Kelainan Kongenital Neonatus Risiko Tinggi

dari intrapartum, atau melalui saluran genital ibu. Pada keadaan ini kolonisasi patogen terjadi pada periode perinatal. Beberapa mikroorganisme penyebab, seperti treponema, virus, listeria dan candida, transmisi ke janin melalui plasenta secara hematogenik. Cara lain masuknya mikroorganisme, dapat melalui proses persalinan. Dengan pecahnya selaput ketuban, mikro-organisme dalam flora vagina atau bakteri patogen lainnya secara asenden dapat mencapai cairan amnion dan janin. Hal ini memungkinkan terjadinya khorioamnionitis atau cairan amnion yang telah terinfeksi teraspirasi oleh janin atau neonatus, yang kemudian berperan sebagai penyebab kelainan pernapasan. Adanya vernix atau mekoneum merusak peran alami bakteriostatik cairan amnion. Akhirnya bayi dapat terpapar flora vagina waktu melalui jalan lahir. Kolonisasi terutama terjadi pada kulit, nasofaring, orofaring, konjungtiva, dan tali pusat. Trauma pada permukaan ini mempercepat proses infeksi. Penyakit dini ditandai dengan kejadian yang mendadak dan berat, yang berkembang dengan cepat menjadi syok sepsis dengan angka kematian tinggi. Sepsis lambat umumnya terjadi setelah bayi berumur 7 hari atau lebih. Sepsis lambat mudah menjadi berat, tersering menjadi meningitis. Bakteri penyebab sepsis dan meningitis, termasuk yang timbul sesudah lahir yang berasal dari saluran genital ibu, kontak antar manusia atau dari alat-alat yang terkontaminasi. Di sini transmisi horisontal memegang peran. Pusponegoro, 2000. Kriteria untuk diagnostik sepsis neonatus adalah jika ditemukan satu dari tanda fetal inflammatory response syndrome FIRS, seperti takipnue, hipotermia atau hipertermia, CRT 3 detik, jumlah leukosit 4000 atau 34.000, CRP 10 mgdl, IL-6 atau IL-8 70 pgml, dan disertai gejala klinis. Utomo M.T 2010 dalam Rohsiswatmo R 2007. Risiko untuk mengalami sepsis neonatal bersifat multifaktorial dan berhubungan dengan belum matangnya sistem humoral, fagosit dan imunitas seluler biasanya terjadi pada bayi prematur dan berat bayi lahir rendah, hipoksia, asidosis dan gangguan metabolisme. Insiden sepsis neonatal juga dipengaruhi oleh status ekonomi, proses persalinan, ras, jenis kelamin laki-laki 4 kali lebih mudah terinfeksi dari pada perempuan, dan standar perawatan bayi Lihawa M.Y et al 2013 dalan Kardana I.M 2011.

2.2.3.2. Faktor Ibu A. Kaitan Umur Ibu dengan Kematian Neonatus.

Risiko untuk terjadi kematian neonatal pada ibu yang berusia kurang dari 20 tahun atau 35 tahun ke atas 1,5 kali lebih besar daripada ibu berusia 20- 34 tahun Afifah et al, 2007. Umur ibu sangat berpengaruh terhadap kematian neonatal, umur ibu yang terlalu muda yaitu 20 tahun kondisinya belum siap untuk menerima kehamilan karena anatomi tubuhnya belum sempurna, akibat resiko kematian maternal dan perinatal akan meningkat, sedangkan umur ibu yang 35 tahun anatomi tubuhnya sudah mulai mengalami degenerasi sehingga kemungkinan terjadi komplikasi pada saat kehamilan dan persalinan akan meningkat, akibatnya kematian neonatal semakin besar Magdalena et al, 2012.

B. Kaitan Pemeriksaan ANC dengan Kematian Neonatus.

Untuk menghindari risiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan, anjurkan setiap ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal komprehensif yang berkualitas minimal 4 kali, termasuk minimal 1 kali kunjungan diantar suamipasangan atau anggota keluarga, sebagai berikut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Tabel 2.2. Waktu Pemeriksaan ANC Trimester Jumlah kunjungan minimal Waktu kunjungan yang dianjurkan I 1 x Sebelum minggu ke 16 II 1 x Antara minggu ke 24-28 III 2 x Antara minggu 30-32 Antara minggu 36-38