Ruang Lingkup Pengaturan Perwakafan Tanah dalam Hukum Agraria

45 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1977,tentang Perwakafan Tanah Milik, Lembaran Negara No. 38 danTambahan Lembaran Negara No. 2555. 2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1977 tentang Tata Pendaftaran Tanah mengenai Perwakafan Tanah Milik. 3. Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1978 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun1977 tentang Perwakafan Tanah Milik. 4. Peraturan Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Nomor KEPD7578 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Perwakafan Tanah Milik. 5. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi HukumIslam. 6. Dan peraturan perundangan yang lainnya.

3. Ruang Lingkup Pengaturan Perwakafan Tanah dalam Hukum Agraria

Nasional. Pengalihan hak menurut Hukum Agraria Nasional, selain dapat dilakukan melalui cara dengan jual beli, tukar menukar, hibah, wasiat, warisan dan wakaf. Pengalihan hak melalui wakaf ini bersifat kekal, abadi dan untuk selama- lamanya,yang berarti bahwa suatu tanah Hak Milik yang telah dialihkan haknya kepada pihak lain dalam hal ini masyarakat baik individu maupun badan hukum dengan cara wakaf, berakibat tanah tersebut terlembagakan untuk selama-lamanya dan tidak dapat dialihkan haknya kepada pihak lain lagi, baik melaluicara jual beli, tukar menukar, hibah dan lainnya kecuali ada alasan hukum yang membolehkannya. Universitas Sumatera Utara 46 Sehubungan dengan sifat kekekalan dan keabadian dari sifat wakaf, makaselain tanah yang diwakafkan harus berstatus Hak Milik, juga harus untuk kepentingan orang banyakmasyarakat. Ketentuan ini selain maslahat dan manfaatnya jauh lebih besar dan lebih banyak dapat dinikmati oleh masyarakat,juga sesuai dengan maksud dari fungsi sosial atas suatu hak atas tanah yang dianut oleh Hukum Agraria Nasional. Untuk itulah, maka yang diatur dalam UUPA pasal 49 ayat 3 jo. PP No 28 Tahun 1977 jo. PerMendagri No 6 Tahun1977 jo. PerMenAg No. 1 Tahun 1978, hanyalah masalah perwakafan tanah milik yang kepentingannya tidak lain untuk kepentingan umum ataukepentingan peribadatan lainnya. 55 Berdasarkan uraian- uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup pengaturan perwakafan tanah mencakup hal-hal sebagai berikut : a. Tanah yang dapat diwakafkan adalah tanah yang berstatus Hak Milik,karena ia mempunyai sifat terkuat dan terpenuh bagi pemilik tanahtersebut, sehingga pemilik tanah tidak terikat dengan tenggang waktu danpersyaratan tertentu dengan kepemilikan dan penggunaannya. b. Tanah wakaf terlembagakan untuk selamanya dalam waktu yang kekal danabadi. Tidak ada wakaf yang bertenggang waktu tertentu. c. Perwakafan tanah harus diperuntukan untuk kepentingan umum masyarakat banyak, bukan untuk kepentingan pribadi, karena akanmendatangkan manfaat dan mashlahat bagi banyak orang. 55 Ibid, hal. 30 Universitas Sumatera Utara 47 d. Wakaf, memutuskan hubungan kepemilikan antara waqif dengan mauqufbih- nya dan selanjutnya status kepemilikannya menjadi milik Allah masyarakat luas. e. Hubungan hak antara waqif dengan mauquf bih-nya hanyalah hak pahalaatas manfaat dari sesuatu yang dihasilkan. f. Waqif tidak bisa menarik kembali terhadap tanah yang telah diwakafkan. g. Pengikrarannya harus dilakukan dihadapan PPAIW, guna mendapatkan akta autentik yang akan dapat dipergunakan dalam berbagai hal, sepertiuntuk mendaftarkan tanahnya kepada Kantor Pertanahan setempat,ataupun sengketa yang bisa saja terjadi di kemudian hari. h. Hal-hal yang diatur oleh Hukum Agraria Nasional mengenai perwakafantanah ini adalah : 56 1. Tata cara pelaksanaannya, pengelolaannya, bimbingan dan pengawasannya, yang merupakan kewenangan dan tugas dari Departemen Agama. 