75
Bandar Setia, Desa Laut Dendang, Desa Sampali, Desa Cinta Rakyat, Desa Cinta Damai, Desa Sentis, dan Desa Percut.
2. Keadaan Pendaftaran Tanah Wakaf di Kecamatan Percut Sei Tuan
Tabel 1.Keadaan Tanah Wakaf di Kecamatan Percut Sei Tuan.
No Desa
Kelurahan Tanah Wakaf
Belum Akta Ikrar Wakaf Telah Akta Ikrar Wakaf
Disertifikatkan Msjd
Mslh Mdrsh
Kbrn Msjd
Mslh Mdrsh
Kbrn Msjd
Mslh Mdrsh
Kbrn 1
Tembung 16
7 -
1 1
- -
- 2
- Ktr.
KUA 1
2 B. Setia
3 4
- -
- 1
- 1
1 -
- -
3 B. Khalifah
1 3
- 1
1 -
- -
- -
- -
4 B. Klippah
10 14
1 2
1 -
- -
- -
- -
5 Kolam
3 9
- -
- -
- -
2 -
- -
6 Sei Rotan
2 -
- -
- -
- -
- -
1 1
7 Sambirejo
Timur -
- -
- -
1 -
1 2
6 -
- 8
Amplas. T.
Rejo 1
3 -
1 -
- -
- -
- -
- 9
Laut Dendang
2 5
- 1
- -
- -
5 -
1 1
10 Medan
Estate 6
2 -
- -
- -
- 1
- 1
1 11
Sampali 4
6 -
- -
- -
- -
- 1
- 12
Saentis 4
13 -
1 -
- -
- -
- -
- 13
Cinta Rakyat
- -
- -
1 -
TK -
3 -
- 1
14 Cinta Damai
- -
- -
- -
- -
2 -
1 1
15 Pematang
Lalang -
- -
- 1
- -
- -
- 1
1 16
Percut -
- -
- 1
- -
- 7
- 1
3 17
Tj. Rejo -
- -
- -
1 -
1 2
3 1
1 18
Tj. Selamat 4
3 1
1 2
- -
- 1
- -
1 19
Kenangan 11
- -
- 1
- -
- -
- -
- 20
Kenangan Baru
- 12
- 1
- -
- -
- -
- -
Jumlah 67
81 2
9 9
3 1
3 28
9 9
12
Sumber : Kantor Urusan Agama KUA Kecamatan Percut Sei Tuan.
Universitas Sumatera Utara
76
Keterangan : Msjd
: Mesjid Mslh
: Mushollah Mdrsh
: Madrasah Kbrn
: Kuburan Dari tabel 1.Di atas, dapat dibaca dengan jelas bahwa sebenarnya masih
sangat banyak tugas yang harus dilakukan oleh KUA atau PPAIW dalam hal perwakafan, baik itu mengenai membuat Akta Ikrar Wakaf maupun pensertifikatan
wakaf. Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa untuk mesjid ada 67 enam puluh
tujuh mesjid lagi yang belum di akta ikrar wakafkan, untuk Mushollah ada 81 delapan puluh satu lagi yang belum di akta ikrar wakafkan, untuk madrasah masih
ada 2 dua madrasah lagi yang belum di akta ikrar wakafkan dan untuk kuburan ada 9 Sembilan tanah pekuburan lagi yang belum di ikrar wakafkan, maka jika
dijumlahkan ada 159 seratus lima puluh Sembilan tanah wakaf yang belum diikrar wakafkan. Dan hanya ada 16 enam belas tanah wakaf yang telah diikrar wakafkan,
dan hanya 58 tanah wakaf yang sudah disertifikatkan. Sesuai dengan struktur organisasi vertical Departemen Agama, sejak tahun
1989 telah ada instruksi menteri agama kepada jajaran Departemen Agama di daerah agar membentuk tim koordinasi penertiban tanah wakaf di wilayahnya masing-
masing mulai dari tingkat provinsi sampai dengan kabupatenkota dan kecamatan yang terdiri dari unsur departemen agama, badan pertanahan, dan instansi yang terkait
Universitas Sumatera Utara
77
serta Majelis Ulama Indonesia setempat, tim bertugas antara lain menyelesaikan akta ikrar wakaf dan pensertifikatan tanah wakaf terhadap seluruh tanah wakaf yang ada
berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam peraturan pemerintah nomor 28 tahun 1977.
Walaupun pensertifikatan tanah wakaf telah menjadi salah satu program nasional yang merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat, namun harus
diakui bahwa hasilnya belum optimal sebagaimana diharapkan. Hambatan-hambatan yang bersifat non-yuridis, antara lain kesadaran hukum masyarakat akan pentingnya
pensertifikatan wakaf, ketersediaan tenaga yang menangani penelitian, pendaftaran dan pensertifikatan tanah wakaf, serta minimnya anggaran yang tersedia masih
menjadi kendala yang belum teratasi secara menyeluruh. Sedangkan yang terjadi pada Kecamatan Percut Sei Tuan ada beberapa tanah
wakaf yang belum disertifikat karena pensertifikatan tanah wakaf tidak dapat diterbitkan oleh Badan Pertanahan Nasional BPN Kabupaten Deli Serdang.
Sebagaimana hasil wawancara dengan salah seorang personil yang menangani masalah wakaf di KUA beliau mengatakan bahwa:
63
“Permasalahan yang terjadi di Kecamatan Percut Sei Tuan mengenai pendaftaran tanah wakaf adalah bahwa wakif tidak dapat menunjukkan alas hak atas
tanah yang diwakafkan, oleh karenanya pihak BPN tidak dapat menerbitkan sertifikat atas tanah yang diwakafkan tersebut, padahal tanah wakaf tersebut sudah di ikrar
wakafkan di Kantor Urusan Agama KUA oleh Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf PPAIW, dan persyaratan sudah di serahkan oleh PPAIW ke BPN, dan turut juga
disertakan Surat Keterangan Kepala Desa Tentang Perwakafan Tanah Milik, Surat Pengesahan Nazir, Surat PernyataanPengakuan Wakif, Ikrar Wakaf, Salinan Akta
63
Hasil wawancara dengan Bapak Ismail Hasyim, SH, MA, di Kantor Urusan Agama KUA pada Tanggal 19 Juli 2012 Pukul 10.21
Universitas Sumatera Utara
78
Ikrar Wakaf dan Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf. Selanjutnya setelah diberikan pemberitahuan oleh KUA kepada wakif mengenai alas hak yang harus dilampirkan,
wakif tetap tidak dapat menunjukkan alas hak atas tanahnya dan wakif seolah tidak peduli”.
