Particle Size analyzer PSA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Telah dilakukan pengamatan melihat pengaruh penambahan B 2 O 3 terhadap magnet permanen Barium heksaferit dengan penamahan aditif B 2 3 sebesar 0.0, 0.5, 1.0 dan 2,0 berat. Metode pencampuran yang digunakan adalah menggunakan High Energy Milling HEM selama 48 jam. Efek yang diamati dalam penelitian ini adalah perubahan mikrostruktur, sifat fisis dan sifat magnetik dari Barium heksaferit setelah penambahan B 2 O 3 . Beberapa karakterisasi yang perlu diamati meliputi: perubahan ukuran partikel menggunakan Particle Size Analyzer PSA, pengukuran densitas serbuk, bulk density, porositas, analisa struktur mikro dengan menggunakan X-Ray Diffraction XRD dan Scanning Electron Microscope SEM, dan sifat magnetik: flux density magnetic dan B-H curve.

4.1 Particle Size analyzer PSA

Particle Size Analysis PSA adalah alat untuk mengetahui dan mengontrol distribusi ukuran partikel yang dikehendaki. Pada peneltian ini diharapkan dengan memulai dari material berskala nanometer pada pembuatan magnet keramik, maka akan dihasilkan sejumlah keuntungan seperti kekuatan magnet yang lebih besar, penurunan suhu sintering, pengurangan waktu sintering sehingga dapat dicegah pertumbuhan grain yang tidak diharapkan Gatacha, 2014 . Ukuran partikel Barium heksaferit dengan variasi waktu milling ditunjukkan pada gambar 4.1. Dari hasil pengujian Particle Size Analyzer untuk serbuk Barium heksaferit dimilling dengan variasi waktu 0, 12, 24, dan 48 jam, setengah dari populasi partikel nilainya menurun masing-masing 21.4, 12.6, 9.67, dan 3.97 µm. Jadi dengan waktu milling selama 48 jam diketahui telah Universitas Sumatera Utara 54 mengurangi ukuran partikel Barium heksaferit sebesar 81.44 dari ukuran awalnya. Pengamatan waktu milling memberikan kesimpulan bahwa waktu milling berbanding terbalik dengan ukuran partikel yang dihasilkan, semakin lama serbuk dimilling maka akan semakin kecil ukuran partikelnya. Gambar 4.1 Grafik distribusi ukuran partikel Barium heksaferit digiling selama 0, 12, 24, dan 48 jam. Histogram distribusi sampel bahan magnet partikel Barium hexaferrite digiling selama 0, 12, 24, dan 48 jam ditunjukkan pada Gambar 4.2. Dari histogram diketahui luas daerah yang berukuran di bawah 10 µm meningkat dengan bertambah lamanya waktu milling, untuk lebih jelasnya perbandingan peningkatan ukuran partikel dapat dilihat pada Gambar 4.3 dengan membandingkan distribusi partikel Barium heksaferit komersil dengan Barium heksaferit yang telah dimilling selama 48 jam. Nowosielski, R 2007 telah melihat pengaruh lama waktu milling terhadap ukuran partikel Barium heksaferit hingga 30 jam, pada penelitian tersebut menggunakan vibratory mill rata-rata partikel berukuran 6 µm, pada penelitian ini dengan waktu 48 jam diperoleh rata- rata ukuran partikel adalah 3.97 µm. Pada penelitian ini hasil pengukuran PSA menggunakan prinsip cumulative values untuk menjelaskan ukuran partikel. Gambar 4.4 diperoleh dari 5 10 15 20 25 30 35 40 12 24 48 11.34 4.3 1.37 0.21 21.4 12.6 9.67 3.97 35.61 26.01 22.21 18.73 Uku ran P ar tikel µ m waktu milling jam ukuran partikel dengan jumlah persentase terkecil 10 ukuran partikel dengan jumlah persentase 50 ukuran partikel dengan jumlah terbanyak 90 Universitas Sumatera Utara 55 data cumulative values yang tertera pada lampiran D dengan indikasi ukuran partikel di bawah 10 µm. Perbandingan banyaknya ukuran partikel di bawah waktu milling selama 48 jam menghasilkan ukuran partikel berukuran di bawah 10 m sudah mencapai 74,04 dari seluruh serbuk. Jika dibandingkan dengan serbuk Barium heksaferit komersil hanya mencapai 6.52 dari populasi. Pada kasus ini waktu milling optimum adalah selama 48 jam menghasilkan serbuk yang lebih halus dengan rentang nilai diameter 0.21 – 18.73 m. a b c d Gambar 4.2 Histogram distribusi ukuran partikel Barium heksaferit digiling selama a 0 jam, b 12 jam, c 24 jam, dan d 48 jam. Universitas Sumatera Utara 56 Gambar 4.3 Distribusi partikel diukur dengan Particle Size Analyszer Gambar 4.4 Peningkatan cumulative values ukuran butir  10 µm Distribusi ukuran partikel Barium heksaferit dengan penambahan B 2 O 3 diperlihatkan pada Gambar 4.5. Penambahan aditif B 2 O 3 sebanyak 0.0, 0.5, 1.0, dan 2.0 berat pada Barium heksaferit menunjukkan proses densifikasi ukuran awalnya. partikel nilainya menurun masing-masing 3.97, 1.78, 1.2, dan 1.1 µm, ukuran partikel Barium heksaferit menurun hingga mencapai 72.29 dari ukuran 0, 6.52 12, 34.53 24, 51.44 48, 74.04 20 40 60 80 12 24 36 48 cum ul ative v alu es waktu milling jam Universitas Sumatera Utara 57 Gambar 4.5 Distribusi ukuran partikel Barium heksaferit dengan penambahan B 2 O 3 sebanyak 0, 0.5, 1.0, dan 2.0 berat digiling selama 48 jam 5 10 15 20