2. Tata cara pemberian hak, mendapatkan kepastian hak atas tanah dan lain- lain, yang merupakan wewenang Badan Pertanahan Nasional. 3. Tata cara penyelesaian perselisihan, baik yang menyangkut perbuatan hukum, perubahan status maupun penggunaannya, merupakan wewenang lembaga Peradilan, yang dalam hal ini adalah Pengadilan Agama. Sebagaimana hasil penelitian melalui wawancara dengan beberapa orang wakif yang telah mewakafkan hartanya mengenai pemahaman masyarakat saat ini dalam hal perwakafan yaitu adanya kebiasaan masyarakat yang ingin mewakafkan sebagian hartanya dengan mempercayakan penuh kepada seseorang yang di anggap 56 Ibid, hal. 31-32 Universitas Sumatera Utara 48 tokoh dalam masyarakat sekitar, seperti kyai, ulama, ustadz, dan lain-lain untuk mengelolah harta wakaf sebagai nazhir. Orang yang ingin mawakafkan harta wakif tidak tahu persis kemampuan yang dimiliki oleh nazhir tersebut.Dalam kenyataan, banyak para nazhir wakaf tersebut tidak mempunyai kemampuan manajerial dalam pengelolahan tanah atau bangunan sehingga harta wakaf tidak banyak manfaat bagi masyarakat sekitar. Keyakinan yang mendarah-daging bahwa wakaf harus diserahkan kepada seorang ulama, kyai atau lainnya, sementara orang yang diserahi belum tentu mampu mengurus merupakan kendala yang cukup serius dalam rangka memberdayakan harta wakaf secara produktif di kemudian hari. Disamping karena kurangnya aspek pemahaman yang utuh terhadap wakaf dalam Islam, umat Islam khususnya di Percut Sei Tuanbelum menyadari betul akan pentingnya wakaf dalam kehidupan dan kesejahteraan masyarakat banyak, kepedulian terhadap pengembangan wakaf yang sejatinya memiliki peran yang cukup signifikan dalam kehidupan masyarakat belum dirasakan benar. Ada beberapa lembaga kenaziran dan lembaga sosial lainnya yang mencoba mengembangkan wakaf secara produktif, namun nampaknya masyarakat banyak belum tersentuh secara mendasar, bahkan banyak di antara masyarakat yang merasa pesimistik karena melihat pengalaman-pengalaman sebelumnya. Harus diakui, pola dan sistem yang digunakan oleh para pengelola wakaf selama ini memang sangat tradisional dan monoton, sehingga di alam pikiran masyarakat umum sudah terbentuk image bahwa wakaf itu hanya di peruntukkan pada wilayah-wilayah yang non ekonomi, seperti pendirian Universitas Sumatera Utara 49 masjid, musholla, kuburan dan lain-lain. Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap wakaf di pengaruhi oleh beberapa faktor : 1. Adanya pemahaman yang sempit bahwa wakaf selama ini hanya berupa benda tak bergerak, khususnya tanah milik, sementara kepemilikan tanah sudah semakin menyempit, khususnya di daerah perkotaan. 2. Masyarakat menilai bahwa pengelolahan wakaf selama ini tidak profesional dan amanah dapat dipercaya. Akibatnya, harta wakaf justru lebih banyak membebani masyarakat, bahkan yang membuat prihatin masyarakat, bahwa pemeliharaan dan pembinaan harta wakaf di ambilkan dari dana-dana sumbangan yang sering dilakukan justru bisa merusak citra Islam secara umum, seperti di bis kota, kereta api, jalan raya, pasar dan rumah ke rumah. Kondisi inilah salah satunya , yang kemudian menyebabkan masyarakat semakin malas memikirkan tentang wakaf. 3. Belum adanya jaminan hukum yang kuat bagi pihak-pihak yang terikat dengan wakaf, baik yang berkaitan dengan status harta wakaf, pola pengelolaan, pemberdayaan dan pembinaan secara transparan seperti nazhir dan wakif, sehingga banyak masyarakat yang kurang meyakini untuk berwakaf. 