Dari permasalahan di atas KUA tidak bisa berbuat apa-apa karena, tidak ada wewenang KUA untuk menerbitkan hak atas tanah, hanya yang dapat dilakukan
KUA adalah melakukan pemberitahuan terhadap wakif tentang persyaratan- peryaratan yang harus dilengkapi untuk pensertifikatan tanah wakaf tersebut.
Setelah melakukan penelitian dan pengumpulan data ke KUA Percut Sei Tuan, maka terdapat Tanah Wakaf yang belum dikeluarkan sertifikat tanahwakaf
setelah di ikrar wakafkan berpuluh tahun lamanya, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Untuk keperluan Madrasah, terletak di Desa Saentis Dusun XVII Tambak Bayan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara.
Di ikrar wakafkan tanggal 1 Mei 1999. 2. Untuk keperluan pertapakan sekolah Madrasah, terletak di Jalan Utama Desa
Kolam Dusun III, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Di ikrar wakafkan tanggal 1Nopember 2001.
3. Untuk keperluan tanah pekuburan muslim, terletak di Desa Bandar Khalipah, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara.
Di ikrar wakafkan tanggal 16 Mei 2002.
Universitas Sumatera Utara
79
4. Untuk keperluan Madrasah dan Pembinaan Umat, terletak di Bandar Setia, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara.
Diikrar wakafkan tanggal 21 Februari 2007. Para saksi yang dihadirkan berasal dari perangkat Desa setempat karena para
saksi mengetahui dengan jelas bagaimana keadaan tanah yang hendak diwakafkan dan para saksi adalah orang yang mempunyai kapasitas untuk memberikan kesaksian.
Para saksi ditetapkan berdasarkan hukum Al-Quran seperti yang difirmankan oleh Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 282, berbunyi “Ambillah kesaksian dari dua
orang saksi laki-laki diantara kamu . Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli.”
Setelah semua persyaratan administrasi dipenuhi dan PPAIW telah meneliti semua kelengkapannya.Maka wakif segera mengucapkan ikrar wakaf disaksikan oleh
para saksi dan PPAIW. Pengucapan ikrar wakaf harus mencakup : identitas wakif, pernyataan kehendak, identitas tanah yang diwakafkan, tujuan yang diinginkan,
identitas nazhir, dan identitas para saksi yang berjumlah 2 orang. Ikrar wakaf diucapkan secara jelas dan tegas oleh para pihak dan dituangkan Akta Ikrar Wakaf
oleh PPAIW guna memperoleh bukti yang autentik. Akta Ikrar Wakaf ini dibuat rangkap 3 tiga : lembar pertama disimpan sebagai arsip oleh PPAIW, lembar kedua
untuk keperluan pendaftaran di Kantor Pertanahan setempat, lembar ketiga dikirim ke Pengadilan Agama setempat. PPAIW juga harus membuat Salinan Akta Ikrar Wakaf
rangkap 4 empat : salinan lembar pertama diserahkan kepada wakif, salinan lembar kedua diserahkan kepada Nazhir, salinan lembar ketiga dikirim pada Kantor
Universitas Sumatera Utara
80
Departemen Agama kabupaten atau kota setempat, dan salinan lembar keempat dikirim pada Kepala Kelurahan atau Desa setempat.
Atas pelaksanaan ikrar wakaf yang telah dilakukan KUA KecamatanPPAIW tidak memungut biaya apapun, kecuali untuk biaya materai sebesar Rp. 6.000 untuk
dibubuhkan dalam Akta Ikrar Wakaf. Walaupun telah dilakukan perlengkapan persyaratan administrasi namun
Badan Pertanahan Nasional BPN Kabupaten Deli Serdang sampai saat ini belum mengeluarkan Sertifikat Tanah Wakaf tersebut dengan alasan wakif tidak
melampirkan surat tanah asli.
B. Pembahasan Mengenai Pendaftaran Perwakafan Tanah di Kecamatan Percut Sei Tuan.
Menanggapi kasus di atas, sebenarnya perlu difahami kembali akan hakikat wakaf sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari harta kekayaannya berupa tanah
milik dan
melembagakannya untuk
selama-lamanya untuk
kepentingan peribadatankeperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam. Dari pengertian
wakaf menurut Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 telah jelas bahwa sangat dituntut sekali perbuatan hukum di dalamnya yaitu memisahkan sebagian dari harta
kekayaannya berupa tanah milik dan melembagakannya untuk selama-lamanya, artinya wakif dituntut untuk mendaftarkan harta yang akan diwakafkannya sesuai
dengan prosedur yang ada, dan pemerintah yang ditunjuk juga harus dapat
Universitas Sumatera Utara
81
memproses pendaftaran yang dilakukan wakif sehingga tidak lagi terdapat kendala di dalam legalitas benda wakaf tersebut.
Wakaf sebagai sebagai suatu institusi keagamaan dapat dikatakan sebagai suatu pernyataan dari rasa iman yang mantap dan rasa solidaritas yang tinggi antara
manusia, sehingga wakaf merupakan salah satu usaha mewujudkan dan memelihara hablum min allah dan hablum min an-nas. Oleh karena wakaf merupakan
perwujudan hablum min an-nas, berarti keberadaannya merupakan perbuatan muamalat
yang dalam
pelaksanaannya memerlukan
bantuan Negara
untuk tercapainya kesempurnaan pelaksanaan wakaf.Jadi setiap pribadi, kolektif maupun
badan hukum tidak sekehendak hatinya ketika hendak mewakafkan tanah miliknya. Untuk mewujudkan kehendaknya harus lebih dahulu melalui prosedur atau tata cara
tersendiri seseuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Peranan Kementerian Agama dalam pembuatan Akta Ikrar Wakaf sebagai
badan hukum merupakan bagian integral dan upaya pemerintah dalam mengamankan dan
menertibkan perwakafan,
baik yang
berwujud tanah
maupun yang
lainnya.Pengalaman operasional pembuatan Akta Ikrar Wakaf sampai saat ini lebih banyak terkait dengan sertifikasi tanah wakaf khususnya perwakafan tanah milik
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977.
a. Persiapan pelaksanaan perwakafan.
