Peran Badan Pertanahan Nasional BPN dalam Menghadapi Problematika Pendaftaran Tanah Wakaf.

98 dari anggaran pendapatan dan belanja negara untuk diberikan kepada mesjid dan harta wakaf lainnya, terutama untuk mendanai wakaf prouktif yang kekurangan dana untuk melakukan produksi. Namun ada juga Negara Islam yang mengistimewakan syarat-syarat wakif dalam membantu wakaf baru yang belum pernah dikenal sebelumnya.Maka berkenaan dengan syarat wakif, pemerintah memberi hak kebebasan kepada para wakif untuk menentukan nadzir atau wali wakafnya.Pemerintah juga menjaga indenpendensi harta wakaf dalam pengelolaannya dan penggunaan hasilnya sesuai syarat yang ditetapkan oleh wakif.Namun untuk melancarkan itu semua, pemerintah mewajibkan adanya pengawasan dari pengadiln setempat di mana wakaf berada. Sedangkan pada kondisi yang tidak diketahui syarat-syarat wakif dalam menentukan nadzir, seperti kalau wakif mewakafkan chek, baik karena belum ada dan tidak diketahui atau belum menentukan pemilihan nadzir, maka pihak pemerintah yang berkompeten dari kementerian wakaf atau lembaga wakaf di daerah mengambil alih pengelolaan harta wakaf, di mana ia mengambil semua keputusan investasi dan pengembangan, juga administrasinya dan penggunaan hasil-hasilnya. 74

