34
3. Ada tujuan atau tempat ke mana harta itu diwakafkan maukuf ‘alaih 4. Ada pernyataan sighat, sebagai pernyataan kehendak dari wakif.
43
Keempat rukun wakaf di atas masing-masing harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Tabarru’, wakif harus mampu melepaskan hak miliknya tanpa adanya suatu imbalan material. Seseorang dikatakan tabarru’ apabila ia telah baligh, dapat
berfikir normal dan tidak ada paksaan. 2. Harta yang diwakafkan mempunyai nilai dan dapat tahan lama dalam
penggunaannya. 3. Tujuan wakaf tidak bertentangan dengan agama.
4. Adanya sighat atau ikrar pernyataan mewakafkan sesuatu, boleh secara lisan, tulisan maupun isyarat.
9. PPAIW Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf
Bahwa yang dapat bertindak sebagai PPAIW ialah Kepala KUA Kecamatan kecuali tidak ada maka Kepala Kantor Kementrian Agama menunjuk kepala KUA
Kecamatan lain yang terdekat, atau jika di daerah Tingkat II itu belum ada KUA Kecamatan menunjuk Kepala Seksi Agama pada Kemenag KotaKabupaten sebagai
PPAIW di daerah tersebut. Pengangkatan dan pemberhentian PPAIW oleh Menteri Agama.
43
Ibid, hal. 10
Universitas Sumatera Utara
35
B. Wakaf Berdasarkan Peraturan-Peraturan Hukum Agraria 1.
Filosofis Dan Prinsip UUPA No. 5 Tahun 1960 Undang-Undang Hukum Agraria.
a. Filosofis UUPA Nomor 5 Tahun 1960.
Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting untuk kelangsungan hidup umat manusia, hubungan manusia dengan tanah bukan hanya
sekedar tempat hidup, tetapi lebih dari itu tanah memberikan sumber daya bagikelangsungan hidup umat manusia.
Bagi bangsa Indonesia tanah adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan kekayaan nasional, serta hubungan antara bangsa Indonesia dengan tanah
bersifat abadi, oleh
karena itu harus
dikelola secara
cermat pada masa
sekarangmaupun untuk masa yang akan datang. Menurut Abdurrahman, tanah dapat dinilai sebagai harta yang bersifat
permanen karena tanah dapat dicadangkan untuk kehidupan mendatang, dan tanahpula sebagai tempat persemayaman terakhir bagi seseorang meninggal dunia.
44
Masalah tanah adalah masalah yang menyangkut hak rakyat yang paling dasar. Tanah disamping mempunyai nilaiekonomis juga berfungsi sosial, oleh karena
itulah kepentingan pribadi atas tanah tersebut dikorbankan guna kepentingan umum. Ini dilakukan dengan pelepasan hak atas tanah denganmendapat ganti rugi yang tidak
berupa uang semata akan tetapi juga berbentuk tanah atau fasilitas lain.
44
Abdurrahman, Aneka Masalah Hukum Agraria Dalam Pembangunan di Indonesia, Bandung: Alumni, 1978, hal. 1
Universitas Sumatera Utara
36
Secara filosofis tanah sejak awalnya tidak diberikan kepada perorangan. Jadi tidak benar seorang yang menjualtanah berarti menjual miliknya, yang benar dia
hanya menjual jasa memelihara dan menjaga tanah selama itu dikuasainya.
45
Hal tersebut adalah benar apabila dikaji lebih dalambahwa tanah di samping mempunyai nilai ekonomis, juga mempunyai nilai sosial yang berarti hak atas tanah
tidak mutlak.Namun demikian negara harus menjamin dan menghormati atas hak-hak yang diberikan atas tanah kepada warga negaranya yang dijamin oleh undang-
undang. Undang-undang yang mengatur masalah pertanahan telah disusun, yaitu UU
Nomor 5 Tahun 1960.Menurut Pasal 16 UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria atau biasadisebut Undang-Undang Pokok Agraria yang
disingkat UUPAdiatur
tentang hak-hak
atas tanah
yang dapat diberikan
kepadawarga negaranya berupa yang paling utama Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak Sewa, HakMembuka Tanah, Hak untuk Memungut
Hasil Hutan dan hak-haklain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut di atas yang akan ditetapkan dengan undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 53UUPA.
