Hiperbilirubinemia Neonatus Risiko Tinggi

b. Gangguan dalam proses “uptake” dan konjugasi akibat dari gangguan fungsi liver. c. Gangguan proses tranportasi karena kurangnya albumin yang meningkatkan bilirubin indirek. d. Gangguan ekskresi yang terjadi akibat sumbatan hepar karena infeksi atau kerusakan sel hepar kelainan bawaan Hasan, 2007. Pada ikterus fisiologis menurut Muslihatan 2010 : 1. Timbul pada hari ke-2 dan ke-3 2. Kadar bilirubin indirek 10 mg pada neonatus cukup bulan 3. Kadar bilirubin indirek 12,5mg pada neonatus kurang bulan 4. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin 5 mg perhari 5. Kadar bilirubin direk 1 mg 6. Ikterus menghilang pada hari ke-10 7. Tidak berhubungan dengan keadaan patologis. Pada ikterus patologis : 1. Timbul pada 24 jam pertama, menetap setelah 2 minggu pertama 2. Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 12,5 mg pada neonatus cukup bulan atau 10 mg pada neonatus kurang bulan 3. Peningkatan konsentrasi bilirubin bilirubin 5 mg atau lebih setiap 24 jam 4. Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg 5. Ikterus disertai proses hemolisis inkompatibiltas darah, defisiensi G6PD dan sepsis

D. Kelainan Kongenital

Kelainan kongenital merupakan kelainan morfologik dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi dalam kandungan. Secara umum dapat dibagi menjadi dua kelompok antara lain malformasi yaitu kelainan kongenital yang timbul sejak periode embrional sebagai gangguan primer morfogenesis atau organogenesis, dan deformitas kongenital yang timbul pada fetus akibat mengalami perubahan posisi, bentuk, ukuran organ tubuh yang semula tumbuh normal Warkany 1997 dalam Made P 1998. Kelainan kongenital pada bayi baru lahir merupakan penyebab kematian nomor tiga dari kematian bayi dibawah umur satu tahun 18 Cunningham 1989 dalam Made 1998. Kelainan kongenital dapat merupakan penyebab penting terjadinya abortus, lahir mati, ataupun kematian bayi segera setelah lahir. Kematian bayi pada bulan pertama kehidupannya sering disebabkan kelainan kongenital yang besar 11,7. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital cenderung mempunyai berat badan lahir rendah BBLR, atau kecil masa kehamilan Kadri 1991 dalam Made 1998. Hampir semua kelainan kongenital pada bayi merupakan interaksi yang kompleks antara predisposisi genetik dan faktor pendukung dalam lingkungan tumbuhnya intra uterin. Semua kelainan atau penyakit selalu melibatkan unsur gen walaupun kelainan tersebut merupakan kelainan yang umum dijumpai. Pada penyakit infeksi, faktor lingkungan merupakan faktor yang dominan dalam menentukan terjadinya kelainan tetapi adanya variasi genetik pada setiap individu juga berperan di dalam menentukan berat ringannya kelainan yang diakibatkannya Wong HB 1998 dalam Made 1998.

E. Sepsis Neonatorum

Sepsis neonatorum adalah sindrom klinik penyakit sistemik, disertai bakteremia yang terjadi pada bayi dalam satu bulan pertama kehidupan. Angka kejadian sepsis neonatal adalah 1-10 per 1000 kelahiran hidup, dan mencapai 13-27 per 1000 kelahiran hidup pada bayi dengan berat 1500gram. Angka kematian 13-50, terutama pada bayi prematur 5-10 kali kejadian pada neonatus cukup bulan dan neonatus dengan penyakit berat dini. Infeksi nosokomial pada bayi berat lahir sangat rendah, merupakan penyebab utama tingginya kematian pada umur setelah 5 hari kehidupan. Sesuai dengan patogenesis, secara klinik sepsis neonatal dapat dikategorikan dalam: Sepsis dini, terjadi pada 5-7 hari pertama, tanda distres pernapasan lebih mencolok, organisme penyebab penyakit didapat dari intrapartum, atau melalui saluran genital ibu. Pada keadaan ini kolonisasi patogen terjadi pada periode perinatal. Beberapa mikroorganisme penyebab, seperti treponema, virus, listeria dan candida, transmisi ke janin melalui plasenta secara hematogenik. Cara lain masuknya mikroorganisme, dapat melalui proses persalinan. Dengan pecahnya selaput ketuban, mikro-organisme dalam flora vagina atau bakteri patogen lainnya secara asenden dapat mencapai cairan amnion dan janin. Hal ini memungkinkan terjadinya khorioamnionitis atau cairan amnion yang telah terinfeksi teraspirasi oleh janin atau neonatus, yang kemudian berperan sebagai penyebab kelainan pernapasan. Adanya vernix atau mekoneum merusak peran alami bakteriostatik cairan amnion. Akhirnya bayi dapat terpapar flora vagina waktu melalui jalan lahir. Kolonisasi terutama terjadi pada kulit, nasofaring, orofaring, konjungtiva, dan tali pusat. Trauma pada permukaan ini mempercepat proses infeksi. Penyakit dini ditandai dengan kejadian yang mendadak dan berat, yang berkembang dengan cepat menjadi syok sepsis dengan angka kematian tinggi. Sepsis lambat umumnya terjadi setelah bayi berumur 7 hari atau lebih. Sepsis lambat mudah menjadi berat, tersering menjadi meningitis. Bakteri penyebab sepsis dan meningitis, termasuk yang timbul sesudah lahir yang berasal dari saluran genital ibu, kontak antar manusia atau dari alat-alat yang terkontaminasi. Di sini transmisi horisontal memegang peran. Pusponegoro, 2000. Kriteria untuk diagnostik sepsis neonatus adalah jika ditemukan satu dari tanda fetal inflammatory response syndrome FIRS, seperti takipnue, hipotermia atau hipertermia, CRT 3 detik, jumlah leukosit 4000 atau 34.000, CRP 10 mgdl, IL-6 atau IL-8 70 pgml, dan disertai gejala klinis. Utomo M.T 2010 dalam Rohsiswatmo R 2007. Risiko untuk mengalami sepsis neonatal bersifat multifaktorial dan berhubungan dengan belum matangnya sistem humoral, fagosit dan imunitas seluler biasanya terjadi pada bayi prematur dan berat bayi lahir rendah, hipoksia, asidosis dan gangguan metabolisme. Insiden sepsis neonatal juga dipengaruhi oleh status ekonomi, proses persalinan,