C. Peran Badan Pertanahan Nasional BPN dalam Menghadapi Problematika Pendaftaran Tanah Wakaf.

Badan Pertanahan Nasional BPN sangat berperan dalam pendaftaran tanah wakaf di daerahnya masing-masing, setiap kasus pertanahan termasuk tanah wakaf yang disampaikan kepada BPN maka dilakukan pengelolaan pengkajian dan 74 Ibid, hal. 299 Universitas Sumatera Utara 99 penanganan kasus pertanahan karena hal tersebut merupakan salah satu fungsi Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia dalam rangka menanggulangi sengketa, konflik dan perkara pertanahan guna mewujudkan kebijakan pertanahan bagi keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Pengelolaan pengkajian dan penanganan kasus pertanahan merupakan sarana untuk menyelesaikan sengketa, konflik dan perkara pertanahan dan memperkecil potensi timbulnya masalah pertanahan. Untuk menyelesaikan kasus-kasus pertanahan maka BPN akan melakukan pengelolaan pengkajian dan penanganan kasus pertanahan meliputi: a. pelayanan pengaduan dan informasi kasus pertanahan. Pelayanan, pengaduan dan informasi kasus pertanahan di BPN RI dilaksanakan dan dikoordinasikan oleh Deputi, untuk wilyah Badan Pertanahan Nasional dilaksanakan oleh Kabid dan dikoordinasikan oleh Kakanwil dan untuk Kantor Pertanahan dilaksanakan oleh Kasi dan dikoordinasikan oleh Kepala Kantor Pertanahan. Pengaduan kasus pertanahan disampaiakan kepada kepala BPN RI, Kakanwil daatau Kepala Kantor Pertanahan baik secara lisan maupun tertulis.Pengaduan yang diajukan secara lisan harus ditindak lanjuti dengan pembuatan permohonan secara tertulis. Surat pengaduan kasus pertanahan paling sedikit membuat identitas pengadu, objek yang diperselisihkan, posisi kasus atau legal standing dan maksud pengaduan dengan dilampiri fotocopy identitas pengadu dan data pendukung yang terkait dengan pengaduan. Surat pengaduan yang diterima melalui loket pengaduan dicatat dalam register penerimaan pengaduan dan kepada pengadu diberikan surat tanda penerimaan Universitas Sumatera Utara 100 pengaduan kemudian diteruskan ke satuan organisasi yang tugas dan fungsinya menangani sengketa, konflik dan perkara pertanahan. Pihak pemohon atau pengadu dan termohon dapat menanyakan informasi tentang perkembangan penangnan kasus pertanahan kepada kantor BPN RI yang menangani kasusnya. Informasi mengenai perkembangan penanganan kasus pertanahan yang diberikan tertulis disampaikan dalam bentuk surat informasi perkembangan penanganan kasus pertanahan yang berisi tentang penjesalan pokok masalah, posisi kasus dan tindakan yang telah dilaksanakan. Surat informasi perkembangan penganan kasus pertanahan disampaiakan paling lambat 30 tiga puluh hari sejak di terimanya permintaan. Informasi kasus pertanahan yang diminta oleh instansi pemerintah atau lembaga terkait yang berwenang meminta informasi kasus pertanahan, diberikan BPN RI, kantor wilayah badan pertanahan nasional atau kantor pertanahan paling lambat 14 empat belas hari sejak diterimanya permintaan. Pemberian informasi kasus pertanahan dilakukan berupa jawaban mengenai pokok perkara dan permasalahan, atau penjelasan lengkap yang sesuai data yang ada di BPN RI, Kantor wilayah Badan Pertanahan Nasional atau Kantor pertanahan dan hasil penanganannya.Dalam hal sangat diperlukan, pejabat dari instansi yang meminta penjelasan mengenai kasus pertanahan dapat diundang untuk menghadiri gelar kasus agar dapat memperoleh keterangan yang lebih jelas. b. Pengkajian kasus pertanahan. Kepala Kantor Pertanahan, Kepala Kantor Wilayah atau Deputi baik bersama- sama atau sendiri-sendiri melaksanakan pengkajian secara sistematik terhadap akar Universitas Sumatera Utara 101 dan sejarah kasus pertanahan. Hasil kajian dituangkan dalam peta kasus pertanahan yang menjadi dasar untuk merumuskan kebijakan umum atau kebijakan teknis penanganan kasus pertanahan dengan acuan bersifat rawan, strategis, atau yang mempunyai dampak luas. Pengadministrasian data dilaksanakan melalui pencatatan, pengolahan dan penyajian data yang diselenggarakan dengan sistem informasi di bidang pengkajian dan penanganan kasus pertanahan yang dibangun secara terintegrasi antara BPN RI, Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan. Pengkajian akar dan riwayat sengketa dilakukan untuk mengetahui factor penyebab terjadinya dan potensi penyelesaian sengketa dengan cara meneliti dan menganalisis data sengketa yang terjadi. Hasil penelitian dan analisa data menghasilkan pokok permasalahan sengketa dan potensi penyelesaian sengketa.Pokok permasalahan pertanahan dilakukan telaahan hukum berdasarkan data yuridis, data fisik atau data pendukung lainnya dimana hasil telaahan dilakukan kajian penerapan hukum yang selanjutnya menghasilkan rekomendasi penanganan sengketa pertanahan. c. Penanganan kasus pertanahan. Penanganan kasus pertanahan dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum atas penguasaan, kepemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah untuk memastikan tidak terdapat tumpang tindih pemanfaatan, tumpang tindih penggunaan, tumpang tindih penguasaan, dan tumpang tindih pemilikan tanah.Penanganan kasus pertanahan untuk memastikan pemanfaatan, penguasaan, penggunaan dan pemilikan Universitas Sumatera Utara 102 sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan serta bukti kepemilikan tanah bersifat tunggal untuk setiap bidang tanah yang diperselisihkan. d. Penyelesaian kasus pertanahan. Penyelesaian kasus pertanahan untuk melaksanakan putusan pengadilan. Pelaksanaan Putusan Pengadilan, BPN RI wajib melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, kecuali terdapat alasan yang sah untuk tidak melaksanakannya. Alasan yang sah dimaksud antara lain : 1. Terhadap objek putusan terdapat putusan lain yang bertentangan. 2. Terhadap objek putusan sedang diletakkan sita jaminan. 3. Terhadap objek putusan sedang menjadi objek gugatan dalam perkara lain. 4. Alasan lain yang diataur dalam peraturan perundang-undangan. Tindakan untuk melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dapat berupa: 1. Pelaksanaan dari seluruh amar putusan; atau 2. Pelaksanaan sebagian amar putusan; atau 3. Hanya melaksanakan perintah yang secara tegas tertulis pada amar putusan. Amar putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, berkaitan dengan penerbitan, peralihan atau pembatalan hak atas tanah, antara lain: 1. Perintah untuk membatalkan hak atas tanah. 2. Menyatakan batal atau tidak, sah atau tidak, mempunyai kekuatan hukum hak atas tanah. 3. Menyatakan tanda bukti hak tidak sah atau tidak berkekuatan hukum. Universitas Sumatera Utara 103 4. Perintah diakukannya pencatatan atau pencoretan dalam buku tanah. 5. Perintah penerbitan hak atas tanah. 6. Amar yang bermakna menimbulkan akibat hukum terbitnya, beralihnya atau batalnya hak. e. Perbuatan hukum pelaksanaan putusan pengadilan. Putusan pegadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap yang menyangkut penerbitan, peralihan, atau pembatalan hak atas tanah wajib dilaksanakan oleh pejabat atau pegawai BPN RI paling lambat 2 dua bulan setelah diterimanya salinan putusan pengadilan oleh pejabat yang berwenang melakukan pembatalan. Dalam hal terdapat putusan pengadilan yang telah berkeuatan hukum tetap dan pelaksanaannya diperkirakan akan menimbulkan kasus pertanahan yang lebih luas atau menyangkut kepentingan pemerintah, sebelum dilakukan tindakan pelaksanaan putusan pengadilan, dilakukan gelar eksternal atau istimewa yang menghadirkan pihak-pihak atau instansi yang terkait.