4. Belum adanya kemauan yang kuat dan serentak dari pihak nazhir wakaf dan membuktikannya dengan kongkrit bahwa wakaf itu sangat penting bagi pembangunan sosial, baik mental maupun fisik. Universitas Sumatera Utara 50 5. Kurangnya tingkat sosialisasi dari beberapa lembaga yang peduli terhadap pemberdayaan ekonomi khususnya lembaga wakaf karena minimnya anggaran yang ada. 6. Minimnya tingkat kajian dan pengembangan wakaf pada level wacana di Perguruan Tinggi Islam, sehingga sedikit pula referensi-referensi pengembangan wakaf yang sesuai dengan standar manajemen modern. Buku-buku yang ada paling-paling kita temukan kitab-kitab fiqih yang menjelaskan wakaf dalam tinjauan Syariah normatif bukan inovatif. Dari pemahaman masyarakat Percut Sei Tuan mengenai perwakafan baik secara hukum Islam maupun peraturan hukum agrarian, maka dapat dijelaskan bahwa wakaf sudah demikian melembaga namun permasalahan yang ditimbulkannya tidak kurang untuk menuntut perhatian, penanganan dan peraturan yang lebih serius dan komprehensif dari berbagai pihak terlebih-lebih instansi pemerintah yang terkait di bidang tugas itu. Lebih khusus lagi, wakaf tanah yang meliputi berbagai dimensi, pengaturan dan penanganan yang diterapkan seyogianya harus dapat merangsang umat Islam untuk lebih meningkatkan wakafnya baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya di dalam rangkaian upaya mengejar kehidupan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila yang diridhoi Allah SWT. Dalam kaitan ini sangat mendesak untuk dimasyarakatkan segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam perwakafan tanah.Di samping segala aturan yang telah tertuang di dalam syari’at Islam yang harus sepenuhnya dipedomani maka Universitas Sumatera Utara 51 peraturan perundang-undangan dalam sistem hukum nasionalpun harus dipenuhi.Ini merupakan konsekuensi dari Negara Republik Indonesia sebagai suatu Negara hukum dengan dasar Negara Pancasila di dalam rangkaian upaya menciptakan kepastian hukum dari perwakafan tanah dimaksud. 57 Dari ketentuan itu dapat dilihat: 1. Wakaf. Wakaf adalah Perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari harta kekayaannya yang berupa tanah milik dan melembagakannya untuk selama-lamanya dan untuk kepentingan peribadatan atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran agama Islam. 2. Ada orang yang berwakaf wakif Wakif adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya yang dapat mewakafkan tanah yang disebut Wakif, yaitu orang-orang ataupun badan hukum yang mewakafkan tanah miliknya.Namun oleh UU No. 412004 telah dikembangkan, selain orang atau badan hukum juga organisasi dapat menjadi wakif dalam UUPA, organisasi termasuk sebagai badan hukum. Dalam hal ini tidak semua orang atau badan hukum dapat sebagai wakif tetapi harus sebagai pemilik tanah atau tegasnya sebagai pemegang hak atas tanah yang akan diwakafkan. Wakif juga harus memenuhi syarat-syarat khusus seperti : 1 dewasa, 2 sehat akalnya, 3 tidak terhalang untuk melakukan perbuatan hukum, 4 atas 57 Tampil, Pendalaman Lanjutan Undang-Undang, hal. 30 Universitas Sumatera Utara 52 kehendak sendiri tanpa paksaan dari pihak lain, 5 dalam hal badan hukum atau organisasi maka yang bertindak atas namanya adalah pengurusnya yang sah menurut hukum pasal 3 ayat 1 dan 2 Peraturan Pemerintah Nomor 281977. 3. Ada sesuatu benda atau harta yang diwakafkan maukuf. Harta benda wakaf adalah harta benda yang memiliki daya tahan lama atau manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut syariah yang diwakafkan oleh wakif. Secara umum, benda yang dapat diwakafkan adalah : 1. Benda tidak bergerak berupa hak atas tanah yang sudah maupun yang belum terdaftar, bangunan atau bagian bangunan, tanaman dan benda lain, hak milik atas satuan rumah susun dan benda tak bergerak lainnya sesuai dengan ktentuan syariah dan peraturan perundang-undangan. 