi baru lahir, meskipun pelayanan ini tidak selalu tersedia di semua


(46)

fasilitas kesehatan (Unicef, 2012). Berdasarkan hasil uji analisis chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,104 (p>0,05) artinya faktor risiko ini dinyatakan tidak significant atau tidak bermakna yang berarti tidak dapat mewakili keseluruhan populasi dan bahwa tempat melahirkan tidak mempengaruhi kematian neonatus. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, dari 55 neonatus yang mengalami kematian (kasus), 22 diantaranya dilahirkan di rumah, sementara dari data neonatus yang hidup (kontrol) yang dilahirkan di rumah terdapat 14 neonatus yang hidup. Perbedaan yang sedikit ini memungkinkan memberi hasil tidak significant atau tidak bermakna pada uji bivariat. Kontribusi faktor keterlambatan untuk mendapatkan perawatan yang berkualitas bagi bayi yang sakit merupakan salah satu dari penyebab kematian neonatal (Depertemen Kesehatan RI, 2001). Harapan hidup dari bayi berat lahir rendah seringkali rendah, karena banyak yang terlambat atau bahkan tidak mencari pengobatan. Menurut Djaja dan Soeharsono pada tahun (2001) keterlambatan ini terjadi pada empat masalah yang salah satunya adalah Keterlambatan dalam mengenal masalah ketika di rumah. Untuk bayi-bayi yang dilahirkan di rumah dengan keadaan sakit dapat berubah menjadi buruk dengan cepat, seringkali dalam hitungan jam. Tanda dan gejalanya seringkali samar, sehingga anggota keluarga dan bahkan petugas kesehatan tidak mengenal dan tidak dapat mengidentifikasi tanda bahaya.

5.2.10. Analisis Pengaruh Bantuan Melahirkan Terhadap Kematian Neonatus.

Ada hubungan yang signifikan antara pertolongan persalinan dengan kematian neonatal. Bayi yang dilahirkan ibu yang mendapat pertolongan persalinan bukan dengan tenaga kesehatan berisiko 3,6 kali untuk mengalami kematian neonatal dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan pertolongan persalinan dari tenaga kesehatan. Penelitian sebelumnya menemukan hubungan yang bermakna antara penolong persalinan dengan kematian neonatal. Ada hubungan bermakna antara penolong persalinan dengan kematian neonatal. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang ditolong oleh dukun berisiko kematian neonatal 6,07 kali lebih besar dibanding bayi yang lahir ditolong oleh tenaga kesehatan (Prabamurti, 2008). Risiko kejadian kematian neonatal 2,4 kali lebih besar pada bayi yang ketika dikandung diperiksa


(47)

oleh dukun atau tidak diperiksa dibanding bayi yang diperiksa oleh tenaga kesehatan (medis atau paramedis) (afifah et al, 2007).Berdasarkan hasil uji analisis chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,221 (p>0,05) artinya faktor risiko ini dinyatakan tidak significant atau tidak bermakna yang berarti tidak dapat mewakili keseluruhan populasi dan bahwa bantuan melahirkan yang diterima ibu tidak mempengaruhi kematian neonatus. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari 55 neonatus yang mengalami kematian (kasus), hanya ada 4 neonatus yang mendapat bantuan dati tenaga non-medis, sementara dari 55 neonatus yang hidup (kontrol) ada 8 neonatus mendapat bantuan dari tenaga non medis. Perbedaan yang sedikit ini memungkinkan memberi hasil tidak significant atau tidak bermakna pada uji bivariat.


(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa:

1. Kasus kematian neonatus terbanyak pada penelitian ini adalah kematian neonatus dini.

2. Faktor risiko yang paling banyak menyebabkan kematian neonatus berturut-turut adalah :

1. Asfiksia neonatorum sebanyak 45 neonatus (81,8 %) 2. Berat badan lahir rendah sebanyak 36 neonatus (65,5%) 3. Paritas (0 atau >3 kali) sebanyak 26 neonatus (47,3%) 4. Tempat melahirkan sebanyak 22 neonatus (40%) 5. Sepsis neonatorum sebanyak 20 neonatus (36,4%)

6. Umur ibu (<20 atau >35 tahun) sebanyak 15 neonatus (27,3%) 7. Kelainan kongenital sebanyak 10 neonatus (18,2)

8. Bantuan melahirkan sebanyak 4 neonatus (7,3%)

3. Faktor resiko terbesar menurut nilai OR dan significant atau bermakna untuk mempengaruhi kematian neonatus berturut-turut adalah :