1. Tata cara pendaftaran tanah wakaf di Kantor Pertanahan.

Pendaftaran tanah yang semula menurut pasal 19 ayat 1 UUPA hanya bertujuan tunggal semata-mata untuk menjamin kepastian hukum, maka berdasarkan pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1977 dikembangkan tujuan pendaftaran tanah, meliputi: 75 1. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas tanah dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan. 2. Untuk meyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang 75 DR. Mhd. Yamin Lubis, Sh, MS., CN.Dan Abd. Rahim Lubis, SH., Beberapa Masalah Aktual Hukum Agraria, Medan: Pustaka Bangsa Press, 2004, hal. 168-169. Universitas Sumatera Utara 104 diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang tanah yang sudah terdaftar. 3. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan di mana setiap bidang tanah termasuk peralihan, pembebanan dan hapusnya hak atas tanah wajib didaftar. Dalam rangka untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum, maka kepada pemegang hak atas tanah yang bersangkutan diberikan sertifikat hak atas tanah, sedangkan untuk melaksanakan fungsi informasi, data yang berkaitan dengan aspek fisik dan yuridis dari bidang-bidang tanah yang sudah terdaftar, dinyatakan terbukti untuk umum asas publisitas, sementara dalam hal mencapai tujuan tertib administrasi pertanahan, maka setiap bidang tanah atau satuan rumah susun, termasuk perlihan, pembebanan dan hapusnya hak atas tanah, dan hak milik satuan rumah susun wajib didaftar. Soedikno Mertokusumo menyatakan bahwa dalam pendaftaran tanah dikenal 2 macam asas, yaitu: 76 1. Asas Speciliteit Artinya pelaksanaan pendaftaran tanah itu diselenggarakan atas dasar peraturan perundang-undangan tertentu, yang secara teknis menyangkut masalah pengukuran, pemetaan dan pendaftaran peralihannya.Oleh karena itu, dalam pelaksanaan pendaftaran tanah dapat memberikan kepastian hukum terhadap hak atas tanah, yaitu memeberikan data fisik yang jelas mengenai luas tanah, letak, dan batas-batas tanah. 2. Asas Openbaarheid Asas Publisitas Asas ini memberikan data yuridis tentang siapa yang menjadi subjek haknya, apa nama hak atas tanah, serta bagaimana terjadinya peralihan dan pembebanannya. Data ini sifatnya terbuka untuk umum, artinya setiap orang dapat melihatnya. Berdasarkan asas ini, setiap orang berhak mengetahui data yuridis tentang subjek hak, nama hak atas tanah, peralihan hak, dan pembebanan hak atas 76 Soedikno Mertokusumo, Hukum dan Politik Agraria, Jakarta: Karunika Universitas Terbuka, 1988, hal. 99. Universitas Sumatera Utara 105 tanah yang ada di kantor pertanahan KabupatenKota, termasuk mengajukan keberatan sebelum sertifikat diterbitkan, sertifikat pengganti, sertifikat yang hilang atau sertifikat yang rusak. Berkaitan dengan pendaftaran tanah, bila dibandingkan antara ketentuan yang terdapat dalam peraturan pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 telah memberikan tempat yang jelas bagi pendaftaran tanah wakaf. Dengan demikian penyempurnaan yang dilakukan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 sekaligus ikut menyempurnakan dan memperjelas pentingnya pendaftaran tanah-tanah di wilayah Republik Indonesia termasuk Tanah Wakaf. Seperti terlihat dalam ketentuan pasal 23 Perturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 dinyatakan “bahwa untuk keperluan pendaftaran hak atas tanah wakaf harus terlebih dahulu dibuktikan dengan akta ikrar wakaf”. Dalam penjelasannya yang dimaksud dengan ikrar wakaf adalah akta ikrar wakaf sebagaimana yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang perwakafan tanah milik.Ketentuan mengenai pembukuan wakaf ditinjau dari sudut objek pembukuan tersebut merupakan pendaftaran untuk yang pertama kali, meskipun bidang tanah tersebut sebelumnya sudah didaftarkan sebagai tanah hak milik. Dalam pasal 1 angka 20 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 juga dinyatakan sertifikat adalah tanda bukti hak sebagaimana yang dimaksud pasal 19 ayat 2 hurup c UUPA untuk hak atas nama, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas rumah susun dan hak tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan. Seluruh ketentuan tersebut semakin jelas dengan Universitas Sumatera Utara 106 masuknya tanah wakaf sebagai objek pendaftaran tanah di samping objek lainnya pasal 9 ayat 1 huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977. Adapun tatacara pendaftaran tanah mengenai perwakafan tanah milik menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1977, yaitu : 77 1. Tanah yang diwakafkan harus merupakan tanah hak milik atau tanah milik yang bebas dari beban ikatan, jaminan, sitaan, dan sengketa, sebagaimana dimaksud dalam ketentuan pasal 4 Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977. 