0.5 1

2 0.21 0.17 0.16 0.12 3.97 1.78 1.2 1.1 18.73 13.03 10.56 11.13 Uku ran P ar tikel µ m B 2 O 3 Konten wt ukuran partikel dengan jumlah persentase terkecil 10 ukuran partikel dengan jumlah persentase 50 ukuran partikel dengan jumlah terbanyak 90 a b c d Gambar 4.6 Histogram distribusi ukuran partikel Barium heksaferit dengan penambahan B 2 O 3 sebanyak a 0 berat, b 0.5 berat, c 1.0 berat, dan d 2.0 berat Universitas Sumatera Utara 58 Gambar 4.7 Distribusi partikel Barium heksaferit dengan penambahan B 2 O 3 diukur dengan Particle Size Analyszer Histogram distribusi sampel bahan magnet partikel Barium heksaferit dengan penambahan B 2 O 3 ditunjukkan pada Gambar 4.6. Dari histogram diketahui luas daerah yang berukuran di bawah 10 µm meningkat dengan bertambah B 2 O 3 , untuk lebih jelasnya perbandingan peningkatan ukuran partikel Barium haksaferit komersil dan setelah penambahan B 2 O 3 1.0 berat dapat dilihat pada Gambar 4.7. Gambar 4.8 diperoleh dari data cumulative values yang tertera pada lampiran C dengan indikasi ukuran partikel di bawah 10 µm untuk serbuk Barium heksaferit dengan penambahan B 2 O 3 . Penambahan B 2 O 3 pada Barium heksaferit dimilling selama 48 jam ukuran partikel di bawah 10 m meningkat dengan penambahan B 2 O 3 0.5 hingga 1,5 berat, namun menurun pada penambahan B 2 O 3 2 berat. Grafik pada Gambar 4.8 menunjukkan bahwa proses densifikasi sudah berlangsung pada proses pencampuran B 2 O 3 pada Barium heksaferit. Karakteristik densifikasi juga sudah tercermin dalam kasus ini, karena diharapkan untuk partikel dengan ukuran yang lebih kecil dapat mengurangi porositas dan meningkatkan kepadatannya. Universitas Sumatera Utara 59 Gambar 4.8 Grafik perbandingan cumulative values distribusi ukuran serbuk Barium heksaferit di bawah 10 m pada dengan penambahan B 2 O 3

4.2 True Density