Dalam tahap persiapan ini, dilakukan pengumpulan bahan-bahan persyaratan administrasi yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan ikrar wakaf. Persyaratan
administrasi tersebut adalah :
Universitas Sumatera Utara
82
1. Tanda bukti kepemilikan hak atas tanah.
Sertipikat adalah surat tanda bukti hak atas tanah yang telah didaftar, sebagai alat pembuktian yang kuat seperti yang tercantum dalam Pasal 19 ayat 2 huruf c,
Pasal 23 ayat 2, Pasal 32 ayat 2 dan pasal 38 ayat 2 UUPA. Dalam perwakafan, tanah yang akan diwakafkan harus berupa tanah dengan status Hak Milik. Jadi tanda bukti
kepemilikan nya harus berupa sertipikat Hak Milik. Sedangkan untuk tanah yang belum terdaftar, dapat diganti dengan tanda bukti kepemilikan atas tanah lainnya,
yaitu : a. Surat tanda bukti Hak Milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Swapraja
yang bersangkutan, atau b. Sertifikat Hak Milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Menteri Agraria
Nomor 9 Tahun 1959, atau c. Surat Keputusan Pemberian Hak Milik dari pejabat yang berwenang, baik
sebelum maupun sejak berlakunya UUPA, yang disertai kewajiban untuk mendaftarkan hak yang diberikan, tetapi telah dipenuhi kewajiban yang
disebutkan didalamnya, atau d. Petuk Pajak BumiLandrente, girik, pipil, ketitir dan Verponding Indonesia
sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961, atau e. Akta Pemindahan Hak yang di buat di bawah tangan yang dibubuhi tanda
kesaksian oleh Kepala AdatKepala DesaKelurahan yang dibuat sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini dengan disertai alas hak yang dialihkan,
atau
Universitas Sumatera Utara
83
f. Akta Ikrar WakafSurat Ikrar Wakaf yang dibuat sebelum atau sejak mulai dilaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 dengan disertai
alas hak yang diwakafkan, atau g. Risalah Lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang berwenang, yang
tanahnya belum dibukukan dengan disertai alas hak yang dialihkan, atau h. Akta Pemindahan Hak Atas Tanah yang dibuat oleh PPAT, yang tanahnya
belum dibukukan dengan disertai dengan alas hak yang dialihkan, atau i. Surat Penunjukan atau pembelian kaveling tanah pengganti tanah yang
diambil oleh Pemerintah Daerah, atau j. Surat keterangan riwayat tanah yang pernah dibuat oleh Kantor Pelayanan
Pajak Bumi dan Bangunan dengan disertai alas hak yang dialihkan, atau k. Lain-lain bentuk pembuktian tertulis dengan nama apapun juga sebagaimana
dimaksud dalam Pasal II, VI dan VII ketentuan-ketentuan Konversi UUPA, atau
l. Surat-surat bukti kepemilikan lainnya yang terbit dan berlaku sebelum diberlakukannya UUPA, atau
m. Fotokopi SPPT PBB tahun berjalan. Persyaratan ini mutlak diperlukan untuk membuktikan bahwa tanah yang akan
diwakafkan tersebut betul-betul tanah miliknya. Mengingat sifat keabadian dan kekekalan wakaf, tanah yang dapat diwakafkan adalah tanah Hak Milik, dengan
sifatnya yang turun temurun, terpenuh dan terbulat. Tanah yang tidak berstatus Hak Milik seperti Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai, tidak dapat
Universitas Sumatera Utara
84
diwakafkan, karena mengandung hak yang terbatas, terikat oleh tenggang waktu tertentu, Dan lagi pula yang menjadi pemilik dari tanah-tanah tersebut bukan
pemegang hak-hak atas tanah tersebut melainkan Negara atau orang lain. Oleh karena itu tanah-tanah tersebut tidak dapat diwakafkan.Bukti-bukti pemilikan tersebut di atas
diperlukan sebagai ketegasan kepemilikan hak atas tanah dan diharapkan dapat dijadikan alat bukti yang kuat bila nantinya ada pihak-pihak yang melakukan gugatan
atas tanah wakaf tersebut. 2.
Surat pernyataan dari yang bersangkutan bahwa tanahnya tidak dalam sengketa, ikatan, sitaan, dan tidak dijaminkan di bank yang diketahui oleh kepala desa atau
pejabat lain yang setingkat, yang diperkuat oleh Camat. Surat pernyataan ini sangat penting guna memberikan kejelasan dan jaminan
bahwa tanah yang akan diwakafkan tersebut benar-benar bebas dari segala macam sengketa, ikatan, sitaan maupun pembebanan-pembebanan seperti Hak Tanggunan.
Dengan ini dapat menjamin pelaksanaan wakaf dari segala sesuatu yang dapat mengancam keberadaannya.Surat Pernyataan tersebut harus diketahui oleh Kepala
Desa atau Lurah setempat dan diperkuat oleh Camat. 3.
Surat Keterangan Pendaftaran Tanah. Surat keterangan yang dimaksud adalah surat pendaftaran tanah yang diatur
oleh PP. No. 10 Tahun 1961 dan dikeluarkan oleh Kepala Kantor Pertanahan setempat.
4. Surat ijin Bupati atau Walikota
Universitas Sumatera Utara
85
Surat ijin dari Bupati atau Walikota dalam praktek didelegasikan pada Kepala Kantor Pertanahan setempat. Surat ijin ini penting dan sangat dibutuhkan untuk
mengetahui apakah tanah yang akan diwakafkan tersebut telah sesuai dengan fungsi kawasan dimana tanah tersebut terletak dan disesuaikan dengan rencana pemerintah
yang tertuang dalam peraturan daerah tentang rencana umum tata ruang kota, dan harus dipergunakan sesuai dengan rencana penggunaan tanah yang ditetapkan oleh
Kantor Pertanahan setempat. Persiapan lain yang juga harus dilakukan adalah menghubungi para saksi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan wakaf. Para saksi
sebaiknya yang dipercayai kesalehan dan kebaikannya oleh masyarakat setempat, seperti Kyai, Ustadz, Pemuka Masyarakat, Imam Masjid.Selain itu calon wakif juga
harus menghubungi Nazhir yang hendak diserahi amanat guna pengurusan dan pengelolaan tanah wakaf tersebut.
Dalam tahap persiapan ini, ada beberapa orang dan institusi yang harus dihubungi oleh calon wakif untuk memenuhi persyaratan-persyaratan administrasi,
yaitu : 1.