2. 1 Yang bertindak sebagai Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf PPAIW, ialah pejabat yang diangkat dan diberhentikan oleh menteri agama, sesuai dengan ketentuan pasal 9 ayat 2 Perauran Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977. 2 Bentuk akta ikrar wakaf ditentukan oleh menteri agama, sesuai dengan ketentuan pasal 19 ayat 3 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977. 3 Biaya-biaya yang berkenaan dengan pembuatan akta ikrar wakaf dan untuk para saksi ditetapkan oleh menteri agama. 3. 1 Semua tanah yang diwakafkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 di atas harus didaftarkan kepada Kantor Sub Direktorat Agraria KabupatenKota setempat. 2 PPAIW berkewajiban untuk mengajukan permohonan pendaftaran kepada Kantor Sub Direktorat Agraria KabupatenKota setempat atas tanah yang telah dibuatkan akta ikrar wakaf. 3 Permohonan pendaftaran perwakafan tanah milik tersebut pada ayat 1 pasal ini harus disampaikan selambat-lambatnya dalam jangka waktu 3 bulan sejak dibuatnya akta ikrar wakaf. 4. Permohonan pendaftaran perwakafan tanah milik yang belum terdaftar di Kantor Sub Direktorat Agraria KabupatenKota atau belum ada sertifikatnya, dilakukan bersama-sama dengan permohonan pendaftaran haknya kepada Kantor Sub Direktorat Agraria KabupatenKota setempat menurut ketenuan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961. 5. 1 Jika suatu bidang tanah akan diwakafkan sebagian, maka oleh calon wakif terhadap bidang tanah tersebut harus dilakukan pemisahan terlebih dahulu atas bagian-bagian yang tidak diwakafkan dan bagian yang akan diwakafkan. 2 Masing-masing bagian bidang tanah tersebut pada ayat 1 pasal ini dibuatkan buku tanah dan sertifikatnya tetap atas nama calon wakif. 6. 1 Untuk keperluan pendaftaran perwakafan tanah hak milik, maka kepada Kantor Sub Direktorat Agraria KabupatenKota setempat harus diserahkan : a. sertifikat tanah yang bersangkutan, b. akta ikrar wakaf yang dibuat oleh 77 Prof. Drs. C. S. T. Kansil, S. H, Christine S. T. Kansil, S. H., M. H, Kitab Undang-Undang Hukum Agraria, Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 dan Peraturan Pelaksanaan, Jakarta: Sinar Grafika, 2007, hal. 443-447. Universitas Sumatera Utara 107 PPAIW setempat, c. surat pengesahan dari Kantor Urusan Agama kecamatan setempat mengenai nadzir yang bersangkutan. 2 dalam hal bidang tanah milik yang diwakafkan tersebut belum terdaftar atau belum ada sertifikatnya, maka kepada Kantor Sub Direktorat Agraria KabupatenKota setempat harus diserahkan: a. surat permohonan konvensipenegasan haknya; b. surat-surat bukti pemilikan tanahnya serta surat-surat keterangan lainnya yang diperlukan sehubungan dengan permohonan konvensi dan pendaftaran haknya; c. akta ikrar wakaf yang dibuat PPAIW setempat; d. surat pengesahan dari KUA kecamatan setempat mengenai nadzir yang bersangkutan. 7. 1 setelah menerima permohonan pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, Kepala Sub Direktorat Agraria KabupatenKota setempat mencatat perwakafan tanah hak milik yang bersangkutan pada buku tanah dan sertifikatnya. 2 jika tanah milik yang diwakafkan tersebut belum terdaftar di Kantor Sub Direktorat Agraria KabupatenKotaatau belum mempunyai sertifikat, maka pencatatan yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini dilakukan setelah tanah tersebut dibuatkan sertifikatnya. 8. 1 Berdasarkan akta ikrar wakaf yang dibuat oleh PPAIW, oleh kepala 9. sub direktorat Agraria KabupatenKota setempat dilakukan: a. pencoretannama-nama pemegang hak yang lama, yaitu wakaf, b. mencantumkan kata “WAKAF” dengan huruf besar di belakang nomor hak milik tanah yang bersangkutan pada buku tanah dan sertifikatnya, c. mencantumkan akta ikrar wakaf PPAIW Kecamatan……., tanggal………, nomor………., pada halaman tiga kolom “sebab perubahan” dalam buku tanah dan sertifikatnya, d. mencantumkan nama-nama nadzir pada halaman tiga kolom nama yang berhak dan pemegang hak lainnya “dalam buku tanah” dan sertifikatnya. 