2. Benda bergerak yang tidak bisa habis karena dikonsumsi seperti uang, logam mulia, surat berharga, kenderaan, hak atas kekayaanintelektual, hak sewa dan benda bergerak lain sesuai ketentaun syari’ah dan peraturan perundang-undangan seperti mushaf, buku dan kitab pasal 16 UU No. 412004. Benda wakaf yang dijadikan penelitian adalah wakaf tanah di mana instansi yang berwenang atasnya adalah Badan Pertahanan Nasional.Adapun tanah yang diwakafkan adalah tanah milik yang meliputi pengertian tanah milik yang telah terdaftar dan tanah milik yang belum terdaftar. Universitas Sumatera Utara 53 4. Ada tujuan atau tempat ke mana harta itu diwakafkan maukuf ‘alaihperuntukan. Secara umum benda wakaf diperuntukkan bagi sarana dan kegiatan ibadah, sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan, bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, beasiswa, kemajuan dan peningkatan ekonomi umat dan kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan dengan syari’ah dan peraturan perundang-undangan pasal 22 UU Nomor 412004. Wakaf tanah yang dipergunakan selama-lamanya untuk kepentingan peribadatan atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran agama Islam berlaku atas tanah hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan di atas tanah Negara, hak pakai di atas tanah Negara, sementara penggunaannya untuk jangka waktu tertentu berlaku atas hak guna bangunan dan hak pakai di atas tanah hak pengelolaan atau hak milik yang tetap terkait kepada izin tertulis dari pemegang hak pengelolaan atau hak milik tersebut. Pada azasnya tanah yang sudah diwakafkan tidak dapat diubah peruntukannya, tentu bersesuaian dengan kehendak wakif. Tetapi jika dikaitkan dengan perkembangan bangunan dewasa ini bisa saja terjadi tanah sebagai wakaf seseorang yang sudah dimanfaatkan sebagaimana keinginan wakif harus digusur demi kepentingan umum yang lebih besar di bidang lainnya; atau karena tidak sesuai lagi dengan tujuan wakaf seperti yang telah diikrarkan oleh wakif semula. Universitas Sumatera Utara 54 Kemudian, jika wakif tidak menetapkan peruntukan wakafnya nadzir dapat menetapkan peruntukannya asal sesuai dengan tujuan dan fungsi wakaf berdasarkan ketentuan syariah dan peraturan perundang-undangan pasal 23 UU 412004. 5. Akibat Hukumnya Jika seseorang telah mewakafkan tanah hak milikya maka dengan sendirinya berakhirlah hak dan kewajiban si wakif terhadap tanah tersebut.Hak itu beralih kepada nadzir pengurus dan pemelihara wakaf. Menurut UU No. 412004 benda yang telah diwakafkan itu dilarang dijadikan jaminan, disita, dihibahkan, dijual, diwariskan, ditukar atau dialihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya pasal 40 dengan kata lain tanah yang telah diwakafkan itu tidak lagi mempunyai right of disposal dan harus dikeluarkan dari peredaran lalu lintas perdagangan. 