1. Kelainan kongenital (OR = 12) 2. Asfiksia neonatorum (OR = 5,4) 3. Sepsis neonatorum (OR = 4,667) 4. Berat badan lahir rendah (OR = 0,279)

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang disampaikan adalah :

1. Untuk mengurangi kematian neonatus akibat kelainan kongenital salah satu cara nya adalah menegakkan diagnosis secepat mungkin yang membutuhkan berbagai macam alat atau pemeriksaan penunjang seperti ultrasonografi dll. Kepada RSUD. Ferdinand Lumban Tobing agar dapat melengkapi alat-alat pemeriksaan penunjang tersebut.


(49)

2. Untuk mengurangi kematian neonatus akibat asfiksia neonatorum yaitu dengan cara pengawasan suhu yang lebih maksimal dengan adanya alat inkubator. Kepada RSUD. Ferdinand Lumban Tobing agar dapat melengkapi alat tersebut.

3. Untuk mengurangi kematian neonatus akibat sepsis neonatorum salah satu caranya adalah dengan melakukan pencegahan yaitu dengan memperhatikan alat sekali pakai dan pemakaian proteksi disetiap tindakan. Pemberian obat antibiotik yang sesuai dengan hasil biakan dan uji resistensi yang cepat juga diperlukan dalam penanganan sepsis neonatorum. Kepada RSUD. Ferdinand Lumban Tobing agar dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan tersebut secara maksimal. 4. Untuk mengurangi kematian neonatus akibat berat badan lahir rendah

adalah dengan pencegahan. Kepada Dinas Kesehatan Kota Sibolga agar dapat melakukan penyuluhan kesehatan dan perkembangan janin dalam rahim, pentingnya melakukan pemeriksaan ANC minimal 4 kali selama kehamilan dan pemberian nutrisi yang baik pada ibu selama kehamilan. Kepada RSUD. Ferdinand Lumban Tobing Sibolga agar dapat memberikan penanganan yang adekuat seperti pengawasan suhu, pemberian cairan, melakukan pemantauan yang ketat terhadap bayi dengan berat badan lahir rendah dan resusitasi.

5. Kepada RSUD. Ferdinand Lumban Tobing agar dapat melakukan pelayanan neonatal esensial yang terdiri atas persalinan yang bersih dan aman, stabilisasi suhu, inisiasi pernafasan spontan, pemberian ASI dini dan eksklusif dan pencegahan infeksi dan pemberian imunisasi.


(50)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Neonatus

2.1.1. Pengertian Neonatus

Neonatus adalah bayi baru lahir sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini berusia 0-7 hari dan Neonatus lanjut berusia 7-28 hari. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram (Muslihatun, 2010). Ciri-ciri bayi baru lahir (neonatus) normal adalah berat badan 2500-4000 gram, panjang badan lahir 48-52 cm, lingkar dada 30-38 cm, lingkar kepala 33-35 cm, frekuensi jantung 180 denyut/menit, kemudian menurun sampai 120-140 denyut/menit, pernapasan pada beberapa menit pertama cepat kira-kira 80 kali/menit, kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40 kali/menit, kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan diliputi verniks kaseosa, rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna, kuku agak panjang dan lemas, genetalia : labia mayora sudah menutupi labia minora (pada perempuan), testis sudah turun (pada anak laki-laki) (Dahliana et al, 2012).

2.1.2. Fisiologi Neonatus

Menurut Muslihatun 2010 adaptasi neonatus adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan luar uterus.

Tabel 2.1.Adaptasi Neonatus

SISTEM INTRAUTERIN EKSTRAUTERIN

Pernafasan volunter Belum berfungsi Berfungsi

Alveoli Kolaps Berkembang

Vaskularisasi paru Belum aktif Aktif

Resistensi paru Tinggi Rendah


(51)