46
Hukum agraria Belanda = agrarisch recht, Inggris = agrarian law adalah ketentuan-ketentuan keseluruhan dari hukum perdata, hukum tata Negara dan hukum
administrasi Hukum Tata Usaha Negara yang mengatur hubungan-hubungan antara
45
Soedharyo Soimin,Status Hak dan Pembebasan Tanah, Jakarta : Sinar Grafika, 1993, hal. 82
46
Ibid, hal. 90
Universitas Sumatera Utara
37
orang termasuk badan hukum dengan bumi, air dan ruang angkasa dalam seluruh wilayah Negara dan mengatur pula wewenang-wewenangnya.
47
Hukum agraria nasional pada hakekatnya lahir sejak Undang-Undang Pokok Agraria UU No. 51960 diberlakukan di Indonesia. Tanggal 24 September 1960
ditetapkan dan diberlakukanlah di seluruh wilayah Indonesia Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 yaitu Undang-Undang tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
Nama Undang-Undang No. 5 tahun 1960 itu lebih popular dengan sebutan Undang- Undang Pokok Agraria UUPA yang kemudian istilah itu dipakai di dalam peraturan
pelaksanaannya seperti Peraturan Menteri Agraria Tahun 1960 tentang pelaksanaan beberapa ketentuan Undang-Undang Pokok Agraria. Kandungan pengertian kata
“pokok” pada UUPA itu sangat dalam. Adapun filosofi dibentuknya UUPA yaitu :
1. UUPA dalam Negara Republik Indonesia RI yang kehidupan rakyatnya termasuk perekonomiannya masih bercorak agraria bumi, air, ruang angkasa
sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai fungsi yang amat penting untuk membangun masyarakat adil dan makmur.
2. Hukum agraria yang masih berlaku sekarang ini tersusun berdasarkan tujuan dan sendi-sendi pemerintah jajahan dan sebagian dipengaruhi olehnya
sehingga bertentangan dengan kepentingan rakyat dan negara di dalam menyelesaikan revolusi nasional dan pembangunan semesta.
3. Hukum agraria yang mempunyai sifat dualism yaitu masih berlakunya ketentuan-ketentuan hukum adat di samping ketentuan-ketentuan KUH
Perdata. 4. Bagi rakyat asli hukum agraria pada zaman penjajahan tidak menjamin adanya
suatu kepatian hukum.
48
47
Tampil Anshari Siregar, Undang-Undang Pokok Agraria dalam Bagan, Medan: Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU, 2001, hal. 1-2.
48
Affan Mukti, Pokok-Pokok Bahasan Hukum Agraria, Medan: USU Press, 2006, hal. 10.
Universitas Sumatera Utara
38
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka perlu ada Hukum Agraria Nasional yang berdasarkan pada hukum adat yang dapat memberikan adanya suatu kepastian
hukum bagi seluruh rakyat Indonesia dengan tidak mengabaikan unsur-unsur yang bersandarkan pada sendi hukum agraria.
Pernyataan ini memperjelas dengan dikembalikannya marwah hukum adat dan
hak ulyat Indonesia
dan penyesuaisan
pada perkembangan kemajuan
perekonomian dan lalu lintas perdagangan.Hukum adat harus dapat menjawab tantangan hukum modern dengan dikembangkannya ketentuan pasal 3 UUPA
tentang hak ulyat dan pasal 5 UUPA tentang pengertian hukum adat nasional versi UUPA.