Kepala Desa atau Lurah 2.
Camat 3.
Kepala Kantor Pertanahan setempat 4.
Saksi-saksi, dan 5.
Nazhir
Universitas Sumatera Utara
86
b. Tata cara pelaksanaan perwakafan.
Setelah semua
persyaratan administrasi
perwakafan telah
dipenuhi, selanjutnya calon wakif bersama-sama dengan Nazhir dan para saksi harus datang
menghadap Kepala Kantor Urusan Agama kecamatan setempat yang berkedudukan sebagai Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf PPAIW untuk melaksanakan ikrar
wakaf. Penyampaian maksud untuk melaksanakan ikrar wakaf tersebut harus disertai dengan penyerahan persyaratan administrasi yang telah dipenuhi dalam tahap
persiapan perwakafan. Sebelum PPAIW melaksanakan ikrar wakaf, PPAIW berkewajiban untuk
memeriksa terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut: 1. Latar belakang maksud dan kehendak calon wakif, dalam hal ini maksud dan
kehendak calon wakif tersebut harus benar-benar ikhlas lillahi ta’ala atau atas kemauan sendiri dan tanpa paksaan dari orang lain.
2. Keadaan tanah yang hendak diwakafkan, bahwa tanah tersebut merupakan benar-benar milik calon wakif dan terlepas atau terbebas dari halangan
hukum, dalam hal ini sengketa, ikatan, sitaan, dan tidak dijaminkan di bank. 3. Meneliti Nazhir yang ditunjuk oleh calon wakif. Apabila Nazhir tersebut
belum disahkan, maka setelah dianggap memenuhi persyaratan kenazhiran oleh PPAIW, maka PPAIW harus segera mengesahkan Nazhir tersebut
dengan mempertimbangkan saran-saran dari Majelis Ulama Kecamatan dan Camat.
Universitas Sumatera Utara
87
4. Meneliti para saksi ikrar wakaf. Dalam Pasal 20 UU No. 41 Tahun 2004, para saksi dalam pelaksanaan ikrar wakaf harus memenuhi syarat sebagai berikut :
dewasa, beragama Islam, berakal sehat dan tidak terhalang untuk melakukan perbuatan hukum.
Setelah PPAIW menilai bahwa semua persyaratan telah terpenuhi, maka PPAIW mempersilahkan calon wakif untuk mengucapkan ikrar wakafnya kepada
Nazhir.Pengucapan akta ikrar wakaf harus dilakukan secara lisan dengan tegas dan jelas dihadapan PPAIW.
64
Akan tetapi bila ternyata wakif tidak mampu menyatakan kehendaknya secara lisan, karena calon wakif bisu misalnya, maka wakif dapat saja
menyatakannya secara isyarat. Pengucapan ikrar harus mencakup hal-hal sebagai berikut :
65
a. identitas wakif b. pernyataan kehendak
c. identitas tanah yang hendak diwakafkan d. tujuan yang diinginkan
e. identitas Nazhir f. saksi-saksi
Akan tetapi bila Wakif tidak dapat menghadap langsung pada PPAIW, maka wakif dapat mengikrarkan wakaf secara tertulis dengan persetujuan Kepala Kantor
Departemen Agama kabupaten atau kota setempat.
66
64
PP No 28 Tahun 1977, Pasal 5 ayat 1.
65
H. Taufiq Hamami, Perwakafan Tanah Dalam Politik Hukum Agraria Nasional, Jakarta: Tata Nusa, 2003, hal. 129.
66
PerMenAg Nomor 1 Tahun 1978, Pasal 2 ayat 1.
Universitas Sumatera Utara
88
Selanjutnya ikrar tersebut dibacakan kepada Nazhir dihadapan PPAIW setempat.Bentuk dan model ikrar wakaf yang harus diucapkan oleh Wakif dibuat
seragam dan ditetapkan oleh Menteri Agama.
67
Pengucapan ikrar wakaf baik secara lisan maupun penuangannya dalam Akta Ikrar Wakaf, harus dilihat dan didengar secara langsung oleh saksi-saksi.Bila tidak
maka kesaksiannya dapat dikatakan tidak sah.Dengan demikian dapat dianggap bahwa pengucapan dan penuangan ikrar wakaf yang tanpa saksi sehingga dapat
mengakibatkan perbuatan wakaf tersebut tidak sah. Selain harus diucapkan secara lisan, PPAIW juga akan menuangkan dalam Akta Ikrar Wakaf. Hal tersebut untuk
memperoleh bukti yang authentik dari pelaksanaan ikrar wakaf.Selain itu Akta Ikrar Wakaf tersebut juga sebagai syarat dalam pendaftaran di Kantor Pertanahan setempat
dan juga sebagai alat bukti bila dikemudian hari terjadi sengketa. PPAIW membuat Akta Ikrar Wakaf rangkap 3, yaitu :
1. Lembar pertama disimpan oleh PPAIW 2. Lembar kedua dilampirkan bersama surat permohonan pendaftaran tanah
wakaf pada Kantor Pertanahan setempat. 3. Lembar ketiga dikirim ke Pengadilan Agama setempat.
Akta Ikrar Wakaf yang dibuat oleh PPAIW harus dibuatkan salinannya rangkap 4, yaitu :
1. Salinan lembar pertama diserahkan kepada wakif. 2. Salinan lembar kedua diserahkan kepada Nazhir.
67
PP Nomor 28 Tahun 1977, Pasal 9 ayat 1
Universitas Sumatera Utara
89
3. Salinan lembar ketiga dikirim pada Kantor Departemen Agama kabupaten atau kota setempat.
4. Salinan lembar keempat dikirim pada Kepala Kelurahan atau Desa setempat. Dengan selesainya pelaksanaan ikrar wakaf dan pembuatan Akta Ikrar Wakaf,
maka perbuatan wakaf tersebut dianggap telah terwujud dalam keadaan sah dan mempunyai kekuatan bukti yang kuat.Dengan demikian tanah wakaf tersebut telah
terjamin dan terlindungi eksistensi dan keberadaannya.Untuk lebih memperkuat, maka harus dilakukan pendaftaran atas tanah wakaf tersebut di Kantor Pertanahan
setempat untuk dicatat dalam buku tanah dan diberikan tanda bukti haknya.
c. Biaya administrasi perwakafan.
