Ikrar Wakaf Harta yang boleh di wakafkan.

26 Keberadaan wakaf telah mendapatkan pengakuan dalam UUPA, yakni pasal 49 yang menegaskan: 39 1. Hak milik tanah badan-badan keagamaan dan sosial sepanjang dipergunakan untuk usaha dalam bidang keagamaan dan sosial, diakui dan dilindungi. Badan tersebut dijamin pula akan memperoleh tanah yang cukup untuk bangunan dan usahanya dalam bidang keagamaan dan sosial. 2. Untuk keperluan peribadatan dan keperluan suci lainnya sebagaimana dimaksud pada pasal 14 dapat diberikan tanah yang dikuasai langsung oleh Negara dengan hak pakai. 3. Perwakafan tanah milik dilindungi dan diatur dengan peraturan pemerintah. Dari ketentuan tersebut terkandung makna, bahwa perihal pertanahan erat hubungannya dengan peribadatan dan keperluan suci lainnya, yang salah satunya adalah perwakafan tanah, yang dalam hukum agraria nasional mendapat perhatian.

2. Ikrar Wakaf

Sebagaimana disebutkan diatas bahwa kebiasaan masyarakat kita sebelum adanya UU No. 5 tahun 1960 dan PP No. 28 tahun 1977 hanya menggunakan pernyataan lisan saja yang didasarkan pada adat kebiasaan keberagamaan yang bersifat lokal. Pernyataan lisan secara jelas sharih menurut pandangan As-Syafi’i termasuk bentuk dari pernyataan wakaf yang sah. Akan tetapi dalam kasus masjid, bila seseorang memiliki mesjid dan mengijinkan orang atau pihak lain melakukan ibadah di masjid tersebut, maka tidaklah otomatis masjid tersebut berstatus wakaf. Pernyataan wakaf harus menggunakan kata-kata yang jelas seperti waqaftu, habastu atau sabbaltu atau kata-kata kiasan yang dibarengi dengan niat wakaf secara tegas. 39 Adrian Sutedi, S. H., M. H., Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hal. 105. Universitas Sumatera Utara 27 Dari pandangan Imam Asy-Syafi’i tersebut kemudian ditafsirkan secara sederhana bahwa pernyataan wakaf cukup dengan lisan saja. Namun demikian ketika ada orang yang mewakafkan harta bendanya dengan tulisan atau isyarat untuk menyatakan kehendak dan menjelaskan apa yang diinginkan bukan berarti wakafnya tidak sah. Pernyataan tulisan mewakafkan sesuatu justru bisa menjadi bukti yang kuat bahwa si wakif telah melakukannya, lebih-lebih itu dinyatakan di hadapan hakim dan nazhir wakaf yang ditunjuk.

3. Harta yang boleh di wakafkan.

Benda yang di wakafkan di pandang sah apabila memenuhi syarat sebagai berikut: a. Benda harus memiliki nilai guna. Tidak sah hukumnya mewakafkan sesuatu yang bukan benda, misalnya hak-hak yang bersangkut paut dengan benda, seperti : hak irtifaq, hak irigasi, hak lewat, hak pakai dan lain sebagainya. Tidak sah pula mewakafkan benda yang tidak berharga menurut syara’, yakni benda yang tidak boleh di ambil manfaatnya, seperti: benda memabukkan dan benda-benda haram lainnya. Karena maksud wakaf adalah mengambil manfaat benda yang di wakafkan serta mengharapkan pahala atau keridhaan Allah atas perbuatan tersebut. b. Benda tetap atau bergerak yang dibenarkan untuk diwakafkan. Kebiasaan masyarakat Indonesia dalam sejarahnya dan juga sampai sekarang pada umumnya mewakafkan harta berupa benda yang tidak bergerak, seperti tanah, bangunan untuk masjid, madrasah, pesantren, kuburan, rumah sakit, panti Universitas Sumatera Utara 28 asuhan dan lain sebagainya. Dan pandangan ini secara kebetulan juga telah disepakati oleh semua mazhab empat. Garis umum yang dijadikan sandaran golongan Syafi’iyyah dalam mewakafkan hartanya dilihat dari kekekalan fungsi atau manfaat dari harta tersebut, baik berupa barang tak bergerak, barang bergerak maupun barang kongsi milik bersama. Namun demikian, walaupun golongan Syafi’iyyah membolehkan harta bergerak seperti uang, saham dan surat berharga lainnya, umat Islam Indonesia belum bisa menerima sepenuhnya karena dikhawatirkan wujud barangnya bisa habis. c. Benda yang diwakafkan harus tertentu diketahui ketika terjadi akad wakaf. Penentuan benda tersebut bisa ditetapkan dengan jumlahnya, seperti seratus juta rupiah, atau bisa juga dengan menyebut nisbahnya terhadap benda tertentu, misalnya separuh tanah yang dimiliki, dan lain sebagainya. Wakaf yang tidak menyebutkan secara jelas terhadap harta yang akan diwakafkan, maka tidak sah hukumnya, seperti mewakafkan sebagian tanah yang dimiliki, sejumlah buku dan sebagainya. d. Benda yang diwakafkan benar-benar telah menjadi milik tetap al-milk si wakil orang yang mewakafkan ketika terjadi akad wakaf. Oleh karenanya, jika seseorang mewakafkan benda yang bukan atau belum menjadi miliknya, maka hukumnya tidak sah, seperti mewakafkan benda atau sejumlah uang yang masih belum di undi dalan arisan, mewakafkan tanah yang masih dalam sengketa atau jaminan jual beli dan lain sebagainya. Universitas Sumatera Utara 29

4. Kedudukan harta setelah di wakafkan.