49
Beberapa pendapat menyebutkan bahwa:
50
a. Berhubungan dengan apa yang tersebut di atas perlu adanya hukum Agraria Nasional yang berdasarkan atas hukum adat tentang tanah yang sederhana dan
menjamin kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia dengan tidak mengabaikan unsur-unsur yang bersandarkan pada hukum agama.
b. Hukum Agraria Nasional harus memberikan kemungkinan akan tercapainya fungsi bumi, air dan ruang angkasa sebagai yang dimaksud di atas harus
sesuai dengan
kepentingan rakyat
Indonesia serta
memenuhi pula
keperluannya menurut permintaan zaman dalam segala soal agraria. c. Hukum Agraria Nasional harus mewujudkan penjelmaan dari Ketuhanan
Yang Maha Esa, Prikemanusiaan, Kebangsaan, Kerakyatan dan keadilan sosial sebagai dasar kerohanian Negara dan cita-cita bangsa seperti yang
tercantum di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. d. Hukum agraria tersebut harus pula merupakan pelaksanaan dari Dekrit
Presiden tanggal 5 Juli 1959 ketentuan dalam pasal 33 UUD 1945 dan manifesto politik Republik Indonesia sebagai yang ditegaskan dalam pidato
Presiden tanggal 17 Agustus 1960.
49
Prof. Dr. A. P. Parlindungan, SH, Hukum Agraria Beberapa Pemikiran dan Gagasan, Medan: USU Press, 1998, hal. 63.
50
Ibid, hal. 10-11
Universitas Sumatera Utara
39
e. Berhubung dengan segala sesuatu itu perlu diletakkan sendi-sendi dan disusun ketentuan-ketentuan pokok baru dalam bentuk undang-undang yang akan
merupakan dasar bagi penyusunan Hukum Agraria Nasional tersebut di atas. Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengakuan
bumi, air, dan ruang angkasa dari seluruh rakyat Indonesia merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa, pengakuan tersebut tercantum di dalam sila pertama dari
Pancasila, sehingga kita mengaku bahwa semua ini adalah merupakan pemberian Tuhan Yang Maha Esa.
Hukum agraria harus memberikan jaminan hukum dan perlindungan di dalam pelaksanaannya serta tidak mengabaikan unsur-unsur agama di dalamnya, dan hukum
agraria merupakan penjelmaan dari sila-sila Pancasila.
b. Prinsip UUPA
Undang-undang pokok agraria nomor 5 tahun 1960 menganut beberapa prinsip yang terkandung di dalamnya yaitu:
1. Prinsip Kesatuan Hukum Agraria untuk Seluruh Wilayah Tanah Air.
Bahwa Negara kita telah merupakan Negara kesatuan yang tediri dari beberapa pulau, dan tidak ada ketentuan hukum pertanahan yang mengatur selain dari
ketentuan Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960. Oleh sebab itu pada masa pemerintah Hindia Belanda Indonesia dibagi menjadi beberapa wilayah yang
mempunyai kekuasaan sendiri atau kalau dilihat versi Van Vallen Hoven yang membagi 19 daerah persekutuan hukum adat di mana agar memudahkan pemerintah
Hindia untuk mengatur dan menguras hasil bumi Indonesia, namun setelah diundangkan UUPA Nomor 5 Tahun 1960 kita telah mempunyai gagasan
Universitas Sumatera Utara
40
kewilayahan yang disebut dengan wawasan Nusantara sehingga tidak mungkin lagi adanya ketidak seragaman di dalam pelaksanaan hukum agraria.
2. Adanya Penghapusan Asas Domein Verklaring.
Bahwa Negara di dalam pelaksanaan hukum agraria tidak seperti pada masa pemerintahan Belanda di mana seseorang yang tidak dapat membuktikan haknya,
maka tanah tersebut menjadi tanah yang dikuasai oleh Negara, Negara sangat dominan sekali untuk menguasai tanah-tanah untuk kepentingan pemerintahan
Belanda, oleh karena itu pemerintah di dalam pelaksanaanhukum pertanahan bertujuan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sesuai dengan bunyi pasal 33
ayat 3 UUD 1945. 3.