Wakif maupun Nazhir dalam pelaksanaan wakaf di Kantor Urusan Agama Kecamatan tidak dikenai biaya administrasi sama sekali termasuk formulir-formulir
yang dipergunakan, kecuali untuk biaya meterai dalam Akta Ikrar Wakaf, Surat Ikrar Wakaf maupun Akta Pengganti Ikrar Wakaf. Formulir-formulir yang dibebaskan dari
bea materai adalah : 1.
Salinan Akta Ikrar Wakaf. 2.
Surat keterangan Kepala Desa mengenai perwakafan tanah. 3.
Surat Keterangan Pendaftaran Tanah. 4.
Daftar Ikrar Wakaf. 5.
Daftar Akta Pengganti Ikrar Wakaf. 6.
Surat Pengesahan Nazhir. 7.
Buku Catatan tentang Keadaan Tanah Wakaf.
Universitas Sumatera Utara
90
8. Buku Catatan tentang pengelolaan dan hasil tanah wakaf.
9. buku catatan mengenai penggunaan hasil tanah wakaf
10. Permohonan Pendaftaran Tanah Wakaf. Dalam peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1978 tentang Peraturan
Pelaksanaan PP No. 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik telah diatur bahwa Kepala Kantor Urusan Agama KUA Kecamatan ditunjuk sebagai Pejabat
Pembuat Akta Ikrar Wakaf PPAIW, dan administrasi perwakafan diselenggarakan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan. Dalam hal suatu kecamatan tidak ada Kantor
Urusan Agamanya, maka Kepala Kanwil Departemen Agama menunjuk kepala KUA terdekat sebagai Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf di Kecamatan tersebut.
68
Tugas Pejabat Pembuar Akta Ikrar Wakaf adalah :
69
1. meneliti kehendak wakif;
2. meneliti dan mengesahkan nazhir atau anggota nazhir yang baru;
3. meneliti saksi ikrar wakaf;
4. menyaksikan pelaksanaan ikrar wakaf;
5. membuat akta ikrar wakaf;
6. menyampaikan akta ikrar wakaf dan salinannya kepada pihak-pihak terkait;
7. menyimpan lembar pertama asli Akta Ikrar Wakaf AIW;
8. Menyelenggarakan daftar ikrar akta ikrar wakaf;
9. Menyampaikan dan memelihara akta dan daftarnya
10. Mengurus pendaftaran perwakafan ; dan 11. Mengajukan permohonan kepada Kantor Badan Pertanahan Kabupaten Kota
setempat untuk mendaftarkan wakaf tanah milik dengan dilampiri : a.
sertifikat tanah yang bersangkutan. b.
AIW Akta Ikrar Wakaf c.
Surat pengesahan nazhir.
68
Proyek Peningkatan Pemberdayaan Wakaf, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia Jakarta, 2004 hal. 102.
69
Ibid, hal. 103.
Universitas Sumatera Utara
91
Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1978 itu juga menetapkan bahwa pengawasan dan bimbingan perwakafan tanah dilakukan oleh unit-unit organisasi
Departemen Agama secara hirarkis sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Agama dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 1990 dan Nomor 24
Tahun 1990 tentang Sertifikat Tanah Wakaf.
70
Dalam rangka menertibkan tanah wakaf telah dikeluarkan sejumlah peraturan teknis sebagai pedoman operational.Namun dalam pelaksanaan di lapangan masih
ditemukan masalah-masalah yang perlu mendapat perhatian dari pihak-pihak terkait secara terkoordinasi.
Pada kenyataannya masih banyak tanah yang diwakafkan status hukumnya tidak jelas, sedang tanah wakaf tersebut sudah dimanfaatkan dan digunakan sesuai
dengan fungsinya sebagai tanah wakaf.Dalam pendataan tanah wakaf di daerah- daerah, masih banyak ditemukan masjid, mushollah, madrasah, pondok pesantren,
panti asuhan dan bangunan keagamaan Islam lainnya yang dibangun di atas tanah yang belum jelas statusnya. Maka untuk kepastian hukum atas status tanah tersebut
perlu dilakukan identifikasi dengan langkahusaha sebagai berikut: 1. Dilakukan penelitian ulang terhadap tanah yang selama ini diidentifikasi
sebagai tanah wakaf. 2. Mengklasifikasikan hasil penelitian ulang tersebut menurut status dan
penggunaannya.
70
Ibid,.
Universitas Sumatera Utara
92
3. Mengusahakan bukti-bukti untuk memenuhi persyaratan bagi tanah yang diidentifikasi sebagai tanah wakaf, guna pembuatan Akta Ikrar Wakaf dan
Akta Pengganti Ikrar Wakaf AIWAPIW dan penerbitan sertifikat. Sesuai dengan struktur organisasi vertical Departemen Agama, sejak tahun
1989 telah ada Instruksi Menteri Agama kepada jajaran Departemen Agama di daerah agar membentuk Tim Koordinasi Penertiban Tanah Wakaf di wilayah masing-masing
mulai tingkat Propinsi sampai dengan KabupatenKota dan Kecamatan yang terdiri dari unsur Departemen Agama, Departemen Dalam Negeri, Badan Pertanahan, dan
instansi terkait, serta Majelis Ulama Indonesia setempat, tim bertugas antara lain menyelesaikan Akta Ikrar Wakaf dan Pensertifikatan tanah wakaf terhadap seluruh
tanah wakaf yang ada berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977.
Universitas Sumatera Utara
93
BAB IV PERAN KANTOR URUSAN AGAMA KUA DAN BADAN PERTANAHAN
NASIONAL BPN DALAM MENGHADAPI PROBLEMATIKA PENDAFTARAN TANAH WAKAF
A. Problematika Yang Dihadapi KUA dan BPN Dalam Pendaftaran Tanah Wakaf.
Pada dasarnya masalah pendaftaran tanah wakaf sangat bersangkutan dengan KUA dan BPN, KUA bertugas sebagai Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf dan
mendaftarkannya ke BPN, sedangkan BPN mengadministrasikan pendaftaran tanah wakaf serta mengeluarkan sertifikatnya. Namun karena kurangnya jumlah personil
yang menangani urusan perwakafan menyebabkan masalah perwakafan dan pendaftaran tanah wakaf jadi terbengkalai, sebagaimana yang diungkapkan oleh salah
seorang personil yang menangani permasalahan wakaf di BPN sebagai berikut:
71
“Mengenai pesonil yang menangani wakaf secara khusus di Kantor Pertanahan Nasional BPN belum ada, seperti saat ini, di dalam struktur organisasi
saya menduduki jabatan Kepala Sub Seksi Pengaturan Tanah Pemerintah, hingga saat ini sangat banyak permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan tanah
pemerintah, seperti masalah perwakafan tanah, masalah pelepasan hak, pembebesan tanah pada proyek bandara Kualanamu yang sekarang sedang berjalan, dan yang
lainnya sehingga waktu saya untuk menangani semua permasalahan itu sangat terbatas, sebaiknya ada personil yang khusus menangani perwakafan tanah, sehingga
permasalahan wakaf secara khusus dapat tertangani dengan sebaik-baiknya sesuai dengan tujuan wakaf itu sendiri”.