2 pengisian kolom-kolom lainnya halaman tiga dalam buku tanah dan sertifikat dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. 10. 1 Jika nadzir terdiri dari kelompok orang, maka yang ditulis dalam buku tanah dan sertifikatnya adalah nama-nama orang dari kelompok tersebut disertai kedudukannya dalam kepengurusan itu. 2 Jika nadzir merupakan badan hukum, maka yang ditulis dalam buku tanah dan sertfikatnya adalah nama badan hukum tersebut. 3 syarat-syarat sebagai nadzir, baik kelompok orang maupun badan hukum harus memenuhi ketentuan pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977. 11. 1 Dalam hal nadzir terdiri dari kelompok orang-orang, ada di antaranya yang mengundurkan diri atau meninggal dunia, harus dilakukan pencoretan nama- nama nadzir yang mengundurkan diri atau yang meninggal dunia tersebut. Pencatatan penggantian nama nadzir yang baru pada tanah dan sertifikat dilakukan setelah ada surat pengesahan dari Kantor Urusan Agama kecamatan setempat, tentang penggantian nadzir tersebut. 2 penggantian nama-nama nadzir tersebut pada ayat 1 pasal ini tidak mengakibatkan peralihan hak dari tanah yang bersangkutan. Universitas Sumatera Utara 108 12. 1 Biaya yang berkenaan dengan pendaftaran hak untuk pertama kali yang dimaksud dalam pasal 4 serta biaya-biaya untuk pembuatan sertifikat pemisahan yang dimaksud dalam pasal 5 didasarkan ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor SK. 41DDA1969 dan Peraturan Menteri Agraria Nomor 61965. 2 Keringanan atau pembebasan atas biaya-biaya tersebut dalam ayat 1 di atas, dapat diajukan oleh calon wakif kepada menteri dalam negeri c.q. Direktur Jendral Agraria berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor SK. 41DDA1969. 13. Untuk keperluan pendaftaran dan pencatatan perwakafan tanah sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, 7, 8, 9 dan 10 tidak dikenakan biaya pendaftaran, kecuali biaya pengukuran dan meterai. 14. Pendaftaran tanah-tanah wakaf yang sudah ada sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1977 dilakukan meneurut ketentuan di dalam peraturan ini, setelah diadakan peraturan penyesuaian oleh menteri agama. 15. 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. 2 agar supaya setiap orang mengetahuinya, maka peraturan ini akan dimuat dalam tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia. Setelah akta ikrar wakaf dilaksanakan sesuai dengan prosedur, maka tanah wakaf tersebut harus didaftarkan di KantorPertanahan setempat. Pendaftaran tanah wakaf dilakukan oleh PPAIWatas nama nadzir mendaftarkan harta benda wakaf kepada instansi yang berwenang paling lambat 7 tujuh hari kerja sejak akta ikrar wakaf ditandatangani. 78 Dalam mengajukan permohonan pendaftaran tanah wakaf kepada KantorPertanahan tersebut, PPAIW harus menyerahkan dokumen-dokumen sebagaiberikut : 1. Salinan Akta Ikrar Wakaf 2. Sertipikat tanah yang bersangkutan atau surat-surat dan bukti-bukti lainkepemilikan tanah. 3. Surat Pengesahan Nazhir dari Kantor Urusan Agama Kecamatansetempat. 4. Kartu Identitas para nazhir dan para saksi. 78 UU Nomor 41 Tahun 2004, Pasal 32 Universitas Sumatera Utara 109 5. Serta dokumen-dokumen lain yang berkaitan. Prosedur pendaftaran tanah wakaf di Kantor Pertanahan tergantung padakeadaan dan status tanah yang diwakafkan. 79 1. Hak Milik atas tanah yang telah terdaftar dapat langsung didaftarkan menjadi tanah wakaf atas nama nazhir. 2. Tanah milik adat yang belum terdaftar, harus terlebih dahulu di konversipenegasan hak dan kemudian didaftarkan menjadi tanah wakaf atas nama nazhir. 3. Untuk sebagian dari Hak atas tanah, harus dilakukan pemecahan terlebih dahulu kemudian baru didaftarkan menjadi tanah wakaf atas nama nazhir. 4. Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha, Hak Pakai atas tanah harus ditingkatkan terlebih dahulu menjadi Hak Milik. 5. Untuk pemegang Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha, Hak Pakai atas tanah yang tidak memenuhi syarat sebagai pemegang Hak Milik maka harus dilakukan pelepasan dan dilakukan penegasan hak sebagai tanah wakaf. 7. Hak Milik atas satuan rumah susun dilakukan menurut peraturan perundangan yang berlaku. 8. Untuk Tanah Negara harus dilakukan permohonan hak terlebih dahulu.