SISTEM INTRAUTERIN EKSTRAUTERIN

Pengeluaran CO2 Di plasenta Di paru

Sirkulasi paru Tidak berkembang Berkembang banyak

Sirkulasi sistemik Resistensi perifer rendah Resistensi perifer tinggi

Denyut jantung Lebih cepat Lebih lambat

Absorbsi nutrien Belum aktif Aktif

Kolonisasi kuman Belum Segera

Feses Mekonium >hari ke-4, feses biasa

Enzim pencernaan Belum aktif Aktif

2.1.3. Pertumbuhan dan Perkembangan Neonatus

Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah dan besarnya sel di seluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur seperti tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala. Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar, terdiri dari kemampuan gerak kasar dan halus, pendengaran, penglihatan, komunikasi, bicara, emosi-sosial, kemandirian, intelegensia, dan perkembangan moral (Muslihatun,2010). Berat bayi baru lahir adalah kira-kira 3000 gram, biasanya anak laki-laki lebih berat daripada anak perempuan. Lebih kurang 95% bayi cukup bulan mempunyai berat badan antara 2500-4500 g; pada bayi baru lahir cukup bulan, berat badan waktu lahir akan kembali pada hari ke-10. Pada waktu lahir, kepala relatif masih lebih besar, muka bulat, ukuran anterior-posterior dada masih lebih besar, perut membuncit dan anggota gerak relatif lebih pendek. Sebagai titik tengah tinggi badannya adalah setinggi umbilikus. Ketika baru lahir, bayi hanya dapat melihat sejauh 20-25 cm saja (Rukiyah dan Yulianti, 2010)

2.2. Kematian Neonatus

2.2.1 Definisi

Kematian neonatal adalah jumlah bayi lahir hidup yang meninggal dalam 28 hari pertama kehidupannya. Semua bayi yang lahir hidup yang meninggal dalam


(52)

28 hari pertama kehidupannya harus diberikan akte kematian oleh dokter (Andraiansz, 2007).

2.2.2. Klasifikasi Kematian Neonatus

Kematian neonatal dapat dibagi menjadi kematian neonatal dini dan kematian neonatal lanjut. Kematian neonatal dini adalah kematian yang terjadi pada minggu pertama kehidupan seorang bayi. Oleh karena itu, kematian neonatal dini adalah jumlah bayi yang dilahirkan dalam keadaan hidup namun kemudian meninggal dalam 7 hari pertama kehidupannya (yaitu pada minggu pertama setelah kelahirannya). Kematian neonatal lanjut adalah jumlah bayi lahir hidup yang meninggal pada rentang waktu antara 7 hingga 28 hari (yaitu dalam minggu kedua hingga keempat dari kehidupannya) (Andraiansz, 2007).

2.2.3. Determinan Kematian Neonatus 2.2.3.1. Neonatus Risiko Tinggi

Bayi resiko tinggi adalah bayi yang mempunyai kemungkinan lebih besar untuk menderita sakit atau kematian daripada bayi lain. Istilah bayi resiko tinggi digunakan untuk menyatakan bahwa bayi memerlukan perawatan dan pengawasan yang ketat. Pengawasan dapat dilakukan beberapa jam sampai beberapa hari. Pada umumnya resiko tinggi terjadi pada bayi sejak lahir sampai usai hari 28 hari yang disebut neonatus. Hal ini disebabkan kondisi atau keadaan bayi yang berhubungan dengan kondisi kehamilan, persalinan, dan penyesuaian dengan kehidupan di luar rahim. Kondisi yang dapat menyebabkan neonatur resiko tinggi adalah bayi berat kahir rendah, asfiksia neonatorum, sindroma gawat nafas neonatus (SGNN), hiperbilirubinemia, kejang, hipotermi, hipertermi, kelainan kongenital, sepsis neonatorum, tetanus neonatorum, hipoglikemia,perdarahan atau infeksi tali pusat, dan penyakit yang diderita ibu selama kehamilan (Muslihatun, 2010). Penilaian dan tindakan yang tepat pada bayi risiko tinggi sangat penting karena dapat mencegah terjadinya gangguan kesehatan pada bayi yang dapat menimbulkan cacat atau kematian (Handayani, 2003). Kondisi yang paling banyak menyebabkan kematian neonatus adalah :


(53)

A. Bayi berat lahir rendah

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (<37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction/IUGR). Sampai saat ini BBLR masih merupakan masalah di seluruh dunia, karena menjadi salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada masa neonatal. Prevalens BBLR masih cukup tinggi terutama di negara-negara dengan sosio-ekonomi rendah. Secara statistik di seluruh dunia, 15,5% dari seluruh kelahiran adalah BBLR, 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 20-35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir >2500 gram. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, angka kematian bayi sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup. Dalam 1 tahun, sekitar 89.000 bayi usia 1 bulan meninggal. Artinya setiap 6 menit ada 1 (satu) neonatus meninggal. Penyebab utama kematian neonatal adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 29% (Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, 2008). Angka kejadian di indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yang berkisar antara 9-30%. Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu adalah umur (<20 tahun atau >40 tahun), paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskular, kehamilan ganda, dan lain-lain, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR (Gandaputra et al, 2009)