Demikian juga di Kantor Urusan Agama KUA terjadi kekurangan personil, sebagaimana yang diungkapkan oleh salah seorang personil yang ada di KUA
Kecamatan Percut Sei Tuan dalam wawancara berikut:
71
Hasil wawncara dengan bapak Edi Rabuddin, SIP di Kantor Badan Pertanahan Nasional, Tanggal 31 Juli 2012, Pukul: 10.07
93
Universitas Sumatera Utara
94
Tugas saya di KUA adalah menangani masalah keluarga sakinah dan ibadah sosial, adapun Uraian tugas yang saya lakukan adalah:
1. Melaksanakan Pernikahan yang dilaksanakan PPN.
2. Melaksanakan Pendaftaran Penasehatan Perkawinan.
3. Membuat surat panggilan penasehatan
perkawinan calon pengantin dan kepala keluarga yang bermasalah.
4. Merekap pendataan keluarga sakinah.
5. Mempersiapkan administrasi pemilihan keluarga sakinah telatan setiap tahun.
6. Melaksanakan laporan terhadap tugas yang dikerjakan kepada atasan.
7. Melaksanakan pendataan rumah ibadah.
8. Melaksanakan inventaris data tanah wakaf dan nazhir tanah wakaf.
9. Mendata dan memberdayakan fungsi lembagakeagamaan seperti BAZ, LPTQ,
BKM, MUI dan BKRM. 10. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan atasan langsung.
Berdasarkan uraian tugas ini, saya merasa kewalahan, seharusnya ada penambahan personil untuk menangani masalah ibadah sosial, jadi ibadah sosial
dengan keluarga sakinah harus terpisah, agar tugas-tugas yang telah diuraikan di atas dapat terlaksana dengan baik dan tercapai tujuan dari tugas-tugas tersebut.Jadi intinya
terjadi kekurangan personil di dalam mengurusi wakaf ini.
Dari data personil pegawai KUA Kecamatan Percut Sei Tuan yang ada dan data personil yang ada di BPN Kabupaten Deli Serdang khusus yang menangani
urusan wakaf dapat dilihat jumlah personilnya yang memang minim jumlahnya, demikian juga dengan jabatan yang ada, apa yang diungkapkan oleh salah seorang
personil yang ada di KUA memang benar, jabatan yang dilaksanakannya berupa tugas ganda yaitu Keluarga Sakinah dan Ibadah Sosial, sementara untuk jabatan
doktik ditangani oleh empat orang dan untuk kepenghuluan ditangani oleh tiga orang. Jadi memang benar apa yang dikatakan oleh salah seorang personil dari KUA
tersebut bahwa perlu penambahan personil dan pemecahan jabatan, seperti yang menangani keluarga sakinah tersendiri dan yang menangi masalah Ibadah sosial
termasuk masalah wakaf ditangani sendiri.
Universitas Sumatera Utara
95
Perbuatan wakaf adalah termasuk suatu aqad tabarru, yakni suatupelepasan hak berupa pemindahan hak milik dari wakif sebagai pemilik kepadapihak lain,yaitu
Allah, tanpa disertai penggantian atau imbalan apapun.Padahakekatnya, wakaf adalah suatu perjanjian peralihan hak atas tanah.Dalam politikhukum Agraria Nasional
menentukan bahwa setiap orang yang melakukanperbuatan hukum berupa pengalihan hak atas tanah, wajib melakukannyadihadapan pejabat yang berwenang dan yang
ditunjuk oleh peraturan perundang-undangan,guna mendapatkan akta sebagai alat buktinya.
Dasar hukum dari kewajiban pendaftaran tanah wakaf adalah Pasal 19 ayat 1 jo Pasal 5 jo Pasal 14 ayat 1 huruf b jo Pasal 49 ayat 3 UUPA jo Peraturan
Pemerintah Nomor 24Tahun 1997 jo Pasal 32 Undang-Undang Wakaf jo Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977. Dalam Pasal 49 ayat 3 UUPA yang menyatakan
bahwa tanah-tanah wakaf yang telah ada dan praktekperwakafan tanah yang terjadi dalam masyarakat Islam di Indonesiakeberadaannya diakui dan dilindungi secara
hukum.Untuk mewujudkanpengakuan dan perlindungan tersebut, maka tanah wakaf yang ada dalammasyarakat harus didaftarkan dan dicatatkan guna mendapatkan
kepastian hukum dan memperoleh tanda bukti hak yang sah menurut peraturan perundang-undanganyang berlaku.
Pendaftaran tanah wakaf sangat penting artinya, baik ditinjau dari tertibhukum maupun administrasi penguasaan dan penggunaan tanah sesuai denganperaturan
perundangan pertanahan yang berlaku.
Universitas Sumatera Utara
96
B. Peran Kantor
Urusan Agama
KUA dalam Menghadapi
Kendala Pendaftaran Tanah Wakaf.
Untuk memajukan dunia perwakafan di Indonesia, pemerintah melalui Kementerian Agama berupaya menjalankan fungsi dan perannya, guna memfasilitasi
pengembangan administrasi perwakafan di Indonesia sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat.
Pada tahun 2006 Pemerintah memecah Direktorat Zakat dan Wakaf di Departemen Agama Pusat menjadi dua Direktorat yang berdiri sendiri, di lingkungan
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji. Hal ini berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 2006 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Agama. Dilingkungan Kanwil Departemen Agama Provinsi Sumatera Utara masalah
perwakafan ditangani Seksi Pemberdayaan Wakaf pada Bidang Hazawa haji, Zakat dan Wakaf.