2. Tata cara pencatatan tanah wakaf.

Setelah surat permohonan pendaftaran diterima oleh Kepala KantorPertanahan setempat dan semua persyaratan dokumen telah dianggap lengkap,maka oleh Kantor Pertanahan akan dicatat pada buku tanah dan sertipikatnya. Sehubungan dengan pencatatan ini, hal-hal yang harus dilakukan olehKantor Pertanahan berdasarkan Akta Ikrar Wakaf yang dibuat oleh PPAIW adalah: 1. Mencoret nama pemegang hak yang lama yaitu wakif. 2. Mencantumkan kata “WAKAF” dengan huruf besar dibelakang nomorhak milik tanah yang bersangkutan pada buku tanah dan sertipikatnya. 79 H. Taufiq Hamami, Op.Cit, h. 130 Universitas Sumatera Utara 110 3. Menuliskan kata-kata : “Diwakafkan untuk ……………berdasarkan Akta Ikrar Wakaf PPAIW Kecamatan……….tanggal……..nomor……., padahalaman 3 kolom sebab perubahan dalam buku tanah dan sertipikatnya. 4. Mencantumkan kata Nazhir, namanazhir serta kedudukannya dala bukutanah dan sertipikatnya. Contohnya :“Nazhir” : 1. Slamet Ketua 2. Iman Sekretaris 3. Usman Bendahara Pencantuman nama nazhir baik perorangan maupun kelompok, kedudukannya bukan sebagai pemegang hak milik atas tanah wakaf tersebut,akan tetapi sebagai kuasa atau pengelola dari tanah wakaf tersebut. Setelahdilakukan pencatatan tanah wakaf di Kantor Pertanahan setempat, nazhir yangbersangkutan wajib melaporkannya kepada KUA Kecamatan setempat. Dengan telah didaftarkan dan dicatatkannya suatu tanah wakaf di KantorPertanahan setempat dan telah diterbitkan sertipikat tanda bukti haknya,berarti tanah wakaf tersebut telah memiliki alat bukti yang kuat untukmelindungi eksistensi dan keberadaannya dari kemungkinan terjadinya hal-halyang tidak diinginkan di kemudian hari. Tak jauh berbeda apabila tanah yang diwakafkan itu belum mempunyai sertifikat atau belum terdaftar pada Kantor Pertanahan, maka tanah yang diwakafkan harus terlebih dahulu di konversi penegasan hak nya, dan kemudian didaftarkan menjadi tanah wakaf atas nama nazhir. Apabila pada tahap ini proses nya Universitas Sumatera Utara 111 telah selesai maka proses berikutnya sama seperti tata cara pencatatan tanah wakaf yang telah bersertifikat tersebut diatas.

3. Biaya pendaftaran dan pencatatan tanah wakaf.

Untuk kegiatan pendaftaran dan pencatatan tanah wakaf dibebaskan darisegala biaya yang diperlukan, kecuali : 1. Biaya materai. 2. Biaya pengukuran dan pemetaan bidang tanah. 3. Biaya pemecahan sertipikat untuk tanah wakaf yang sebagian. 4. Biaya peningkatan hak untuk tanah wakaf yang berasal dari Hak GunaBangunan, Hak Guna Usaha, Hak Pakai. 5. Biaya permohonan hak untuk tanah Negara 6. Biaya pelepasan hak dan biaya permohonan hak untuk tanah dari HGB,HGU dan HP yang pemegang haknya tidak memenuhi syarat sebagaipemegang HM. 7. Biaya pendaftaran pertama kali untuk tanah hak milik adat yang belumterdaftar.

4. Hak Milik Tanah Wakaf.

Hak milik tanah wakaf merupakan keputusan Badan Pertanahan Nasional, yaitu mengenai hak milik atas tanah wakaf yang berikan kepada pemohon, baik yang berasal dari tanah yang sudah ada haknya maupun tanah Negara melalui prosedur perolehan sertifikat hak atas tanah di kantor pertanahan, dengan melengkapi persyaratan permohonan seperti berikut : 1. Surat permohonan; Universitas Sumatera Utara 112 2. Fotocopy KTP atau identitas diri wakaf; 3. Fotocopy KTP atau identitas diri Nadzir; 4. Fotocopy surat pengesahan nadzir; 5. Fotocopy KTP atau identitas diri penerima kuasa disertai dengan surat kuasa, jika permohonannya dikuasakan; 6. Akta ikrar wakaf; 7. Sertifikat hak atas tanah asli; atau 8. Bukti tertulis hak atas tanah lainnya, yakni a. Surat pernyataan penguasaan fisik tanah secara terus menerus selama 20 tahun atau lebih turun temurun atau alih beralih yang dibuat oleh pemilik tanah, disaksikan oleh 2 orang saksi dan diketahui oleh kepala desalurah, dan b. Surat keterangan dari kepala desalurah yang disaksikan oleh 2 orang saksi dan penguasaannya dibenarkan oleh pengetua adat setempat. Mengenai persyaratan permohonan tersebut di atas, disampaikan oleh pemohon kepada kepala kantor pertanahan setempat, yang melalui loket penerimaan dengan ketentuan sebagai berikut: 80 1. Subyek hak milik tanah wakaf yakni badan kenadziran keagamaan atau badan kenadziran sosial keagamaan menurut syariat Islam yang ditetapkan oleh pemerintah. 2. Obyek hakmilik tanah wakaf yakni tanah hak milik yang harus bebas dari segala bentuk persengketaan, perikatan atau pembebanan hak atas tanah. 80 S. Chandra, S. H., Sp. N., M. Kn, Sertifikat Kepemilikan Hak Atas Tanah, Persyaratan Permohonan di Kantor Pertanahan, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005, hal. 56-58. Universitas Sumatera Utara 113 3. Tujuan penggunaan hak milik tanah wakaf yakni untuk keperluan ibadah atau sosial agama menurut syariat Islam, misalnya rumah ibadah atau tempat pekuburan orang yang beragama Islam. 4. Cara perolehan hak tanah wakaf yakni melalui pemisahan sebahagian tanah hak milik orang perseorangan atau badan hukum hingga melembaga untuk selamanya yang dituangkan dalam akta ikrar wakaf di hadapan pejabat pembuat akta ikrar wakaf ataukepala kantor urusan agama kecamatan setempat. 5. Persyaratan pemohon sertifikat hak milik tanah wakaf yang berasal dari tanah yang sudah ada haknya, maka dilampirkan sertifikat asli, atau jika berasal dari tanah milik adat atau tanah Negara dilampirkan surat bukti hak atas tanah tertulis lainnya. 6. Setiap fotocopy yang dipersyaratkan sudah dilegalisir oleh pejabat yang berwenang. 7. Setelah surat keputusan hak milik tanah wakaf diterbitkan oleh kantor pertanahan, maka dimohonkan penerbitan sertifikat hak atas tanahnya tanpa pembayaran BPHTB dan uang pemasukan kepada Negara.