Masalah yang sering timbul pada BBLR:

 Masalah pernapasan karena paru-paru yang belum matur  Masalah pada jantung

 Perdarahan otak

 Fungsi hati yang belum sempurna  Anemia atau polisitemia


(54)

 Lemak yang sedikit sehingga kesulitan mempertahankan suhu tubuh normal

 Masalah pencernaan/toleransi minum  Risiko infeksi (Gandaputra et al, 2009). B. Asfiksia Neonatorum

Asfiksia neonatorum adalah kegawatdaruratan bayi baru lahir dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 ( Rukiyah dan Yulianti, 2010). Perubahan-perubahan yang terjadi pada asfiksia antara lain hipoksia, hiperkapnia dan asidosis metabolik. Pada asidosis metabolik, terjadi perubahan metabolisme aerob menjadi anaerob yang akan menyebabkan kelainan biokimiawi darah yang lebih parah. Keadaan ini akan mempengaruhi metabolisme sel, jaringan, dan organ, khususnya organ vital, seperti otak,jantung, ginjal, paru yang berdampak pada gangguan fungsi, gagal organ sampai kematian (Muslihatun, 2010)

Penyebab asfiksia neonatorum :  Faktor ibu

a. Hipoksia ibu

b. Usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun c. Gravida lebih dari 4

d. Sosial ekonomi rendah

e. Penyakit pembuluh darah yang mengganggu pertukaran dan pengangkutan oksigen antar lain hipertensi, hipotensi, gangguan kontraksi uterus dan lain-lain.

 Faktor plasenta

a. Plasenta yang tipis, kecil dan tidak menempel sempurna b. Solusio plasenta

c. Plasenta previa  Faktor janin


(55)

b. IUGR c. Gemelli

d. Tali pusat menumbung e. Kelainan kongenital  Faktor persalinan

a. Partus lama

b. Partus dengan tindakan

Dalam rangka menegakkan diagnosis, dilakukan anamnesis untuk mendapatkan faktor resiko terjadinya asfiksia neonatorum. Kemudian dilakukan pemeriksaan fisis sesuai dengan algoritma resusitasi neonatus, yaitu :

1. Bayi tidak bernafas atau menangis 2. Denyut jantung kurang dari 100x/menit 3. Tonus otot menurun

4. Cairan ketuban ibu bercampur mekonium, atau sisa mekonium pada tubuh bayi

5. BBLR (Kementrian kesehatan RI, 2010)

Asfiksia menyebabkan kematian neonatus antara 8-35% di negara maju, sedangkan di negara berkembang antara 31-56,5%. Insidensi asfiksia pada menit pertama 47/1000 lahir hidup dan pada 5 menit 15,7/1000 lahir hidup untuk semua neonatus. Insidensi asfiksia neonatorum di Indonesia kurang lebih 40/1000 (Depkes RI, 2009).

C. Hiperbilirubinemia

Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh proses fisiologis atau patologis atau kombinasi keduanya. (Dewi et al, 2010). Pada hiperbilirubinemia fisiologis, terjadi peningkatan bilirubin tidak terkonjugasi >2 mg/dL pada minggu pertama kehidupan. Kadar bilirubin tidak terkonjugasi itu biasanya meningkat menjadi 6 sampai 8 mg/dL pada umur 3 hari, dan akan mengalami penurunan. Pada bayi kurang bulan, kadar bilirubin tidak


(1)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan .………... i

Abstrak ... ii

Abstract... iii

Kata Pengantar... iv

Daftar Isi ………... vi

Daftar Tabel... ix

Daftar Singkatan... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. TujuanUmum ... 4