Secara kelembagaan Departemen Agama memiliki fungsi dan tugas yang bisa dijabarkan sebagai berikut:
72
aFungsi motivator, artinya Departemen Agama sebagai lembaga yang memberikan motivasi, rangsangan ataupun stimulant khusus terhadap
lembaga-lembaga pengelolaan
wakaf yang
ada agar
memaksimalkan kesejahteraan masyarakat banyak.
bFungsi fasilitator, artinya Departemen Agama memberikan fasilitas-fasilitas yang memungkinkan terhadap para nadzir, wakif, dan calon wakif, lembaga
atau pihak lain yang terkait dengan perwakafan, baik yang bersifat fisik maupun nonfisik dalam mengoptimalkan peran pengelolaan, pengembangan,
pelaporan, dan pengawasan kelembagaan.
72
Syariful Mahya Bandar dalam Suhrawardi K. Lubis, dkk, Wakaf dan Pemberdayaan Umat, Jakarta: Sinar Grafika, 2010, hal. 179-180.
Universitas Sumatera Utara
97
cFungsi regulator, artinya Departemen Agama menjadi pihak yang memantau seluruh kebijakan dan peraturan perundang-undangan perwakafan yang
dianggap tidak relevan dengan perkembangan terkini untuk kemudian menyusun danatau mengusulkan perubahan kebijakan bersama pihak-pihak
lain, baik yang bersifat internal maupun eksternal.
dPublic service, artinya Departemen Agama menjadi lembaga yang melayani kepada seluruh lapisan masyarakat Islam tentang perwakafan. Bentuk
pelayanan umum yang dilakukan oleh Departemen Agama berupa dibukanya akses informasi, kebijakan, pelayanan administrasi wakaf, dan membantu
berbagai persoalan, pengembangan dan pembinaan wakaf.
Dewasa ini banyak negara-negara Islam yang dengan sengaja membentuk Kementerian Wakaf dan lembaga wakaf daerah.Kedua lembaga pemerintahan ini
dalam perencanaannya melakukan pengelolaan semua jenis wakaf, baik wakaf produktif maupun wakaf langsung tunai, termasuk di dalamnya adalah wakaf mesjid
dan tempat
kegiatan keagamaan
lainnya.Sebagian dari
sistem administrasi
pemerintahan ini bahkan dalam praktiknya sangat menguasi, di mana pemerintah menghalang pengangkatan nadzir wakaf selain dari lembaga resmi yang dibentuk
oleh pemerintah, seperti yang terjadi di Syria.
73
Lembaga pemerintahan melakukan tugas-tugasnya sesuai peraturan dan cara- cara resmi pengelolaan harta umum, dimana cara seperti ini tunduk pada pengawasan
lembaga pemerintah lainnya. Kalau diperhatikan, pengeluaran yang diberikan kepada masyarakat dan untuk kegiatan keagamaan di Negara Islam lebih, bahkan melebihi
pendapat bersih dari harta wakaf produktif, terutama pendapatan wakaf produktif ini umumnya sedikit yang disebabkan oleh minimnya subsidi pengembangan yang
diberikan oleh pemerintah. Padahal subsidi ini mestinya dianggarkan oleh pemerintah
73
Dr. Munzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, Jakarta Timur: Khalifa, 2005, hal. 298.
Universitas Sumatera Utara
98
dari anggaran pendapatan dan belanja negara untuk diberikan kepada mesjid dan harta wakaf lainnya, terutama untuk mendanai wakaf prouktif yang kekurangan dana
untuk melakukan produksi. Namun ada juga Negara Islam yang mengistimewakan syarat-syarat wakif
dalam membantu wakaf baru yang belum pernah dikenal sebelumnya.Maka berkenaan dengan syarat wakif, pemerintah memberi hak kebebasan kepada para
wakif untuk menentukan nadzir atau wali wakafnya.Pemerintah juga menjaga indenpendensi harta wakaf dalam pengelolaannya dan penggunaan hasilnya sesuai
syarat yang ditetapkan oleh wakif.Namun untuk melancarkan itu semua, pemerintah mewajibkan adanya pengawasan dari pengadiln setempat di mana wakaf berada.
Sedangkan pada kondisi yang tidak diketahui syarat-syarat wakif dalam menentukan nadzir, seperti kalau wakif mewakafkan chek, baik karena belum ada dan
tidak diketahui atau belum menentukan pemilihan nadzir, maka pihak pemerintah yang berkompeten dari kementerian wakaf atau lembaga wakaf di daerah mengambil
alih pengelolaan harta wakaf, di mana ia mengambil semua keputusan investasi dan pengembangan, juga administrasinya dan penggunaan hasil-hasilnya.
74
C. Peran Badan Pertanahan Nasional BPN dalam Menghadapi Problematika Pendaftaran Tanah Wakaf.
Badan Pertanahan Nasional BPN sangat berperan dalam pendaftaran tanah wakaf di daerahnya masing-masing, setiap kasus pertanahan termasuk tanah wakaf
yang disampaikan kepada BPN maka dilakukan pengelolaan pengkajian dan
74
Ibid, hal. 299
Universitas Sumatera Utara
99
penanganan kasus pertanahan karena hal tersebut merupakan salah satu fungsi Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia dalam rangka menanggulangi sengketa,
konflik dan perkara pertanahan guna mewujudkan kebijakan pertanahan bagi keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Pengelolaan pengkajian dan penanganan kasus
pertanahan merupakan sarana untuk menyelesaikan sengketa, konflik dan perkara pertanahan dan memperkecil potensi timbulnya masalah pertanahan.
Untuk menyelesaikan kasus-kasus pertanahan maka BPN akan melakukan pengelolaan pengkajian dan penanganan kasus pertanahan meliputi:
a. pelayanan pengaduan dan informasi kasus pertanahan.
Pelayanan, pengaduan dan
informasi kasus pertanahan
di BPN RI
dilaksanakan dan dikoordinasikan oleh Deputi, untuk wilyah Badan Pertanahan Nasional dilaksanakan oleh Kabid dan dikoordinasikan oleh Kakanwil dan untuk
Kantor Pertanahan dilaksanakan oleh Kasi dan dikoordinasikan oleh Kepala Kantor Pertanahan.