Adanya Fungsi Sosial Hak atas Tanah. Tanah tidaklah semena-mena untuk dipergunakan sesuka hati, oleh karena itu
di dalam UUPA Nomor 5 Tahun 1960, penggunaan tanah tidak demikian halnya melainkan harus dapat bermanfaat bagi masyarakat serta kepentingan umum dengan
arti tidak dipegunakan untuk kepentingan pribadi, oleh karena itu jika pemerintah akan melaksanakan pembangunan untuk kepentingan umum, maka apapun yang
menjadi hak kita harus dapat merelakan hak tersebut untuk diserahkan demi kepentingan umum tersebut. Jadi di sini tidak ada kemutlakan atau keharusan untuk
menguasai tanah selama-lamanya. 4.
Adanya Pengakuan Hukum Agraria dalam Hukum Adat. Keanekaragaman suku dan adat istiadat yang sejak dulunya sudah ada di
Indonesia, maka tanpa disadari pelaksanaan mengenai pertanahan telah dilakukan di
Universitas Sumatera Utara
41
tengah-tengah masyarakat, seperti pelaksanaan gadai sewa tanah, perjanjian bagi hasil, dll, dengan berlakunya UUPA Nomor 5 Tahun 1960 maka keberadaan undang-
undang ini dapat memberikan jaminan akan kepastian hak itu sendiri. 5.
Adanya Persamaan Hak Sesama Warga Negara Indonesia Antara Laki-Laki dan Wanita.
Dalam ketentuan Undang-Undang Pokok Agraria, semua warga Negara Indonesia berhak untuk memperoleh atau memiliki tanah di seluruh wilayah Negara
Republik Indonesia prinsip nasionalitas misalnya suku batak dapat memiliki tanah di daerah Papua ataupun di daerah Maluku, dan sebagainya. Jadi dengan demikian
tidak ada pembatasan menurut ketentuan Undang-Undang Pokok Agraria seseorang untuk memiliki tanah-tanah di Indonesia.
6. Pelaksanaan Landreform Antara Hubungan Manusia dengan Tanah Bumi, Air
dan Ruang Angkasa. Landreform adalah menata kembali system pertanahan mengenai penguasaan,
penggunaan, persediaan, peruntukan serta peralihan mengenai bumi, air, dan ruang angkasa, yang semuanya ini bertujuan agar lebih tertata system pertanahan serta
meningkatkan produktivitas tanahlahan dengan memperhatikan kehidupan para petani yang tidak mempunyai tanah. Dengan telah tertatanya system pertanahan tidak
dijumpai lagi adanya tanah-tanah yang tidak bermanfaat baik untuk kepentingan pemerintah maupun kepentingan masyarakat.
7. Adanya Suatu Rencana Umum Pasal 14 UUPA tentang Persediaan, Peruntukan
dan Pengguunaan Bumi, Air, Ruang Angkasa.
Universitas Sumatera Utara
42
Agar pelaksanaan pembangunan tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu, maka semuanya perlu ada perencanaan yang matang baik itu mengenai
persediaan reserve, peruntukan use serta perencanaan planning mengenai bumi, air, dan ruang angkasa, sehingga apa yang telah menjadi program pemerintah dapat
berjalan dengan baik serta lebih terkoordinasi. 8.
Prinsip Nasionalitas. Hal ini memperjelas lagi bahwa sejak mulai berlakunya UUPA Nomor 5
Tahun 1960 tidak dimungkinkan warga Negara asing untuk memperoleh hak atau tanah di Indonesia, namun demikian tidak tertutup bagi warga Negara asing, apabila
tujuan perolehan hak tersebut untuk kepentingan atau keperluan bangsa dan Negara sehingga warga Negara asing dapat untuk memperoleh hak atas tanah di Indonesia,
yaitu hak-hak atas tanah tertentu seperti hak pakai, hak sewa, serta hak guna usaha, sedangkan mengenai hak guna usaha ini warga Negara asing tersebut harus
berpenduduk di Indonesia, berbentuk badan
hukum Indonesia serta dapat
memberikan devisa bagi Negara atau dapat menunjang perekonomian bangsa.
51
2. Pengaturan Perwakafan Tanah dalam UUPA.