1.3.2. TujuanKhusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 6

2.1. Neonatus ... 6

2.1.1. Pengertian Neonatus ... 6

2.1.2. Fisiologi Neonatus ... 6

2.1.3. Pertumbuhan dan Perkembangan Neonatus ... 7

2.2. Kematian Neonatus ... 7

2.2.1. Defenisi ... 7

2.2.2. Klasifikasi Kematian Neonatus ... 8

2.2.3. Determinan Kematian Neonatus ... 8

2.2.3.1 Neonatus Resiko Tinggi ... 8

2.2.3.2 Faktor Ibu ... 16


(2)

vii

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL…….. . 21

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... ……. 21

3.2. Definisi Operasional... …….. 22

3.2.1. Kematian Neonatus ... 22

3.2.2 . Berat Badan Lahir ... 22

3.2.3. Asfiksia Neonatorum ... 22

3.2.4. Kelainan Kongenital ... 23

3.2.5. Sepsis neonatorum ... ... 23

3.2.6. Umur Ibu ... 23

3.2.7. Paritas... ... 23

3.2.8.Tempat melahirkan ... 23

3.2.9.Bantuan Melahirkan ... 24

BAB 4 METODE PENELITIAN ……….. 25

4.1. Jenis Penelitian ... 25

4.2. Lokasi Penelitian ... 25

4.3. Waktu Penelitian ... 25

4.4. Populasi dan Sampel ... 25

4.4.1. Populasi ... 25

4.4.2. Sampel ... 25

4.4.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi... . 26

4.5. Teknik Pengumpulan Data ... 27

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 27

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……... 29

5.1. Hasil Penelitian ... 29

5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian ... 29

5.1.2. Analisis Univariat... 29

5.1.3 Analisis bivariat... ... 32


(3)

viii

5.2.1. Analisis Data Distribusi Waktu Kematian Neonatus ... 37

5.2.2. Analisis Data Disitribusi Faktor Risiko Kematian neonatus ... 37

5.2.3 Analisis Pengaruh Berat Badan Lahir Terhadap Kematian Neonatus... ... 38

5.2.4 Analisis Pengaruh Asfiksia Neonatorum Terhadap Kematian Neonatus... 40

5.2.5. Analisis Pengaruh Kelainan Kongenital Terhadap Kematian Neonatus... 40

5.2.6. Analisis Pengaruh Sepsis Neonatorum Terhadap Kematian Neonatus... 41

5.2.7. Analisis Pengaruh Umur Ibu Terhadap Kematian Neonatus... 42

5.2.8. Analisis Penggaruh Paritas Ibu Terhadap Kematian Neonatus... 42

5.2.9. Analisis Pengaruh Tempat melahirkan Terhadap Kematian Neonatus... 43

5.2.10.Analisis Pengaruh Bantuan Melahirkan Terhadap Kematian Neonatus... 44

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………... 46

6.1. Kesimpulan ... 46

6.2. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA... 47 LAMPIRAN


(4)

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Adaptasi Neonatus ... 6

Tabel 2.2. Waktu Pemeriksaan ANC ... 17

Tabel 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 21

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Neonatus Menurut Klasifikasi

Kematian Neonatus ... 29

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Neonatus Menurut Karakteristik

Neonatus ... 30

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Neonatus Menurut Karakteristik

Ibu ... 31

Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Neonatus Menurut Karakteristik

Pelayanan Kesehatan Ibu ... 32

Tabel 5.5. Pengaruh Berat Badan Lahir Terhadap Kematian

Neonatus ... 33

Tabel 5.6. Pengaruh Asfiksia Neonatorum Terhadap Kematian

Neonatus ... 33

Tabel 5.7. Pengaruh Kelainan Kongenital Terhadap Kematian


(5)

x

Tabel 5.8. Pengaruh Sepsis Neonatorum Terhadap Kematian

Neonatus ... 35

Tabel 5.9. Pengaruh Umur Ibu Terhadap Kematian Neonatus ... 35

Tabel 5.10. Pengaruh Paritas Ibu Terhadap Kematian Neonatus ... 36

Tabel 5.11. Pengaruh Tempat Melahirkan Terhadap Kematian

Neonatus ... 36

Tabel 5.12. Pengaruh Bantuan Melahirkan Terhadap Kematian


(6)

xi

DAFTAR SINGKATAN

AKN Angka Kematian Neonatus

ANC Ante Natal Care

BBLR Bayi Berat Lahir Rendah

CRP C-reactive protein

CRT Capillary Refill Time

EB Ensefalopati Bilirubin

HIV Human Immunodeficiency virus

IL Interleukin

IUGR Intra Uterine Growth Restriction

KH Kelahiran Hidup

KMK Kecil Masa Kehamilan

KTT Konferensi Tingkat Tinggi

MDGs Millenium Developmen Goals

OR Odds Ratio

PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa

SDKI Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

SKRT Survei Kesehatan Rumah Tangga

SSP Sistem Saraf Pusat