Pengaduan kasus pertanahan disampaiakan kepada kepala BPN RI, Kakanwil daatau Kepala Kantor Pertanahan baik secara lisan maupun tertulis.Pengaduan yang
diajukan secara lisan harus ditindak lanjuti dengan pembuatan permohonan secara tertulis. Surat pengaduan kasus pertanahan paling sedikit membuat identitas pengadu,
objek yang diperselisihkan, posisi kasus atau legal standing dan maksud pengaduan dengan dilampiri fotocopy identitas pengadu dan data pendukung yang terkait dengan
pengaduan. Surat pengaduan yang diterima melalui loket pengaduan dicatat dalam register penerimaan pengaduan dan kepada pengadu diberikan surat tanda penerimaan
Universitas Sumatera Utara
100
pengaduan kemudian diteruskan ke satuan organisasi yang tugas dan fungsinya menangani sengketa, konflik dan perkara pertanahan.
Pihak pemohon atau pengadu dan termohon dapat menanyakan informasi tentang perkembangan penangnan kasus pertanahan kepada kantor BPN RI yang
menangani kasusnya.
Informasi mengenai
perkembangan penanganan
kasus pertanahan yang diberikan tertulis disampaikan dalam bentuk surat informasi
perkembangan penanganan kasus pertanahan yang berisi tentang penjesalan pokok masalah, posisi kasus dan tindakan yang telah dilaksanakan. Surat informasi
perkembangan penganan kasus pertanahan disampaiakan paling lambat 30 tiga puluh hari sejak di terimanya permintaan. Informasi kasus pertanahan yang diminta
oleh instansi pemerintah atau lembaga terkait yang berwenang meminta informasi kasus pertanahan, diberikan BPN RI, kantor wilayah badan pertanahan nasional atau
kantor pertanahan paling lambat 14 empat belas hari sejak diterimanya permintaan. Pemberian informasi kasus pertanahan dilakukan berupa jawaban mengenai
pokok perkara dan permasalahan, atau penjelasan lengkap yang sesuai data yang ada di BPN RI, Kantor wilayah Badan Pertanahan Nasional atau Kantor pertanahan dan
hasil penanganannya.Dalam hal sangat diperlukan, pejabat dari instansi yang meminta penjelasan mengenai kasus pertanahan dapat diundang untuk menghadiri
gelar kasus agar dapat memperoleh keterangan yang lebih jelas. b.
Pengkajian kasus pertanahan. Kepala Kantor Pertanahan, Kepala Kantor Wilayah atau Deputi baik bersama-
sama atau sendiri-sendiri melaksanakan pengkajian secara sistematik terhadap akar
Universitas Sumatera Utara
101
dan sejarah kasus pertanahan. Hasil kajian dituangkan dalam peta kasus pertanahan yang menjadi dasar untuk merumuskan kebijakan umum atau kebijakan teknis
penanganan kasus pertanahan dengan acuan bersifat rawan, strategis, atau yang mempunyai dampak luas.
Pengadministrasian data dilaksanakan melalui pencatatan, pengolahan dan penyajian data yang diselenggarakan dengan sistem informasi di bidang pengkajian
dan penanganan kasus pertanahan yang dibangun secara terintegrasi antara BPN RI, Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan.
Pengkajian akar dan riwayat sengketa dilakukan untuk mengetahui factor penyebab terjadinya dan potensi penyelesaian sengketa dengan cara meneliti dan
menganalisis data sengketa yang terjadi. Hasil penelitian dan analisa data menghasilkan pokok permasalahan sengketa
dan potensi penyelesaian sengketa.Pokok permasalahan pertanahan dilakukan telaahan hukum berdasarkan data yuridis, data fisik atau data pendukung lainnya
dimana hasil telaahan dilakukan kajian penerapan hukum yang selanjutnya menghasilkan rekomendasi penanganan sengketa pertanahan.
c. Penanganan kasus pertanahan.
Penanganan kasus pertanahan dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum atas penguasaan, kepemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah untuk
memastikan tidak terdapat tumpang tindih pemanfaatan, tumpang tindih penggunaan, tumpang tindih penguasaan, dan tumpang tindih pemilikan tanah.Penanganan kasus
pertanahan untuk memastikan pemanfaatan, penguasaan, penggunaan dan pemilikan
Universitas Sumatera Utara
102
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan serta bukti kepemilikan tanah bersifat tunggal untuk setiap bidang tanah yang diperselisihkan.
d. Penyelesaian kasus pertanahan.
Penyelesaian kasus pertanahan untuk melaksanakan putusan pengadilan. Pelaksanaan Putusan Pengadilan, BPN RI wajib melaksanakan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, kecuali terdapat alasan yang sah untuk tidak melaksanakannya. Alasan yang sah dimaksud antara lain :
1. Terhadap objek putusan terdapat putusan lain yang bertentangan. 2. Terhadap objek putusan sedang diletakkan sita jaminan.
3. Terhadap objek putusan sedang menjadi objek gugatan dalam perkara lain. 4. Alasan lain yang diataur dalam peraturan perundang-undangan.
Tindakan untuk melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dapat berupa:
1. Pelaksanaan dari seluruh amar putusan; atau 2. Pelaksanaan sebagian amar putusan; atau
3. Hanya melaksanakan perintah yang secara tegas tertulis pada amar putusan. Amar putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, berkaitan
dengan penerbitan, peralihan atau pembatalan hak atas tanah, antara lain: 1. Perintah untuk membatalkan hak atas tanah.
2. Menyatakan batal atau tidak, sah atau tidak, mempunyai kekuatan hukum hak atas tanah.
3. Menyatakan tanda bukti hak tidak sah atau tidak berkekuatan hukum.
Universitas Sumatera Utara
103
4. Perintah diakukannya pencatatan atau pencoretan dalam buku tanah. 5. Perintah penerbitan hak atas tanah.
6. Amar yang bermakna menimbulkan akibat hukum terbitnya, beralihnya atau batalnya hak.
e. Perbuatan hukum pelaksanaan putusan pengadilan.
Putusan pegadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap yang menyangkut
penerbitan, peralihan,
atau pembatalan
hak atas
tanah wajib
dilaksanakan oleh pejabat atau pegawai BPN RI paling lambat 2 dua bulan setelah diterimanya salinan putusan pengadilan oleh pejabat yang berwenang melakukan
pembatalan. Dalam hal terdapat putusan pengadilan yang telah berkeuatan hukum tetap dan pelaksanaannya diperkirakan akan menimbulkan kasus pertanahan yang
lebih luas atau menyangkut kepentingan pemerintah, sebelum dilakukan tindakan pelaksanaan putusan pengadilan, dilakukan gelar eksternal atau istimewa yang
menghadirkan pihak-pihak atau instansi yang terkait.
1. Tata cara pendaftaran tanah wakaf di Kantor Pertanahan.