ras,  jenis  kelamin  laki-laki  4  kali  lebih  mudah  terinfeksi  dari  pada perempuan, dan standar perawatan bayi  Lihawa M.Y  et  al 2013  dalan
Kardana I.M 2011.
2.2.3.2.  Faktor Ibu A.   Kaitan Umur Ibu dengan Kematian Neonatus.
Risiko untuk terjadi kematian neonatal pada ibu  yang berusia kurang dari 20 tahun atau 35 tahun ke atas 1,5 kali lebih besar daripada ibu berusia 20-
34  tahun  Afifah  et  al,  2007.  Umur  ibu  sangat  berpengaruh  terhadap kematian  neonatal,  umur  ibu  yang  terlalu  muda  yaitu    20  tahun
kondisinya  belum  siap  untuk  menerima  kehamilan  karena  anatomi tubuhnya  belum  sempurna,  akibat  resiko  kematian  maternal  dan  perinatal
akan  meningkat,  sedangkan  umur  ibu  yang  35  tahun  anatomi  tubuhnya sudah  mulai  mengalami  degenerasi  sehingga  kemungkinan  terjadi
komplikasi pada saat kehamilan dan persalinan akan meningkat, akibatnya kematian neonatal semakin besar Magdalena et al, 2012.
B. Kaitan Pemeriksaan ANC dengan Kematian Neonatus.
Untuk  menghindari  risiko  komplikasi  pada  kehamilan  dan  persalinan, anjurkan  setiap  ibu  hamil  untuk  melakukan  kunjungan  antenatal
komprehensif  yang  berkualitas  minimal  4  kali,  termasuk  minimal  1  kali kunjungan diantar suamipasangan  atau anggota keluarga, sebagai berikut
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Tabel 2.2. Waktu Pemeriksaan ANC
Trimester Jumlah kunjungan
minimal Waktu kunjungan yang
dianjurkan I
1 x Sebelum minggu ke 16
II 1 x
Antara minggu ke 24-28 III
2 x Antara minggu 30-32
Antara minggu 36-38
Dari  38  responden  dimana  Pelayanan  ANC  4x  sebanyak  orang  23 60,5, diantaranya 6 neonatus 15,8 meninggal 48 jam, 17 neonatus
44,7 meninggal 48 jam. Pelayanan  ANC 4x sebanyak 15  neonatus 39,5, diantaranya 13 neonatus 34,2 meninggal 48 jam, 2 neonatus
5,3 meninggal 48 jam Magdalena et al, 2012.
C.  Kaitan Paritas dengan Kematian Neonatus
Bayi  yang  mati  pada  usia  neonatal  dari  ibu  dengan  paritas  0  dan  4 persentasenya  lebih  besar  75,86  dari  pada  bayi  yang  hidup  pada  ibu
yang berparitas sama 27,59, sedangkan ibu dengan paritas 1 sampai 3 persentase neonatal yang hidup 72,41 lebih besar dibandingkan dengan
neonatal  yang  mati  24,14.  Hal  ini  berkaitan  dengan  belum  pulihnya organ  reproduksi  dalam  menerima  terjadinya  kehamilan.  Apabila  jumlah
paritas  kecil  maka  otot  uterus  masih  kuat,  kekuatan  mengejan  belum berkurang, kejadian komplikasi persalinan maupun partus lama yang dapat
membahayakan ibu maupun bayinya  akan semakin kecil  Wahid, 2000.
D.  Kaitan  Jarak  Kelahiran  dengan  Anak  sebelumnya  dengan  Kematian Neonatus.
Kematian neonatal dengan karakteristik jarak kelahiran kurang dari 15 bulan dengan  anak  sebelumnya  3,5  lebih  tinggi  dibanding  kematian  neonatal
yang berjarak 15 bulan ke atas 1,4 Afifah et al, 2007.
E. Kaitan Komplikasi Kehamilan dengan Kematian Neonatus
Prevalensi kematian neonatal dua kali lebih tinggi pada ibu yang mengalami komplikasi  ketika  bersalin  seperti  perdarahan,  demam  dan  lendir  berbau,
kejangeklampsi  dibanding  ibu  yang  tidak  mengalami  komplikasi  ketika bersalin.  Analisis  regresi  logistik  bivariat  menunjukkan  risiko  kematian
neonatal  2  kali  lebih  besar  pada  bayi  yang  dalam  proses  persalinan  ibunya mengalami  komplikasi  demam  tinggi  dan  lendir  berbau  serta  kejang.  Dari
hasil  analisis  regresi  logistik,  terlihat  bahwa  lima  buah  variabel  perawatan ketika  bersalin  yaitu  penolong  persalinan,  komplikasi  persalinan  seperti
mules kuat dan teratur lebih dari sehari semalam, perdarahan, demam tinggi dan  lendir  berbau,  serta  kejang,  memenuhi  syarat  sebagai  determinan
potensial Afifah et al, 2007
2.2.3.3. Faktor Pelayanan Kesehatan
Pelayanan  kesehatan  ibu  hamil  bertujuan  mengawasi  dan menangani ibu hamil dan ibu bersalin, asuhan dan pemeriksaan ibu sesudah
persalinan, asuhan neonatus, pemeliharaan dan pemberian laktasi Manuaba, 2010. Perawatan yang tidak adekuat dan tidak tepat selama hamil, bersalin,
dan beberapa jam setelah melahirkan juga mempunyai konsekuensi terhadap terjadinya  kematian  bayi  baru  lahir.  Ada  hubungan  yang  signifikan  antara
pertolongan persalinan dengan kematian neonatal. Bayi yang dilahirkan ibu yang  mendapat  pertolongan  persalinan  bukan  dengan  tenaga  kesehatan
berisiko 3,6 kali untuk mengalami kematian neonatal dibandingkan dengan bayi  yang  mendapatkan  pertolongan  persalinan  dari  tenaga  kesehatan.
Penelitian  sebelumnya  menemukan  hubungan  yang  bermakna  antara penolong  persalinan  dengan  kematian  neonatal.  Ada  hubungan  bermakna
antara penolong persalinan dengan kematian neonatal. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang ditolong oleh dukun berisiko kematian neonatal 6,07 kali lebih
besar dibanding bayi yang lahir ditolong oleh tenaga kesehatan Prabamurti, 2008.  Risiko  kejadian  kematian  neonatal  2,4  kali  lebih  besar  pada  bayi
yang ketika dikandung diperiksa oleh dukun atau tidak diperiksa dibanding bayi yang diperiksa oleh tenaga kesehatan medis atau paramedis afifah et
al,  2007.  Proporsi  persalinan  di  fasilitas  kesehatan  masih  rendah,  yaitu sebesar  55  persen.  Lebih  dari  setengah  perempuan  di  20  provinsi  tidak
mampu  atau  tidak  mau  menggunakan  jenis  fasilitas  kesehatan  apapun, sebagai  penggantinya  mereka  melahirkan  di  rumah  mereka  sendiri.
Perempuan  yang  melahirkan  di  fasilitas  kesehatan  memungkin  untuk memperoleh  akses  ke  pelayanan  obstetrik  darurat  dan  perawatan  bayi  baru