6. Pengurus dan Pemelihara Nadzir. Nazhir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.Nadzir sebagai penerima, pengurus dan pemelihara tanah yang diwakafkan mencakup kewajiban mengadministrasikan, mengelola, mengembangkan, mengawasi dan melindungi harta benda wakaf. Jika perseorangan terdiri dari sekurang- kurangnya 3 tiga orang, salah seorang di antaranya sebagai ketua, ataupun badan hukum, harus didaftarkan di Kantor Urusan Agama KUA kecamatan setempat. Universitas Sumatera Utara 55 Jika terdiri dari perseorangan harus memenuhi syarat-syarat berikut: 1 warga Negara Indonesia, 2 beragama Islam, 3 sudah dewasa, 4 sehat jasmani dan rohani, 5 tidak berada di bawah pengampuan, 6 bertempat tinggal di kecamatan tempat letaknya tanah yang diwakafkan. Sedangkan nadzir yang berbentuk badan hukum syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah: 1 badan hukum Indonesia, 2 mempunyai perwakilan di kecamatan tempat letaknya tanah yang diwakafkan pasal 6 PP No. 281977. Di samping syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh nadzir, kepada nadzir diberikan hak dan kewajiban sebagai berikut. 1 mengurus dan mengawasi kekayaan wakaf serta hasilnya sesuai dengan tujuannya. 2 melaporkan secara berkala hal-hal yang disebut pada no. 1 di atas kepada kepala KUA setiap setahun sekali, melaporkan tanah milik yang diwakafkan dan perubahannya ke Kepala Kantor Kementerian Agama Kakemenag melalui kepala KUA untuk mendapat persetujuan tertulis dari menteri agama lihat kewenangannya telah dilimpahkan ke Badan Wakaf Nasional berdasarkan UU No. 412004. 3 melaporkan nadzir yang berhenti dari jabatannya dan mengusulkan penggantinya kepada Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf PPAIW untuk disahkan. 7. Prosedur Prosedur yang harus dilakukan dalam perwakafan tanah sebagai berikut: 1 Seseorang yang telah memenuhi segala persyaratan untuk dapat sebagai wakif jika hendak mewakafkan tanahnya yang juga telah memenuhi syarat Universitas Sumatera Utara 56 untuk dijadikan wakaf diharuskan : a datang di hadapan PPAIW, b menyampaikan maksud untuk mewakafkan tanah miliknya kepada PPAIW, c membawa dan menyerahkan kepada PPAIW sertifikat hak milik atau tanda bukti hak lainnya. PPAIW meneliti kebenaran surat yang diserahkan, menanyakan maksudkehendak calon wakif serta persyaratan yang harus dipenuhi calon wakif dan tanah yang akan diwakafkan guna dilaksanakan ikrar wakaf dengan mempergunakan formulir baku yang telah tersedia. Adapun contoh ikrar wakaf adalah sebagai berikut: “BISMILLAHIRROHMANIRROHIM. pada hari ini, tanggal 27 Jumadal Ula 1431 H bertepatan dengan tanggal 12 Mei 2012 M. saya nama djaenah mewakafkan sebidang tanah dengan luas + 200 m2 nomor sertifikat hak milik 1117 yang terletak di kelurahan Kenangan untuk keperluan tempat ibadah musholla kepada nadzir kelompok kelurahan Kenangan bendahara nadzir mochamad zainuri untuk dimanfaatkan dan dipergunakan sebagaimana mestinya. demikian semoga Allah SWT memberikan ridho dan berkahnya kepada kita sekalian.” 2 Pada pelaksanaan ikrar wakaf, nadzir dan dua orang saksi harus hadir dan menandatangani ikrar wakaf dan akta ikrar wakaf tersebut. 3 Kepala KUAPPAIW setelah menandatangani ikrar wakaf dan akta ikrar wakaf atas nama nadzir diharuskan untuk mengajukan permohonan ke Kantor Pertanahan untuk mendaftarkan perwakafan tanah milik tersebut sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1977 dahulu Peraturan Pemerintah Nomor 101961. 4 Kantor Pertanahan setelah menerima permohonan mencatat perwakafan tersebut pada buku tanah dan sertifikatnya bagi tanah-tanah yang telah Universitas Sumatera Utara 57 memiliki sertifikat hak milik dan bagi tanah-tanah yang belum bersertifikat hak milik diproses terlebih dahulu sampai selesai penerbitan sertifikat hak miliknya baru dilakukan pencatatan pada buku tanah dan sertifikatnya itu. 5 Setelah pencatatan pada buku tanah dan sertifikatnya, nadzhir setelah menerima wakaf tersebut harus melaporkannya kepada Kepala KUA setempat. Adapun unsur-unsur wakaf yang termuat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 adalah sebagai berikut :

1. Wakif dan Ikrarnya.