hasil  analisis  regresi  logistik,  terlihat  bahwa  lima  buah  variabel  perawatan ketika  bersalin  yaitu  penolong  persalinan,  komplikasi  persalinan  seperti
mules kuat dan teratur lebih dari sehari semalam, perdarahan, demam tinggi dan  lendir  berbau,  serta  kejang,  memenuhi  syarat  sebagai  determinan
potensial Afifah et al, 2007
2.2.3.3. Faktor Pelayanan Kesehatan
Pelayanan  kesehatan  ibu  hamil  bertujuan  mengawasi  dan menangani ibu hamil dan ibu bersalin, asuhan dan pemeriksaan ibu sesudah
persalinan, asuhan neonatus, pemeliharaan dan pemberian laktasi Manuaba, 2010. Perawatan yang tidak adekuat dan tidak tepat selama hamil, bersalin,
dan beberapa jam setelah melahirkan juga mempunyai konsekuensi terhadap terjadinya  kematian  bayi  baru  lahir.  Ada  hubungan  yang  signifikan  antara
pertolongan persalinan dengan kematian neonatal. Bayi yang dilahirkan ibu yang  mendapat  pertolongan  persalinan  bukan  dengan  tenaga  kesehatan
berisiko 3,6 kali untuk mengalami kematian neonatal dibandingkan dengan bayi  yang  mendapatkan  pertolongan  persalinan  dari  tenaga  kesehatan.
Penelitian  sebelumnya  menemukan  hubungan  yang  bermakna  antara penolong  persalinan  dengan  kematian  neonatal.  Ada  hubungan  bermakna
antara penolong persalinan dengan kematian neonatal. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang ditolong oleh dukun berisiko kematian neonatal 6,07 kali lebih
besar dibanding bayi yang lahir ditolong oleh tenaga kesehatan Prabamurti, 2008.  Risiko  kejadian  kematian  neonatal  2,4  kali  lebih  besar  pada  bayi
yang ketika dikandung diperiksa oleh dukun atau tidak diperiksa dibanding bayi yang diperiksa oleh tenaga kesehatan medis atau paramedis afifah et
al,  2007.  Proporsi  persalinan  di  fasilitas  kesehatan  masih  rendah,  yaitu sebesar  55  persen.  Lebih  dari  setengah  perempuan  di  20  provinsi  tidak
mampu  atau  tidak  mau  menggunakan  jenis  fasilitas  kesehatan  apapun, sebagai  penggantinya  mereka  melahirkan  di  rumah  mereka  sendiri.
Perempuan  yang  melahirkan  di  fasilitas  kesehatan  memungkin  untuk memperoleh  akses  ke  pelayanan  obstetrik  darurat  dan  perawatan  bayi  baru
lahir,  meskipun  pelayanan  ini  tidak  selalu  tersedia  di  semua  fasilitas kesehatan Unicef, 2012.
Kontribusi faktor keterlambatan untuk mendapatkan perawatan yang berkualitas  bagi  bayi  yang  sakit  merupakan  salah  satu  dari  penyebab
kematian  neonatal  Depertemen  Kesehatan  RI,  2001.  Harapan  hidup  dari bayi berat lahir rendah seringkali rendah, karena banyak yang terlambat atau
bahkan  tidak  mencari  pengobatan.  Menurut  Djaja  dan  Soeharsono  pada tahun 2001 keterlambatan ini terjadi pada empat masalah yaitu:
1. Keterlambatan dalam mengenal masalah ketika di rumah. Untuk bayi-bayi yang  dilahirkan  di  rumah  dengan  keadaan  sakit  dapat  berubah  menjadi
buruk  dengan  cepat,  seringkali  dalam  hitungan  jam.  Tanda  dan  gejalanya seringkali samar, sehingga anggota keluarga dan bahkan petugas kesehatan
tidak mengenal dan tidak dapat mengidentifikasi tanda bahaya. 2.  Keterlambatan  dalam  memutuskan  untuk  mencari  pengobatan.  Bahkan
setelah  tanda  dan  gejala  diketahui,  keluarga  tidak  segera  mencari pengobatan  dengan  berbagai  alasan  seperti:  tidak  mengerti  bahwa  kasus
tersebut  merupakan  kasus  emergensi,  kesulitan  biaya  dan  transportasi, lebih  mempercayai  dukun,  pengalaman  yang  buruk  sebelumnya  dengan
petugas kesehatan dan lain-lain. 3.  Keterlambatan  dalam  mencapai  fasilitas  kesehatan  akibat  hambatan
transportasi dan sumber daya. 4.  Keterlambatan  dalam  menerima  perawatan  yang  berkualitas  pada  fasilitas
kesehatan.  Banyak  kasus  kematian  neonatal  berkaitan  langsung  dengan pemanfaatan  pelayanan  kesehatan  ibu  yang  tidak  adekuat.  Seringkali
keterlambatan  dialami  ibu  atau  bayinya  menerima  pengobatan  walaupun mereka telah mencapai fasilitas kesehatan, seperti: Tenaga, peralatan, dan
obat-obatan  tidak  adekuat,  fasilitas  operasi  hanya  beberapa  jam  atau beberapa  hari  dalam  satu  minggu,  tidak  ada  protokol  standar  dalam
mempertahankan  kualitas  pelayanan,  tidak  ada  sistem  rapid  assessment