5. Tanah Yang Belum Bersertifikat.

Dalam hal tanah yang diwakafkan itu belum mempunyai sertifikat atau belum terdaftar pada Kantor Pertanahan, kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten setempat harus diserahkan bukti tertulis lain yang membuktikan adanya hak yang bersangkutan, yaitu : 1. Surat tanda bukti Hak Milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Swapraja yang bersangkutan, atau 2. Sertifikat Hak Milik yang diteritkan berdasarkan Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1959, atau 3. Surat Keputusan Pemberian Hak Milik dari pejabat yang berwenang, baik sebelum maupun sejak berlakunya UUPA, yang disertai kewajiban untuk mendaftarkan hak yang diberikan, tetapi telah dipenuhi kewajiban yang disebutkan didalamnya, atau 4. Petuk Pajak BumiLandrente, girik, pipil, kekitir dan Verponding Indonesia sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961, atau 5. Akta Pemindahan Hak yang di buat di bawah tangan yang dibubuhi tanda kesaksian oleh Kepala AdatKepala DesaKelurahan yang dibuat sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini dengan disertai alas hak yang dialihkan, atau Universitas Sumatera Utara 114 6. Akta Ikrar WakafSurat Ikrar Wakaf yang dibuat sebelum atau sejak mulai dilaksanakan PP No. 28 Tahun 1977 dengan disertai alas hak yang diwakafkan, atau 7. Risalah Lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang berwenang, yang tanahnya belum dibukukan dengan disertai alas hak yang dialihkan, atau 8. Akta Pemindahan Hak Atas Tanah yang dibuat oleh PPAT, yang tanahnya belum dibukukan dengan disertai dengan alas hak yang dialihkan, atau 9. Surat Penunjukan atau pembelian kaveling tanah pengganti tanah yang diambil oleh Pemerintah Daerah, atau 10. Surat keterangan riwayat tanah yang pernah dibuat oleh Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan dengan disertai alas hak yang dialihkan, atau 11. Lain-lain bentuk pembuktian tertulis dengan nama apapun juga sebagaimana dimaksud dalam Pasal II, VI dan VII ketentuan-ketentuan Konversi UUPA, atau 12. Surat-surat bukti kepemilikan lainnya yang terbit dan berlaku sebelumdiberlakukannya UUPA, atau 13. Fotokopi SPPT PBB tahun berjalan. Kepala Kantor Pertanahan setempat, setelah menerima surat permohonan dari PPAIW dan meneliti surat dan lampirannya, mencatat perwakafan tanah milik tersebut pada buku tanah yang ada dan pada sertipikat tanah yang diwakafkan itu dicatat beberapa hal sesuai dengan peraturan yang berlaku mengenai perwakafan tanah milik. Bila pengajuan permohonan itu bersamaan dengan permintaan pengesahan hakkonversi, maka pencatatan wakafnya baru dilakukan setelah sertifikatnya dikeluarkan.Bila yang diwakafkan itu sebagian dari tanah miliknya, maka bidang tanah tersebut dilakukan pemisahan terlebih dahulu sehingga masing- masing mempunyai sertifikat sendiri-sendiri. Setelah perwakafan tanah dicatat pada buku tanah dan sertifikatnya, maka Kepala Kantor Pertanahan setempat menerbitkan bukti pendaftaran harta benda wakaf dan menyerahkan sertifikat tersebut pada PPAIW untuk dicatat dalam Daftar Akta Ikrar Wakaf di Kecamatan. Universitas Sumatera Utara 115 Dalam hal harta benda wakaf ditukar atau diubah peruntukannya, Nazhir melalui PPAIW mendaftarkan kembali kepada Kepala Kantor Pertanahan setempat dan Badan Wakaf Indonesia harta benda wakaf yang ditukar atau diubah peruntukannya itu sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam tata cara pendaftaran harta wakaf. Fungsi pendaftaran tanah wakaf pada pokoknya adalah untuk memperoleh jaminan dan kepastian hukum mengenai tanah yang diwakafkan.

6. Dasar Hukum Sertifikat Tanah Wakaf

Adapun yang menjadi hukum sertifikat tanah wakaf yaitu: 81 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960, tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria. 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, tentang Wakaf. 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997, tentangPendaftaran Tanah. 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1977, tentangPerwakafan Tanah Milik. 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2002 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada BadanPertanahan Nasional. 6. Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1978 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1977, tentangPerwakafan Tanah Milik. 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1977 tentang Tata PendaftaranTanah mengenai Perwakafan Tanah Milik. 8. Peraturan Menteri Agraria Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun1997 tentang tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 24 Tahun 1997, tentang Pendaftaran Tanah. 9. Surat Edaran Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 630.1-2782 tanggal 27 Agustus 1991; 10. Surat Edaran Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 600-1900 tanggal 31Juli 2003. Sertifikat hak atas tanah merupakan suatu tanda bukti hak atas tanah, yang dapat digunakan sebagai alat pembuktian bagi pemegangnya, sebagaimana dijelaskan 81 S. Chandra, S.H., Sp.N., M. Kn., Sertifikat Kepemilikan Hak Atas Tanah, Persyaratan Permohonan di Kantor Pertanahan, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005, hal. 58. Universitas Sumatera Utara 116 dalam pasal 1 angka 20 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 “Sertifikat adalah surat tanda bukti hak sesuai dimaksud dalam pasa 19 ayat 2 huruf c UUPA untuk hak atas tanah hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan”. 82 Ada bermacam jenis sertifikat hak atas tanah yang diterbitkan pemerintah seperti, hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai UU Nomor 5 Tahun 1960, hak milik atas satuan rumah susun UU Nomor 16 Tahun 1985, hak milik tanah wakaf UU Nomor 41 Tahun 2004 dan PP Nomor 28 Tahun 1977, hak pengelolaan Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 9 Tahun 1999. 83 Berbagai jenis sertifikat hak yang diterbitkan oleh pemerintah, baik secara perorangan, kolektif maupun badan hukum merupakan kehendak pasal 4 ayat 1 UUPA.Namun khusus terhadap hak milik, pasal 20 ayat 1 UUPA menentukan lain yaitu adanya unsur turunan, terkuat dan terpenuh difahami senafas dengan fungsi sosial tanah, “hak milik adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah dengan mengingat ketentuan pasal 6”. Umumnya masyarakat di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang beranggapan bahwa dengan terdaftarnya nama seseorang atau badan hukum di dalam suatu sertfikat hak atas tanah dan telah pula dikuasai dan dimanfaatkan sesuai penggunaannya untuk kepentingan diri dan keluarganya bahkan pada jangka 82 S. Chandra, SH, SpN, Mkn, Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Sertifikat Hak Atas Tanah, Studi Kasus : Kepemilikan Hak Atas Tanah Terdaftar yang Berpotensi Hapus di Kota Medan, Medan: Pustaka Bangsa Press, 2006, hal. 18-19. 83 Ibid, hal. 20 Universitas Sumatera Utara 117 waktu bertahun-tahun secara otomatis telah mendapat jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum untuk selama-lamanya padahal faktualnya tidak demikian. Oleh karena itu maka pembuat undang-undang telah memikirkan kemungkinan berakhirnya kepemilikan hak atas tanah bagi pemegangnya yang dalam terminologi UUPA dikenal dengan hapusnya hak-hak atas tanah. Sertifikat hak atas tanah memang merupakan surat tanda bukti hak atas tanah yang dapat digunakan sebagai alat pembuktian sebagaimana ketentuan pasal 1 Angka 20 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yang menyatakan bahwa sertifikat adalah surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud pasal 19 ayat 2 huruf c UUPA. Namun, walaupun demikian tingginya kedudukan sertifikat hak atas tanah sebagai alat pembuktian yang kuat tetap saja diperlakukan sebagai alat bukti awal. Hal ini didasari kemungkinan adanya alat bukti pihak lain yang berwenang mengalahkannya. Dengan demikian, ternyata selain sertifikat hak atas tanah masih ada alat bukti lain dapat menggugurkannya. Benar yang dikatakan Moch. Isnaini bahwa sertifikat hak tas tanah bukan merupakan satu-satunya alat bukti yang bersifat mutlak, justeru sebaliknya baru merupakan alat bukti awal yang setiap saat dapat digugurkan pihak lain yang terbukti memang lebih berwenang. 84 84 Moch.Isnaini, Benda Terdaftar Dalam Konstelasi Hukum Indonesia, Jurnal Hukum, Nomor 13 Volume 7 April 2000, hal. 56 Universitas Sumatera Utara 118

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN