Analisis Deskriptif Fungsi Manajemen Redaksi Majalah Janna
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh Dessy Eka Driani NIM: 109051000153
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2013
(2)
(3)
(4)
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Universita Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 04 Juni 2013
(5)
Analisis Deskriptif Fungsi Manajemen Redaksi Majalah Janna
Majalah adalah terbitan berkala yang isinya meliputi berbagai macam liputan jurnalistik, pandangan tentang topik aktual yang patut diketahui oleh pembaca dan menurut waktu penerbitannya dibedakan atas majalah bulanan, tengah bulan, mingguan dan sebagai sumber informasi yang kuat. Adapun informasi itu, tentunya tidak akan dapat diterbitkan jika manajemen redaksi yang diterapkan kurang terarah. Pada dasarnya, fungsi manajemem pada media cetak yang dijalankan dengan sistematis dan terarah akan menghasilkan produk (berita) yang baik dan tentunya akan memudahkan khalayak untuk
mendapatkan berita atau sumber informasi yang mereka butuhkan di majalah..
Alasan penulis memilih judul Analisis Deskriptif Fungsi Manajemen
Redaksi Majalah Janna karena penulis ingin mengetahui bagaimana fungsi
manajemen redaksi pada majalah Janna, Menurut Stefanus Akim manajemen redaksi ialah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, kompensasi, integrasi dan pemeliharaan orang-orang dengan tujuan membantu mencapai tujuan organisasi (pers), individual, dan masyarakat.
Metedologi yang digunakan dalam penelitian ialah analisis deskriptif
kualitatif. Objek penelitiannya yaitu fungsi manajemen redaksi majalah Janna,
yang akan mendeskripsikan bagaimana penerapan fungsi manajemen keredaksian dalam prinsip perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, pengembangan, kompensasi, integrasi dan pemeliharaan majalah Janna.
Setelah meneliti mengenai penerapan manajemen redaksi pada majalah Janna, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi manajemen redaksi yang
diterapkan di majalah Janna cukup baik, namun demikian harus ada beberapa
yang perlu diperbaiki lagi sehingga akan menciptakan kinerja yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Meski demikian, struktur organisasi turut dibuat sedemikian rupa agar para staf bertanggung jawab atas pekerjaan masing-masing. Kepala majalah memberikan pengarahan kepada bawahannya agar tidak salah langkah dan elemen penting dalam sebuah organisasi media untuk
mempertahankan ekstensinya dalam persaingan media cetak (majalah) yang
kiat makin ketat. Majalah Janna dalam perkembangannya saat ini terus
memproduksi dan menerbitkan majalahnya kurang lebih 10.000 sampai dengan 15.000 eksemplar perbulannya.
(6)
KATA PENGANTAR Bismillairrohmaanirrohiim
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirobbil ‘alamiin segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, yang Maha pengasih dan Maha Penyayang. karena atas daya dan upaya serta izin- Nya penulis dapat menyelesaikan karya akhir ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad S.A.W karena beliaulah dunia yang dahulunya penuh dengan
kegelapan menjadi terang benderang dengan cahaya al-Qur‟an serta berbagai
perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penulis hanyalah manusia biasa, yang banyak kekurangannya dan sangat membutuhkan bantuan orang sekitar untuk mencapai suaatu tujuan, terlebih lagi dalam penyelesaian skripsi ini. oleh karenanya, dala kata pengantar ini penulis akan mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada beberapa pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu penulis dalam merampungkan karya akhir ini. rasa terima kasih ini diberikan kepada:
1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA sebagai Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Drs. Wahidin Saputra, M.A. selaku pudek I Bidang Akademik, Drs H. Mahmud Jalal, M.A,
(7)
3. Drs. Jumroni, M.Si, sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Umi Musyarrofah, MA sebagai Sekretaris Jurusan KPI dan Bapak Toni yang telah membantu dalam memberikan informasi akademik dan penyusunan transkip nilai penulis. Siti Napsiyah, M.SW, sebagai Dosen Penasihat Akademik KPI E angkatan 2009, yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan proposal skripsi ini.
4. Ibu Dr. Fatmawati, MA. Sebagai pembimbing yang telah meluangkan
waktunya serta memberikan arahan dan masukan untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Para dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
mengajar dan membimbing penulis selama kuliah dan telah memberikan penulis pengetahuan dan ilmu yang bermanfaat.
6. Terimakasih penulis panjatkan untuk semua staf penjaga perpustakaan
dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi terutama untuk Bapak yang biasa akrab dipanggil dengan sebutan Bapak Andi yang telah meminjamkan buku untuk penulis.
7. Semua Pihak Majalah Janna khususnya Pemimpin Redaksi majalah
Janna, Bapak Agung Vazza, terima kasih atas banyak waktunya dan informasinya yang sungguh bermanfaat untuk penulis.
(8)
memberikan pengertian, kasih sayang, bimbingan serta doa untuk penulis yang tidak pernah putus dipanjatkan kepada Allah SWT. Hanya
Allah yang bisa membalas semua kebaikan Papa dan Mama. I Love My
mommy and daddy.
9. Adik-adiku tersayang, Ilham Alkadriansyah dan Dhea Kadrianda
Fatmah. Uni cici sayang sama kalian dan semoga menjadi adik-adik yang semangat terus belajarny. Dan penulis bangga mempunyai adik-adik seperti kalian.
10.Saugy Riyandi, yang telah banyak membantu penulis dalam bentuk
support, dan juga senantiasa memberikan pengertian, kasih sayangnya dan juga banyak memberikan masukan yang berharga untuk penulis.
11.Sahabatku tersayang, tercinta: Siti Rahma, Fadlih Arief, Wahyu Ridha,
Innali, dan Resyana Wilda yang telah banyak berbagi cerita, dukungan, kasih sayang, kebahagiaan, dan juga kesedihan.
12.Teman-teman “KKN Dedication 2012”: Gagat Rahinno, Ariawan Zaki,
Sadam, Imam, Darwis, Hasbul, Adul, Samsul, Farhan, Eka, Bagus, Rizki, Valdy. Terimakasih banyak atas kekompakkan semasa kkn sebulan lamanya dan menjadi pengalaman hidup penulis yang tak terlupakan.
13.Teman-teman seperjuangan KPI E 2009 yang begitu banyak
memberikan motivasi berharga untuk penulis. Elvira, Rani, Farwah, Sita, Ella, Yunia, Isni, Hernisya, Revina dan Dava beserta
(9)
cowok-14.Buat teman-teman rumah Rhaka, Silmy, Oca, Baim, Kak aren terimakasih atas nasihat dan dorongan semangat dari kalian dan tak pernah putus untuk selalu diberikan ke penulis.
15.Seluruh mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah membantu penulis dan memberikan banyak pengalaman dan motivasi untuk penulis.
16.Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Walau tak tertulis, Insya Allah perbuatan kalian menjadi sebuah amal yang baik tertulis “di lembaran lain”. Amin
Dalam karya ilmiah ini penulis juga menyadari masih banyak kekurangan, penulis mohon maaf jika dalam penulisan ini masih terdapat kesalahan. Namun, penulis berharap saran serta kritik dalam rangka perbaikan penulis skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat. Terima kasih dan semoga Allah SWT membalas kebaikkan kalian.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 01 Juni 2013
(10)
(11)
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
D. Metodologi Penelitian ... 10
E. Tinjauan Pustaka ... 12
F. Sistematika Penulisan ... 13
BAB II KAJIAN TEORITIS A.Manajemen Redaksi ... 16
1. Manajemen ... 16
2. Redaksi ... 18
3. Manajemen Redaksi ... 19
4. Manajemen Redaksi Media Cetak ... 35
B.Aplikasi Jurnalisme Cetak ... 36
1. Jurnalisme Cetak ... 37
2. Berita ... 40
3. Jenis dan Nilai-nilai Berita ... 41
(12)
BAB III GAMBARAN UMUM MAJALAH JANNA
A. Sejarah Berdiri Majalah Janna ... 52
B. Visi dan Misi Majalah Janna ... 56
C. Susunan Redaksi Majalah Janna ... 58
1. Penghargaan Majalah Janna ... 59
2. Konten (isi) dan Rubrik Majalah Janna ... 60
3. Jumlah Penerbit Majalah Janna ... 64
4. Design dan Karakter Majalah Janna ... 65
5. Proses Penyajian Berita Majalah Janna ... 66
BAB IV ANALISIS MANAJEMEN REDAKSI MAJALAH JANNA A. Fungsi Perencanaan ... 70
B. Fungsi pengorganisasian ... 75
C. Fungsi pengarahan ... 78
D. Fungsi Pengawasan ... 81
E. Fungsi Pengembangan ... 82
F. Fungsi Kompensasi ... 84
G. Fungsi Integrasi ... 85
H. Fungsi Pemeliharaan ... 87
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 92
B. Saran ... 94
DAFTAR PUSTAKA ... 95 LAMPIRAN-LAMPIRAN
(13)
Tabel 1. Struktur Bidang Redaksi
Tabel 2. Susunan Redaksi Majalah Janna
Tabel 3. Rubrikasi Majalah Janna
(14)
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Permohonan Bimbingan Skripsi
2. Surat Permohonan Penelitian/ Wawancara Redaksi Majalah Janna
3. Surat Keterangan Wawancara Redaksi Majalah Janna
4. Dokumentasi Foto Redaksi Majalah Janna
(15)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Majalah modern muncul sebagai medium massa terutama karena perannya sebagai penghubung sistem pemasaran. Seperti halnya koran, selama bertahun-tahun majalah mampu merangkum aneka selera dan kepentingan luas. Namun tidak seperti media lainnya, sebagian besar majalah yang ada terfokus pada khalayak homogen tertentu dan kelompok-kelompok yang kepentingannya sama. Tidak seperti koran, sirkulasi majalah umumnya berskala nasional. Dengan berfokus pada selera atau bidang tertentu, majalah bisa meraih khalayak dari berbagai kelas sosial, tingkat pendapatan atau pendidikan di seluruh penjuru negara.
Pada awalnya, sumber pendapatan utama adalah hasil penjualan majalah itu sendiri. Sumber lainnya adalah dukungan keuangan dari asosiasi atau perusahaan tertentu yang berkepentingan dengan terbitnya majalah tersebut. Baru belakangan majalah mengandalkan pemasukannya dari iklan, dan ini terkait dengan perannya dalam sistem pemasaran. Besarnya sirkulasi dan cakupan nasionalnya menjadikan majalah sebagai media yang baik untuk beriklan. Kini majalah sering diterbitkan khusus untuk kelompok konsumen tertentu. Isi editorial dan iklan-iklannya sengaja disesuaikan terhadapnya.
(16)
2
Karena majalah dapat menciptakan pasar sendiri untuk suatu produk, maka hubungan antara majalah dan khalayaknya juga agak berbeda. Isi majalah lebih diarahkan untuk kepentingan khalayak tersebut, karena para penerbitnya tidak mau berisiko dengan isi yang belum tentu diterima. Karenanya, majalah sengaja menyediakan diri untuk melayani khalayak itu saja.
Saat ini, relatif sedikit majalah yang mendominasi di pasar. Namun jenisnya cukup bervariasi sehingga masing-masing mewakili berbagai kepentingan atau selera pembaca. Meskipun kompetisinya sangat tajam, namun sirkulasi majalah yang terfokus pada kelompok tertentu menjadikan majalah tetap menarik bagi para investor. Apa yang paling penting adalah gagasan. Jika seorang penerbit punya gagasan segar untuk mencetak suatu majalah baru, ia tidak akan sulit memperoleh dukungan keuangan. Selalu terbuka kemungkinan berhasil, dan ancaman untuk ditelan oleh perusahaan media raksasa relatif kecil.1
Majalah lebih dahulu melakukan jurnalisme interpretatif dibandimgkan dengan koran ataupun kantor-kantor berita lainnya. Bagi majalah, interprestasi justru menjadi sajian utama. Sejak lama, aneka majalah sengaja menyajikan tinjauan atau analisis terhadap suatu peristiwa secara mendalam, dan itulah hakikat interprestasi. Kecenderungan ini menguat sejalan dengan spesialisasi
1Rivers L. Wiliam, Et Al, Media Massa dan Masyarakat Modern, ( Jakarta: Kencana,
(17)
majalah. Majalah-majalah khusus laku karena menyajikan analisis panjang lebar.
Majalah juga berfungsi sebagai ajang diskusi berkelanjutan. Dalam membahas suatu masalah, majalah bisa melakukannya dalam waktu lama, bahkan nyaris tak terbatas selama masih ada peminatnya. Dibandingkan koran, majalah lebih kuat mengingat emosi pembacanya. Majalah juga diakui menjalankan metode interprestasi yang terpuji sehingga John Fischer, mantan
editor majalah Harper’s, menyebut majalah sebagai “medium bacaan utama
dari generasi ke generasi”.2
Namun peran penting majalah sebagai penafsir berita hendaknya tidak diabaikan. Dalam kenyataannya, majalah ikut berperan dalam reformasi politik maupun sosial. Majalah, tidak seperti koran, biasanya memiliki perspektif nasional sehingga terbebas dari sentimen kedaerahan. Bahkan majalah juga berjasa ikut memelihara kesadaran tentang kesatuan bangsa, dan menyodorkan berbagai topik diskusi kepada semua orang. Bagi jutaan pembacanya, majalah
merupakan sumber rujukan kehidupan sehari-hari yang murah.3
Sebenarnya, antara surat kabar, majalah, dan televisi dalam hal menyampaikan informasi, tidak ada bedanya. Sistem penyajiannyalah yang berbeda. Ini membuat di antara mereka harus bersaing guna memenuhi target
(18)
4
audiensnya. Persaingan inilah yang membuat mereka harus mengelola secara bisnis.4
Industrialisasi pers saat ini sudah terkait dengan perkembangan telekomunikasi. Kegiatan di pracetak misalnya, kini bisa diringkas dan dibawa ke mana-mana. Demikian juga mesin cetak, untuk itu industri pers membutuhkan investasi tidak sedikit (padat modal). Untuk menghasilkan mutu surat kabar atau majalah yang marketable dan dapat berdaya saing, perusahaan penerbit pers berskala besar, acap kali melakukan pembaruan teknologi
cetaknya dengan investasi yang besar.5
Majalah merupakan kumpulan berita, artikel, cerita, iklan dan sebagainya yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran kuarto atau folio, dijilid dalam bentuk buku. Majalah biasanya terbit teratur, seminggu sekali, dua minggu sekali atau satu bulan sekali. Percetakan pada perusahaan penerbitan pers, merupakan bagian terpenting dalam suatu proses usaha dibidang
penerbitan pers.6
Meskipun muncul perusahaan penerbit pers berskala besar, tidak selalu harus menciutkan nyali untuk penerbit pers berskala sedang dan kecil. Dalam
memilih dan menetapkan kecanggihan teknologi cetak misalnya, secara cost
(biaya) dan benefit (manfaat)ternyata bukan sekedar persoalan “tertinggal dan
4Totok Djuroto, Manajemen Penerbit Pers, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004),
h. 92.
5Totok Djuroto, Manajemen Penerbit Pers , h. 94. 6Totok Djuroto, Manajemen Penerbit Pers, h. 11.
(19)
ketinggalan” dalam bidang teknologi saja, tetapi kreativitas, inovasi, dan perluasan jaringan lobi ikut menentukan.
Dalam mengindetifikasikan kemajuan teknologi era globalisasi, intinya adalah mendekatkan jarak antara pelanggan dan penerbit. Perusahaan penerbit pers harus sadar adanya implikasi dari kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, penerbit surat kabar atau majalah pun harus secara sungguh-sungguh
memenuhi selera konsumen melalui bentuk dan cara-cara kerja yang inovatif.7
Inovatif tersebut berupa sajian dalam bentuk yang beragam. Salah
satunya majalah “Janna”, bertepatan dengan perayaan ulang tahun Republika
ke-18 tahun, yang juga dibarengi dengan pemberian penghargaan Tokoh perubahan Republika 2010. Republika memperkenalkan majalah muslim
khusus anak muda, dengan label “Janna”. Majalah ini memberikan visi dan
misi yang nantinya akan menjadi sumber referensi informasi Muslim muda
yang haus akan informasi. Majalah Janna juga memberikan motivasi untuk
membangun semangat anak-anak muda tapi tetap berjiwa islami.8
Latar belakang“Janna” mempunyai arti, Janna adalah majalah Islam.
Janna datang ke tengah masyarakat khususnya dikalangan remaja dengan aura
yang lebih modern dan dinamis. Janna mencoba membawakan Islam ke tengah
remaja dan generasi muda lainnya dari berbagai latar belakang kehidupan, karena Islam bukan hanya milik orang-orang yang berkutat dengan
7Totok Djuroto, Manajemen Penerbit Pers, h. 94-95.
(20)
6
doktrin yang saling bertentangan, Islam juga milik semua, karena sejatinya Islam bukan agama yang kaku, Islam penuh warna, dan kepingan warna Islam
dapat ditemukan dalam majalah Janna.
Majalah cetak “Janna” akan menengahkan topik-topik populer seputar anak muda yang dibahas dengan gaya kekinian, dibungkus dengan koridor
nilai-nilai Islam, demi terwujudnya kelahiran sebuah generasi baru. Janna
yang progresif baik secara batin dan pemikiran di masa yang akan datang. Janna tidak bisa berjalan sendirian. Janna memerlukan dukungan dan ide, semangat, suara, kicauan, lengkingan, teriakan, saran dan kritik untuk bisa
tumbuh menjadi sekumpulan catatan demi perubahan yang baik.9
Pengamatan menunjukkan bahwa perkembangan teknologi informasi
akan terus berlanjut.10 Seiring jaman yang semakin modern dan berbagai
macam informasi yang semakin marak untuk bersaing maka berbagai informasi juga banyak persaingan yang ketat. Bagian dari salah satu kemajuan suatu media itu terlihat dari kemahiran manajemen yang baik dan mampu memanfaatkan teknologi yang ada dengan menjalani fungsi manajemen redaksi secara independen.
Manajemen media terbagi menjadi dua, yaitu bagian redaksi dan bagian perusahaan. Bagian redaksi membawahi semua kegiatan yang berhubungan
9
Dikutip dari Profil Majalah Janna, artikel diakses pada 18 Juni 2013, 11.00 wib dari http://mediaofindonesia.blogspot.com/2013/02/janna.html?m=1.
(21)
dengan produk, yakni berita. Mulai dari perencanaan peliputan, pencarian
berita, pengolahan data, pencanangan tampilan (layout).11
Menurut Stefanus Akim mendefinisikan manajemen keredaksian adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasaan terhadap pengadaan, pengembangan, kompensasi, dan integrasi dan pemeliharan orang-
orang dengan tujuan membantu mencapainya suatu tujuan organisasi (pers),
individual dan masyarakat.12
Menurut Stephen P. Robbins (2003: 5) dan James A.F Stoner (1989: 8) mendefinisikan secara ringkas fungsi manajemen. Penjelasan tersebut menunjukkan peran masing-masing anggota organisasi atau perusahaan yang terkoordinasi melalui penjabaran fungsi-fungsi manajemen. Fungsi tersebut diaplikasikan ke dalam kegiatan organisasi yang saling berhubungan satu sama lain, sebagai proses yang sistematis, dengan menggunakan semua sumber daya organisasi atau perusahaan, seperti keuangan, peralatan, informasi, dan
orang-orang yang terlibat di dalamnya.13
Kemampuan Manajemen memanfaatkan informasi dalam menjalankan fungsi-fungsinya yang akan turut menentukan berhasil atau tidaknya
11Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 185.
12Stefanus Akim, “Manajemen Keredaksian .” artikel diaksese pada 04 April 2013, 14.00 wib dari http://stefanusakim.blogspot.com/2007/12/manajemen-keredaksian.html?m=1.
(22)
8
manajemen yang bersangkutan untuk meraih keberhasilan.14 Manajemen yang
baik akan meningkatkan daya guna dan hasil semua potensi yang dimiliki.15
Oleh karena itu, berdasarkan alasan di atas maka penelitian ini diberi
judul “Analisis Deskriptif Fungsi Manajemen Redaksi Majalah Janna”
Janna lahir untuk para generasi muda muslim. Janna diterbitkan oleh
harian republika. Secara progresif, Janna memaknai sebagai sikap kritis serta
kaitannya dengan kekinian, mangkaji tanpa batas ruang dan waktu dengan harapan bisa menjadi inspirasi untuk kehidupan yang lebih baik dan bermanfaat.
Cita-cita Janna kelak akan menjadi refrensi, rujukan “guide book” atau
diary bagi generasi muda terutama muslim, untuk berkumpul, berbagi, berpikiran terbuka terhadap perkembangan zaman, berpihak pada nilai-nilai kemanusiaan, namun tidak mengenyampingkan nilai-nilai Islam dalam
penerapannya.16
14Sondang P. Siagian, Sistem Informasi Manajemen, h. 2.
15Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005) edisi revisi, h. 3.
16
Dikutip dari Profil Majalah Janna, artikel diakses pada 18 juni 2013, 12.00 wib dari
(23)
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah penelitian, agar tidak terlalu luas dalam pengelolaan data, maka dalam hal ini penulis hanya membatasi masalah pada
fungsi manajemen redaksi majalah Janna tahun 2013.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis memberikan rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
Bagaimana fungsi manajemen redaksi majalah Janna?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui penerapan fungsi manajemen redaksi majalah Janna..
2. Manfaat Penelitian a) Manfaat Teoritis
Selain untuk mendapatkan gelar S1, penelitian ini diharapkan agar dapat memperkaya kajian ilmu komunikasi mengenai hal-hal yang berkaitan dalam penerapan manajemen redaksi dalam sebuah media cetak.
(24)
10
b) Praktis
Manfaat praktisnya dalam penelitian ini adalah:
1) penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para kontribusi pemikiran dan
langkah positif dalam pembelajaran media massa, terlebih mahasiswa Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam agar lebih mengetahui bagaimana manajemen redaksi dalam sebuah media cetak serta kebijakan seperti apa yang harus diambil dalam rangka pemilihan berita yang layak dan tidak layak muat.
2) Agar para mahasiswa dapat memahami bagaimana manajemen
keredaksian dalam sebuah media cetak beserta kebijakannya menyangkut seleksi pemuatan berita
D. Metedologi Penelitian 1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu teknik pengumpulan data, yang digunakan ialah instrumen wawancara serta pengamatan langsung ke kantor redaksi (observasi).
(25)
2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah analisis deskriptif. Penelitian ini akan mendeskripsikan atau memberikan gambaran
bagaimana fungsi manajemen redaksi majalah Janna.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertempat di Graha Pejaten no 5 e-f, Jalan Raya Pejaten, Jakarta Selatan. Sedangkan waktu penelitiannya terhitung sejak 31 Februari 2013 sampai dengan 13 May 2013.
4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian adalah redaksi majalah Janna sedangkan yang
menjadi objek penelitiannya adalah manajemen redaksi majalah Janna.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Teknik pengumpulan data
1) Wawancara, yakni teknik pengumpulan data dengan mandatangi
pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian. Penelitian melakukan wawancara dengan Bapak Agung Vazza selaku Ketua Pemimpin redaksi majalah janna.
2) Observasi, yakni teknik pengumpulan data dengan mendatangi
(26)
12
penelitian langsung ke lapangan. Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan dan mengembangkan daya pengamatan.
3) Dokumentasi, memilah data dari dokumen seperti, makalah, buku,
karya ilmiah, jurnal, hasil peneliti sebelumnya dan penelusuran dokumen yang relevan dari internet.
Seluruh data tersebut nantinya akan dipaparkan dengan didukung oleh beberapa hasil temuan studi pustaka yang kemudian dianalisis.
6. Teknik Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku pedoman penulisan Karya Ilmiah (Skipsi, Tesis dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk
yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance)
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
E. Tinjauan Pustaka
Setelah penulis melakukan tinjauan ke perpustakaan Utama dan Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Menemukan sebuah skripsi yang membahas mengenai ”Analisis Deskriptif Manajemen Redaksi republika online”. Milik Ina Salmah, Mahasiswi Konsentrasi Jurnalistik lulusan 2010, adapun perbedaan yang dapat dilihat antara milik penulis dengan milik Ina Salmah yaitu fokus penelitiannya senada namun berbeda media.
(27)
Selain menelusuri berbagai skripsi, penulis juga meninjau beberapa artikel maupun bahan bacaan berguna untuk sebagai bahan referensi. Adapun beberapa bahan tinjuan pustakanya adalah :
1. Skripsi karya Akhmadi Rakhmad Wildan, Mahasiswa Konsentrsi
Jurnalistik, UIN Jakarta angkatan 2010 dengan judul “Analisis
Deskriptif Desain Majalah Annida No.10/XVIII Juni 2009.
2. Skripsi yang pertama karya Muhammad Fuad Asrori, Mahasiswa
Fakultas Dakwah Universitas Islam Negri, Sunan Kalijaga Yogyakarta
yang lulus tahun 2008, dengan judul “Manajemen Redaksi Surat Kabar
Dwi Mingguan Lentera Di Ngawi”.
3. Skripsi karya Mirna A. Widyastikah, Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang yang lulus tahun 2008, dengan Judul “Manajemen Redaksi Pada Radio Berita (Newsroom studi Radio Citra FM 87.9, Malang).
4. Artikel Stefanus Akim yang berjudul “Manajemen Keredaksian”. F. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metedologi penelitian, tinjauan pustakan dan sistematika penulisan.
(28)
14
BAB II Kajian Teoritis
Pada bab ini akan menguraikan kajian teoritis mengenai: Manajemen redaksi dengan rincian tentang manajemen, redaksi, media cetak, dilanjutkan dengan uraian tentang
struktur manajemen media, Pemimpin Redaksi,
Sekretaris Redaksi, Redaktur Pelaksana, Redaktur, Wartawan, dan dilanjutkan dengan uraian tentang aplikasi jurnalisme cetak, berita, jenis dan nilai-nilai berita, serta penyajian berita media cetak.
BAB III Gambaran Umum Majalah Janna
Pada bab ini akan menguraikan mengenai: Sejarah
Berdiri Majalah Janna, Visi dan Misi Majalah Janna,
Susunan Redaksi Majalah Janna, Jumlah Penerbit
Majalah Janna, Content (isi) Majalah Janna, Design dan
Karakter Majalah Janna, Proses Penyajian Berita
Majalah Janna dan diakhiri oleh proses penyajian berita
majalah Janna.
BAB VI Analisis Manajemen Redaksi Majalah Janna
Pada bab ini berisikan mengenai: Analisis fungsi
manajemen keredaksian yaitu perencanaan,
(29)
pengembangan, kompensasi, integrasi, dan pemeliharaan
orang-orang (staff) majalah Janna.
BAB V Penutup
Pada bab ini berisikan mengenai: Kesimpulan dan saran-saran dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
(30)
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Manajemen Redaksi 1. Manajemen
Istilah manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur.
Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk
mewujudkan tujuan yang diinginkan.1
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), manajemen berarti:
a. Proses penggunaan sumber daya yang efektif untuk mencapai
sasaran.
b. Pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya perusahaan dan
organisasi.2
Pada pengertian lain, istilah manajemen berasal dari bahasa italia yaitu, maneggio yang berarti pelaksanaan atau pengurusan kemudian dalam bahasa Inggris menjadi management dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
dengan tata laksana, pengelola, atau pengurusan.3 Manajemen adalah
1Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005) edisi revisi, h. 1.
2Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 29.
3Soni Sumarsono, Manajemen Koperasi “Teori dan Praktik”, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), h. 72.
(31)
pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia atau berpotensi di dalam pencapaian
tujuan.4
Adapun definisi manajemen menurut para tokoh, yaitu:
1. Drs. H. Malayu S.P Hasibun memberikan definisikan manajemen adalah
ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.5
2. Menurut A. F. Stoner, manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan dari usaha organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ia melihat
manajemen dari segi proses.6
3. Menurut Peter F. Drucker, dalam bukunya Management, Task,
Responsibility, Practises (Terjemahan LPPM Jakarta), mendefinisikan manajemen sebagai pemberi arah kepada lembaga yang dikelola, dengan memikirkan misi, sasaran dan cara mengorganisasi sumber daya
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh lembaga.7
Pentingnya manajemen pada dasarnya kemampuan manusia itu terbatas (fisik, pengetahuan, waktu, dan perhatian) sedangkan kebutuhannya tidak terbatas. Usaha untuk memenuhi kebutuhan dan terbatasnya kemampuan dalam
4Maringan Masry Simbolon, Dasar-dasar Administrasi dan Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), h.32.
5Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, edisi revisi, h. 2. 6Maksum Habibi, Ekonomi III, (Jakarta: Piranti Darma Kalokatama, 2006), h.3.
(32)
18
melakukan pekerjaan mendorong manusia membagi pakerjaan, tugas dan tanggung jawab. Dengan adanya pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab ini maka terbentuknya kerja sama dan keterikatan formal dalam suatu organisasi. Dalam organisasi ini makan pekerjaan yang berat dan sulit akan
dapat diselesaikan dengan baik serta tujuan yang diinginkan tercapai.8
Dari beberapa di atas disimpulkan bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan memanfaatkan sumber daya manusia, sumber daya alam serta sumber-sumber lainnya dengan dikepalai oleh seorang manajer yang bertugas untuk mengarahkan para stafnya.
2. Redaksi
Redaksi adalah suatu bagian terpenting dalam organisasi media komunikasi massa yang tugas pokoknya mengelola isi atau acara media massa baik cetak ataupun elektronik. Secara umum redaksi mempunyai tugas dan wewenang untuk pengadaan, pengelolaan, penampilan, dan penyusunan
komposisi naskah sesuai dengan misi media tersebut.9
Bidang redaksi mempunyai tugas yaitu mengisi surat kabar atau majalah dengan berita setiap terbit. Tentunya berita yang menarik dan bermanfaat buat para pembacanya. Sasaran objektif bidang redaksi adalah menyediakan tiap
8Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, edisi revisi, h. 3.
9Maskun Iskandar, Ensiklopedia Nasional Indonesia (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka,
(33)
terbit naskah berita, naskah opini, dan layout sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan dewan redaksi.10
Dalam tugas jurnalistik atau pesuratkabaran, redaksi merupakan „dapur‟ dan menjadi jantung seluruh akivitas wartawan sehingga semua redaksi masing-masing halaman diwajibkan harus serba bisa. Di samping redaksi berdasarkan
spesialisasi bidang.11
Secara garis besar keredaksian dibagi menjadi , pemimpin redaksi, redaktur pelaksana, redaktur, wartawan dan reporter
3. Manajemen Redaksi
Menurut Stefanus Akim mendefinisikan manajemen keredaksian adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasaan terhadap pengadaan, pengembangan, kompensasi, dan integrasi dan pemeliharan
orang-orang dengan tujuan membantu mencapainya suatu tujuan organisasi (pers),
individual dan masyarakat.12
Bagian redaksional merupakan bagian yang mengurus pemberitaan. Bagian yang dipimpin oleh seorang Pemimpin Redaksi ini bertanggung jawab atas pekerjaan yang terkait dengan pencarian dan pelaporan berita. Maka itulah,
10A.M Hoeta, Soehoet, Manajemen Media Massa, (Jakarta: Yayasan Kampus Tercinta IISIP, 2003), h. 43.
11Henny S.W dan Alexander Rumondor, Manajemen Media Massa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2004), h. 4. 23.
(34)
20
jajaran ini disibukkan oleh proses rapat redaksi yang memutuskan peristiwa apa
yang diangkat, peristiwa mana yang ditangguhkan.13
Terkait delapan fungsi manajemen redaksi menurut Stefanus Akim ini diawali dengan fungsi perencanaan. Setiap fungsi manajemen selalu didahulukan dengan fungsi perencanaan. Karena apabila perencanaannya baik maka akan mendapatkan hasil yang baik pula.
Manajemen redaksi media cetak dapat didefinisikan sebagai satu kesatuan secara efektif dalam sebuah organisasi media massa (cetak) dalam
fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan,
pengembangan, kompensasi, integrasi dan pemeliharaan orang-orang (staff)
untuk mencapai tujuan atau sasaran yang hendak dicapai.14 Berikut ini akan
dipaparkan fungsi manajemen redaksi dalam sebuah media massa (cetak).
a. Fungsi Perencanaan
Perencanaan adalah semua kegiatan yang dimulai dari pembahasan ide (gagasan) awal sampai dengan pelaksanaan proses pencarian berita. Dalam perencanaan ini terjadi proses interaksi dan kreativitas manusia dengan peralatan pendukung yang tersedia. Baik buruknya proses produksi akan sangat
ditentukan oleh sebuah perencanaan yang dikonsep di atas kertas (outline)
13Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, h. 85.
14Stefanus Akim, “Manajemen Keredaksian .” artikel diaksese pada 21 April 2013 dari http://stefanusakim.blogspot.com/2007/12/manajemen-keredaksian.html?m=1.
(35)
berupa pembagian tugas pencarian berita hingga berita siap siar dalam rapat
redaksi.15
Dari definisi di atas, maka dapat disimpulan bahwa perencanaan ialah kegiatan merencanakan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan kata lain, perencanaan mencakup semua kegiatan yang dimulai dari pembahasan ide (gagasan) awal sampai dengan pelaksanaan proses pencarian berita.
Proses perencanaan dan penetapan mencakup langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menetapkan peran misi, yaitu menentukan sifat dan lingkup
tugas yang hendak dilaksanakan.
2) Menentukan wilayah sasaran, yaitu menentukan di mana
mengelola media penyiaran harus mencurahkan waktu, tenaga dan keahlian yang dimiliki.
3) Mengidentifikasikan dan menentukan indikator efektivitas dari
setiap pekerjaan yang dilakukan.
4) Memilih dan menentukan sasaran atau hasil yang ingin dicapai.
5) Mempersiapkan rencana tindakan yang terdiri dari
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menetukan urutan tindakan yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan
b. Penjadwalan (scheduling) menentukan waktu yang
diperlukan untuk mencapai tujuan atau sasaran
c. Anggaran (budgeting) menentukan sumber-sumber yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
d. Pertanggung-jawaban menetapkan siapa yang akan
mengawasi pemenuhan tujuan yaitu pihak yang menyatakan tujuan sudah tercapai atau belum.
e. Menguji dan merevisi rencana sementara (tentative plan)
6) Membangun pengawasan, yaitu memastikan tujuan yang akan
terpenuhi.
7) Komunikasi-menentukan komunikasi organisasi yang diperlukan
untuk mencapai pemahaman serta komitmen pada enam langkah sebelumnya.
(36)
22
8) Pelaksanaan-persetujuan mengenai komitmen untuk
menjalankan upaya yang telah ditentukan, pendekatan apa yang
paling baik, dan siapa saja yang terlibat.16
b. Fungsi Pengorganisasian
Fungsi kedua ialah fungsi pengorganisasian. Pengorganisasian (organiziur organizing) merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimiliki dan lingkungan
yang melingkupinya.17
Dua aspek utama proses penyusunan struktur organisasi adalah
departementalisasi dan pembagian kerja. Derpatementalisasi ialah
pengelompokkan kegiatan-kegiatan kerja suatu organisasi agar seluruh kegiatan
yang sejenis dapat saling berhubungan dan dikerjakan bersama.18
Dari definisi diatas, dapat disimpulan bahwa fungsi pengorganisasian ialah proses kegiatan penyusunan struktur organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, dan sumber-sumber. Hasil dari fungsi pengorganisasian ialah struktur organisasi. Melalui struktur organisasi tersebutlah para tim redaksi bekerja sesuai dengan posisinya.
16
George L. Morrisey, management by Objectivies and Result For Business an Industry (Addison Wesley Publishing: 1982), Second Edition, h. 374
17
Morissan, Menajemen Media Penyiaran (Jakarta: Prenada Media, 2008), h. 142.
18
(37)
Pada umumnya, media penyiaran komersil memiliki departemeen
sebagai berikut:19
1) Departemen Pemasaran. Departemen ini fokus dalam menangani
kegiatan yang terkait dengan pemasaran dan mempromosikan program maupun segala kegiatan kepada beberapa pihak atau partner kerja.
2) Departemen Program. Departemen ini bertanggung jawab untuk
merencanakan, memilih, menjadwalkan dan membuat program.
3) Departemen berita. Departement ini dipimpin oleh seorang
pemimpin Redaksi. Departemen berita bertanggung jawab terhadap produksi program berita, olahraga, documenter dan program-program yang terkait dengan kepentingan khalayak.
4) Departemen Teknik. Departemen ini bertanggung jawab penuh
terhadap segala hal yang terkait dengan peralatan siaran agar program dan berita dapat disiarkan. Jika dalam media tv para
staf teknik mengoperasikan peralatan di control room, maka
dalam media massa (cetak) staf teknik biasanya disebut IT (informasi Technology) dan fokus mengurusi tampilan (layout) di majalah tersebut.
19
(38)
24
5) Departemen Bisnis. Departemen bisnis melaksanakan berbagai
pekerjaan yang berhubungan dengan bisnis. Bekerja sama dengan beberapa pihak terkait masalah periklanan.
c. Fungsi Pengarahan
Setelah fungsi pengorganisasian dapat berjalan secara sistematis dan terarah, maka fungsi selanjutnya yang perlu dijalankan ialah fungsi pengarahan. Fungsi pengarahan adalah fungsi yang dijalankan pada media massa berupa pengarahan seorang pemimpin agar para stafnya bersedia melaksanakan tugas dan memotivasikan bawahan, serta menciptakan iklim atau suasana pekerjaan yang kondusif sehingga timbul saling pengertian, kepercayaan yang baik,
menumbuhkembangkan disiplin kerja dan rasa saling memiliki.20
Dari definisi tersebut, ringkasnya pengarahan adalah komunikasi persuasif untuk memotivasikan bawahan agar tersedia bekerja semaksimal mungkin untuk menghasilkan produktivitas dari para bawahan.
Fungsi pengarahan sangat penting dalam sebuah organisasi media untuk menciptakan hubungan yang baik antara seorang manajer dengan bawahannya untuk melaksanakan tugas yang sejalan dengan visi dan misi media itu sendiri.
20
Rosady Ruslan, Manajemen Public Relation & Media Komunikasi (bandung: Rosdakarya, 2005), h. 2.
(39)
d. Fungsi Pengawasan
Setelah fungsi pengarahan berjalan dengan baik, maka fungsi
selanjutnya ialah fungsi pengawasan (controlling). Fungsi pengawasan dalam
media massa meliputi persiapan suatu standar kuantitas dan kualitas hasil kerja, baik berbentuk produk maupun jasa yang diberikan perusahaan atau organisasi dalam upaya pencapaian tujuan, produktivitas dan terciptanya cipta yang positif.21
Robert J. Mockler (19720) memberi definisi yang hampir senada seputar pengawasan. Menurut Mockler , pengawasan ialah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik. Membandingkan kagiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.
Dari definisi di atas dapaat disimpulkan bahwa fungsi pengawasan ialaah fungsi yang dijalankan pada setiap departemen di sebuah media untuk mengawasi jalannya setiap kegiatan. Semua itu diawasi guna menghasilkan yang terbaik untuk media tersebut.
(40)
26
e. Fungsi Pengembangan
Fungsi kelima ialah fungsi pengembangan. Fungsi pengembangan ialah
kegiatan yang terus menerus dilakukan (continued actuating) untuk
mengembangkan dua elemen besar media massa yaitu content (isi berita) dan
staf redaksi itu sendiri. Fungsi pengembangan ini biasanya dilakukan oleh divisi Litbang (penelitian dan pengembangan).
Secara ringkas bahwa fungsi pengembangan ialah fungsi yang idealnya harus dijalankan oleh organisasi media agar bagaimana media itu dapat berkembang baik dalam lingkup intern maupun ekstern. Setelah berkembang dengan baik, maka perlu kiranya dipikirkan kembali bagaimana media itu dapat bersaing secara sehat.
f. Fungsi Kompensasi
Fungsi berikutnya setelah fungsi pengembangan ialah fungsi kompensasi. Kompensasi adalah seluruh imbalan yang diterima karyawan atas hasil kerja karyawan tersebut. Perusahaan dalam memberikan kompensasi kepada para pekerja lebih dahulu melakukan perhitungan kinerja dengan membuat sistem penilaian. Sistem tersebut umumnya berisi kriteria penilaian setiap pegawai.
Kompensasi yang baik akan memberikan beberapa efek positif pada sebuah perusahaan sebagai berikut:
(41)
1) Mendapatkan karyawan berkualitas yang baik
2) Memacu pekerjaan untuk bekerja lebih giat dan meraih prestasi
gemilang
3) Memikat pelamar kerja berkualitas dari lowongan kerja yang ada
4) Mudah dalam pelaksanaan dalam administrasi maupun aspek
hukumnya,
5) Memiliki keunggulan lebih dari pesaing atau kompetitor.
Menurut Budiman Rianto, jenis kompensasi yang diberikan pada
karyawan terbagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:22
1) Imbalan ektrinsik. Imbalan ektrinsik ialah imbalan yang diberikan
kepada seorang karyawan yang berbentuk materi (uang) seperti: gaji, upah, honor, bonus, komisi dan lainnya.
2) Imbalan intrinsik. Imbalan intrinsik ialah imbalan yang bentuknya
sebagai benefit atau tunjangan pelengkap. Imbalan intrinsik contohnya seperti: uang cuti, uang makan, uang transportasi, asuransi, jaminan sosial tenaga kerja, uang pensiun, rekreasi, beasiswa untuk melajutkan kuliah dan lain sebagainya.
Dari definisi di atas memberikan gambaran bahwa fungsi kompensasi ialah fungsi yang dijalankan oleh atasan untuk dapat memberikan kompensasi,
22
(42)
28
baik berupa materi maupun nonmateri kepada bawahannya sesuai dengan apa yang telah ia usahakan untuk perusahaan tersebut.
Biasanya, sebuah perusahaan memiliki indikator penilaian untuk memacu kinerja karyawan agar lebih baik. Hal ini penting karena jika ada sebuah indikator, khawatir karyawannya akan melaksanakan tugas mereka dengan tidak maksimal. Dalam hal ini, masalah profesional seorang karyawan memang tidak dapat dibohongi.
g. Fungsi Integrasi
Setelah fungsi kompensasi, selanjutnya ialah fungsi integrasi. Fungsi integrasi. Fungsi integrasi idealnya dimiliki oleh sebuah organisasi media massa. Integrasi sendiri memiliki dua pengertian, yaitu pengendalian terhadap konflik dalam suatu sistem sosial tertentu dan membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu.
Fungsi integrasi dalam organisasi media dalam lingkup yang kecil difokuskan kepada hubungan antara satu staf dengan staf yang lain. Sedangkan untuk lingkup yang lebih besar ialah hubungan antara manajer dengan bawahan maupun pimpinan media dengan pimpinan media lain untuk dapat berintegrasi, menjalin kerjasama dan bersinergi dengan baik. Fungsi integrasi juga patut dijalankan dalam organisasi media agar media itu dapat dikenal khalayak luas.
(43)
h. Fungsi Pemeliharaan
Fungsi yang terakhir ialah fungsi pemeliharan. Pemeliharaan
orang-orang (staffing), meliputi menentukan persyaratan personil yang akan
dipekerjakan, merekrut calon karyawan, menentukan job description dan persyaratan teknis suatu pekerjaan, melakukan penilaian dan pelatihan termasuk pengembangan kualitas dan kuantitas karyawan sebagai acuan untuk
penyusunan setiap fungsi dalam manajemen.23
Tupoksi (pembagian) tugas tentunya disesuaikan dengan kemapuan masing-masing karyawan. Semua kegiatan baik pada bagian redaksi maupun
perusahaan dipimpin oleh seorang pemimpi umum.24 Jadi, dapat disimpulakn
bahwa fungsi pemeliharaan ialah fungsi yang dijalankan oleh seorang manajer agar para staf dapat bekerja dengan maksimal, dengan pembagian tugas yang adil.
Dalam manajemen redaksi media cetak, yang perlu diperhatikan ialah
penampilan (cover), pada setiap penerbitan.25 Konsep pracetak dalam satu
perusahaan penerbitan pers ini mucul akibat bertambah pesatnya kemajuan
teknologi komunikasi, terutama di bidang pracetak (printing). Sedikitnya ada
tiga pekerjaan redaksional yang bisa diahlikan ke bidang usaha. Ketiga usaha
pekerja itu adalah setting (pengetikan naskah,) correctting (pengoreksi naskah),
23
Rosady Ruslan, Manajemen Public Relation & Media Komunikasi, h. 2.
24Arief Permadi, “Manajemen Redaksi,”
Artikel diakses pada tanggal 21 April 2013, 15.45 wib dari permadi.blogspot.com/2008/10/manajemen-redaksi 15.html.
25
(44)
30
dan layout (tata letak).26 Berikut ini akan digambarkan mengenai struktur pada bidang redaksi dalam sebuah media massa pada umumnya.
Tabel.1
STRUKTUR BIDANG REDAKSI27
Penjelasan mengenai struktur bidang redaksi sebagai berikut: 1) Pemimpin redaksi
Orang pertama yang bertanggung jawab terhadap semua isi penerbitan pers. Tugas utama pemimpin redaksi adalah mengendalikan kegiatan keredaksian di perusahaan yang meliputi penyajian berita, penentuan liputan,
26
Totok Djuroto, M.Si, Manajemen Penerbit Pers, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 27.
27Totok Djuroto, M.Si, Manajemen Penerbit Pers, h. 25.
2. Sekretaris Redaksi
3. Redaktur Pelaksana
Redaktur Redaktur
Redaktur
4.Redaktur Redaktur
5. Wartawan
(45)
pencarian fokus pemberitaan, penentuan topik, pemilihan berita utama (head line), berita pembuka halaman (opening news), menugaskan atau membuat sendiri tajuk dan sebagainya. Baik atau buruknya isi pemberitaan pada penerbitannya, tergantung dari ketajaman pemimpin redaksi dalam mencari dan memilih materi pemberitaannya.
Pemimpin redaksi dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh beberapa tenaga lain yang biasanya disebut dengan redaktur pelaksana, (managing editor), redaktur halaman (editor), dan asisten redaktur (subeditor).
Dalam suatu perusahaan penerbitan pers yang baru berdiri, pemimpin redaksi biasanya dipegang sendiri oleh pemilik perusahaan yang mengajukan surat izin penerbitan pers. Ini erat kaitannya dengan penentuan misi dan visi
penerbitannya.28
2) Sekretaris Redaksi
Pembantu pemimpin redaksi dalam hal administrasi keredaksionalan. Misal menerima surat-surat luar yang menyangkut keredaksionalnya, mengirim honor tulisan kepada penulis dari luar, membuatkan surat-surat yang diperlukan oleh pemimpin redaksi. Jika ada surat dari luar baik yang berkaitan dengan peliputan maupun sumbangan tulisan, surat tersebut diteruskan kepada masing-masing bagian. Jika surat itu isinya undangan liputan, tugas sekretaris redaksi
(46)
32
isi undangan tersebut. Sekretaris redaksi tidak dibenarkan langsung
memberikan undangan tersebut kepada wartawan.29
3) Redaktur Pelaksana
Redaktur pelaksana (managing editor) adalah jabatan yang dibentuk
untuk membantu pemimpin redaksi dalam melaksanakan tugas-tugas keredaksionalannya. Jumlah personil redaktur pelaksana antara satu penerbitan lainnya tidak sama. Ada yang cukup satu, dua orang bahkan tanpa redaktur pelaksana. Ini sesuaikan dengan banyaknya isi penerbitannya. Biasanya tergantung dari jumlah halaman yang diterbitkannya.
Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari redaktur pelaksana mengatur pelaksanaan tugas sesuai dengan yang digariskan oleh pemimpin redaksi. Dalam keadaan tertentu, redaktur pelaksana bisa membebankan tugas kepada para redaktur halaman (editor) sesuai dengan bidangnya masing-masing. Tanggung jawab redaktur pelaksana adalah langsung kepada pemimpin redaksi.
Biasanya setiap hari sebelum memulai pekerjaan, antara pemimpin redaksi dan redaktur pelaksanaan bertemu lebih dulu untuk merumuskan topik atau masalah apa yang akan diangkat dalam penerbitan hari itu. Jika sudah ditemukan maka diadakan rapat koordinasi keredaksionalannya antara redaktur pelaksana dengan para redaktur. Pada kesempatan ini pemimpin redaksi bisa
(47)
ikut, bisa juga tidak. Kepercayaan sepenuhnya diberikan kepada redaktur
pelaksana. Masing-masing proses yang sedemikian itu harus dilalui.30
4) Redaktur
Redaktur (editor) adalah petugas yang bertanggung jawab terhadap isi halaman media cetak. Itu sebabnya, ada sebutan redaktur halaman atau redaktur bidang. Keduanya sama saja karena yang membedakan hanya sebutannya saja. Misalnya, tiap lembar media cetak ada yang namanya halaman kota, halaman daerah, halaman internasional, halaman seni dan sebagainya. Tetapi ada juga yang menyebutnya dengan bidang kota, daerah, internasional, seni dan sebagainya. Penanggung jawab halaman atau bidang itulah yang disebut redaktur atau editor.
Banyaknya redaktur pada tiap penerbitan pers tergantung dengan banyaknya halaman atau bidang yang disajikan oleh penerbitan pers itu. Penerbitan pers (surat kabar atau majalah) kecil yang terbit dengan beberapa halaman, jumlah redakturnya juga sedikit. Tetapi penerbitan pers yang memiliki halaman banyak, otomatis memerlukan redaktur yang banyak pula.
Tugas redaktur adalah menerima berita, baik dari kantor berita, wartawan, koresponden atau bahkan press release dari lembaga, organisasi, instansi pemerintah atau perusahaan swasta. Bahan berita itu kemudian diseleksi untuk dipilih mana yang layak untuk dimuat dengan segera (hari itu
(48)
34
juga) dan mana yang bisa ditunda pemuatannya. Tiap penerbitan pers, baik itu surat kabar atau majalah mempunyai banyak redaktur yang menjaga halaman atau rubrik-rubrik yang diandalkan untuk di sajikan pada pembacanya. Masing-masing penerbitan pers surat kabar atau majalah mempunyai gaya tersendiri
dalam menyajikan beritanya.31
5) Wartawan
Wartawan atau reporter adalah seseorang yang bertugas mencari, mengumpulkan dan mengolah informasi menjadi berita, untuk disiarkan melalui media massa. Jika wartawan itu menyiarkan beritanya melalui penerbitan surat kabar atau majalah, ia disebut sebagai wartawan media cetak. Tetapi juga wartawan yang menyiarkan beritanya itu melalui radio atau televisi. Ia disebut wartawan radio atau wartawan media.
Dari status pekerjaannya, wartawan dibedakan menjadi tiga. Wartawan
tetap, wartawan pembantu, dan wartawan lepas (freelance). Wartawan tetap
artinya wartawan yang bertugas di satu media massa (cetak atau elektronik) dan diangkat menjadi karyawan tetap di perusahaan itu. Istilah karyawan tetap adalah mereka mendapat gaji tetap, tunjangan, bonus, fasilitas, kesehatan dan sebagainya serta diperlakukan sebagaimana karyawan lainnya dengan hak dan kewajiban yang sama. Dalam melaksanakan tugas wartawan tetap selalu dilengkapi dengan surat tugas (kartu pers).
31
(49)
Wartawan pembantu adalah wartawan yang bekerja di satu perusahaan pers (cetak atau elektronik), tetapi tidak diangkat sebagai karyawan tetap. Mereka diberi honorarium yang disepakati, diberi surat tugas (kartu pers), serta diberi tugas sesuai kemampuannya, dan dapat mewakili penerbitannya bila meliput satu peristiwa. Tetapi mereka tidak mendapatkan jaminan lain sebagaimana karyawan tetap. Biasanya wartawan pembantu ini merupakan jenjang kedua sebelum mereka diangkat menjadi karyawan tetap.
Sedangkan wartawan lepas adalah wartawan yang tidak terikat pada satu perusahaan media massa baik cetak maupunn elektronik. Mereka bebas mengirimkan beritanya ke berbagai media massa. Jika berita atau tulisannya itu dimuat, mereka mendapatkan honorarium, tetapi jika tidak dimuat, tidak mendapatkan apa-apa. Perusahaan media pada umumnya mau menerima atau memuat berita atau tulisan wartawan lepas, jika berita mereka memang betul-betul bagus dan tidak memiliki oleh wartawan tetapnya. Untuk itu wartawan
lepas harus memiliki kemampuan lebih dari para wartawan tetap.32
4. Manajemen Redaksi Media Cetak
Dari berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen redaksi media massa pada umumnya sama. Dari sisi internal, sebuah media cetak memang harus memiliki manajemen yang mampu mengatur hubungan antara berbagai pihak seperti para pendiri, karyawan, wartawan, khalayak pelanggan dan pembaca, mitra kerja, agen, loper, pemasang iklan dan biro
(50)
36
iklan. Selain itu, interaksi internalnya melalui surat pembaca, para kontributor, pemerhati dan pemberi masukan serta kritik. Semua itu dihidupkan oleh kelembagaan media mentapkan peranan, tujuan, dan visi, sikap, serta orientasi nilai bagi masyarakat.
Dalam bahasa teknis jurnalistiknya, misalnya menetapkan dengan baik kebijakan editorial dan kebijakan perusahaannya. Dari sanalah, dihasilkan berita, komentar, dan opini. Para wartawannya bekerja berdasarkan kompetensi profesional yang berlandaskan kode etik profesi dan kebijakan redaksi.
Masyarakat, karena itu, mempercayainya, membelinya dan
mengembangkannya.33 Secara efektif, manajemen redaksi media cetak dapat
definisikan sebagai proses antar orang yang merupakan satu kesatuan di dalam organisasi media massa (cetak) dalam fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, pengembangan, kompensasi, integrasi, dan pemeliharaan orang-orang (staff) untuk mencapai tujuan atau sasaran yang hendak dicapai.
B. Aplikasi Jurnalisme Cetak 1. Media Cetak
Media cetak merupakan media yang tertua dalam sejarah peradaban manusia. Media cetak yang sering disebut juga dengan pers, yang memenuhi
kriteria sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah.34 Media cetak
33
Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, h. 85.
34
(51)
adalah media informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Semakin bertambahnya kemajuan teknologi informasi, maka semakin canggih pula
media yang dapat menunjang informasi.35
2. Jurnalisme cetak
Kegiatan jurnalistik yang terorganisasikan, kemudian melahirkan apa yang dikenal dengan pers, yaitu usaha-usaha penerbitan karya jurnalistik yang berupa informasi dan berita. Usaha-usaha penerbitan atau pers itu memiliki kebijakan dalam hubungan dengan Struktur masyarakat dan negara. Kebijakan itu kemudian menjadi orientasi dari karya jurnalistik yang berada dalam lingkupnya. Sebutan pers berasal dari cara kerja mesin cetak menekan huruf-huruf di atas kertas. Selanjutnya semua usaha penerbitan yang berhubungan
dengan mesin cetak disebut pers.36
a. Secara Keseluruhan Isi Penerbitan Pers
a) Pemberitaan (news getter) adalah laporan mengenai kejadian atau
peristiwa yang hangat. Jadi, berita dapat dikaitkan dengan kejadian atau peristiwa yang terjadi.
b) Berita langsung (straight news) adalah berita yang ditulis secara
langsung, artinya informasi yang dituangkan dalam berita itu diperoleh langsung dari sumber beritanya.
35
http://www.anneahira.com/pengertian-media-cetak.htm. Diakses pada tanggal 21 April 2013, 12.20 wib.
(52)
38
c) Penggalian berita (investigative news) adalah untuk dapat membuat
berita harus ada kejadian atau peristiwa. Kejadian atau peristiwa ini bisa disebut sebagai sumber berita.
d) Pengungkapan berita (explanatory news) adalah pengungkapan
berita atau bisa juga disebut sebagai berita yang menjelaskan artinya, dalam hal penulisan berita data yang disajikan lebih banyak diuraikan dari pada diungkap secara langsung.
e) Penjelasan berita (interpretative news) adalah bentuk berita yang
penyajiannya merupakan gabungan antara fakta dan interprestasi. Artinya, dalam penulisan berita seperti ini, penulis boleh memasukkan uraian, komentar, dan sebagainya yang ada kaitannya dengan data yang diperoleh dari peristiwa atau kejadian yang dilihat.
f) Pengembangan berita (depth news) adalah merupakan kelanjutan
atau hampir sama dengan investigatif news. Bedanya juga investigative news, bermula dari adanya isu atau data mentah yang kemudian dilakukan penelitian atau penggalian.
g) Karangan khas (feature) adalah bagian dari penyajian berita cara
menulisnya dapat mengabaikan pegangan utama dalam penulisan berita yaitu 5W dan 1H.
(53)
b. Pandangan dan Pendapat (opinion)
a) Pendapat umum (public opinion) adalah pendapat, pandangan, atau
pemikiran lain dari masyarakat luas, untuk menanggapi atau membahas suatu permasalahan yang dimuat dalam penerbitan pers.
b) Komentar adalah pendapat, pandangan atau pemikiran lain dari
masyarakat lain dari masyarakat luas, untuk menanggapi atau membahas suatu permasalahan yang dimuat dalam penerbitan pers.
c) Artikel adalah opini masyarakat yang dituangkan dalam tuliasan
tentang berbagai soal, mulai dari poltik, ekonomi, sosial, budaya, teknologi bahkan olahraga.
d) Surat pembaca (letter to the editor) adalah opini publik yang cukup
menarik dalam penerbitan pers. c. Opini Penerbit (desk opinion)
a) Opini penerbit (desk opinion) adalah pandangan, pendapat atau
opini dari redaksi terhadap suatu masalah yang terjadi di tengah masyarakat, dan dijadikan sajian dalam penerbitannya,
b) Tajuk rencana merupakan sikap, pandangan, atau pendapat
penerbit terhadap masalah-masalah yang sedang dibicarakan oleh masyarakat.
c) Pojok adalah opini penerbit yang penyajiannya dilakukan secara
humor.
(54)
40
d. Periklanan (advertisment)
a) Periklanan adalah kegiatan memasuk pengasilan bagi perusahaan
penerbitan pers dengan jalan menjual kolom-kolom yang ada pada
surat kabar atau majalah dalam bentuk advertensi (advertising).
b) Iklan display adalah display memakai ukuran milimeter atau kolom,
ukuran ini pula yang menentukan harganya.
c) Iklan baris adalah iklan yang hanya terdiri dari baris huruf-huruf.
d) Iklan pariwara adalah iklan berbentuk berita atau artikel.37
3. Berita
Menurut Hikmat Kasumaningrat berita ialah informasi aktual mangenai
fakta-fakta dan opini yang menarik perhatian orang.38 Sedangkan menurut
Sudirman Tebba memberikan definisi berbeda seputar berita. Menurutnya,
berita ialah jalan cerita mengenai suatu peristiwa.39
Asep Syamsul Romli juga disebutkan bahwa berita ialah laporan peristiwa yang memenuhi keempat unsur yaitu cepat, nyata, penting dan
menarik.40
Dari beragam definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa berita ialah informasi aktual mengenai fakta dan opini dengan memperhitungkan beberapa
37
Totok Djuroto, M.Si, Manajemen Penerbit Pers, h. 46-86.
38
Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik: Teori dan Praktik
(Bandung: Rosdakarya, 2006), h. 39.
39
Sudirman Tebba, jurnalistik baru, h. 55.
40
Asep Syamsul M.Romli, Jurnalistik Praktis (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 6.
(55)
unsur yaitu, kedekatan (proximity) geografis antara khalayak dengan peristiwa,
keterkenalan (prominence), kriminal (criminal), seks (sex) dan dampak
(consequense).
4. Jenis dan Nilai-nilai Berita a. Jenis Berita
Berita terbagi menjadi beberapa macam, tergantung dari sudut pandang seseorang melihatnya, yaitu:
1) Sifat kejadian,
2) Cakupan isi berita, dan
3) Bentuk penyajian berita.41
Dilihat dari segi sifat kejadiannya, ada berita terduga (perayaan hari besar nasional) dan berita tak terduga (kebakaran, tanah longsor, banjir).
Dilihat dari segi cakupan isi berita, berita terbagi menjadi berita politik, ekonomi, kebudayaan, hukum, dan lain sebagainya.
Sedangkan jika dilihat dari segi bentuk penyajiannya, berita
digolongkan menjadi dua, yaitu hard news dan soft news.
(56)
42
5. Nilai Berita
1) Nilai Berita Menurut Pandangan Lama
Dalam Schediasma Curiosum de Lectione Novellarum, Cristia Weise
mengemukakan pada tahun 1676 bahwa dalam memilih berita harus dipisahkan
antara yang benar dan yang palsu.42
Menurut Tobias Peucer (1690), nilai berita menurut pandangan lama ialah:
a) Tanda-tanda yang tidak lazim (ketidaklaziman),
b) Berbagai jenis perubahan sosial dan pemerintahan,
c) Masalah-masalah gereja dan keterpelajaran.
Kasper Steiler (1965) berpendapat bahwa penulis berita di surat kabar haruslah yang dapat menceritakan hal-hal penting dan menjauh diri dari hal-hal
sepele”. Steiler juga mengungkapkan bahwa nilai-nilai berita ialah kebaruan,
kedekatan, geografis, implikasi, dan keterkenalan, maupun negativisme.
2) Nilai Berita Menurut Pandangan Modern
Berita menurut pandangan modern dihubungkan kepada wartawan Amerika Serikat, Walter Lippman pada awal abad lalu. Menurutnya, berita dinilai sebagai berita jika ada unsur kejelasan tentang peristiwanya, unsur
42Michael Kunczik, Concepts of Journalisme, North an South, Friedrich Ebert Stichtung, Bonn, 1984.
(57)
kejutan (surprise), unsur kedekatan (proximity) secara geografis, serta ada
dampak (impact) dan konflik personalnya.
Sedangkan menurut Hikmat dan Purnama Kusumaningrat nilai berita menurut pandangan modern ialah sebagai berikut:
a. Aktualitas (Timeliness): Bagi sebuah surat kabar, semakin aktual
beritanya, semakin tinggi pula nilai beritanya. Sebuah berita ini
sering dinyatakan sebagai laporan dari apa yang baru saja terjadi.43
b. Kedekatan (proximity): peristiwa yang mengandung unsur
kedekatan geografis dengan pembaca, tentu akan sangat menarik perhatian pembaca tersebut.
c. Keterkenalan (prominence): jika yang diberitakan itu cukup dikenal
khalayak massa, berita itu pun semakin menarik.
d. Dampak (Consequence): konsep dampak dalam nilai berita juga
berperan penting.
e. Human Interest
1. Ketegangan (Suspense): semakin tinggi tingkat ketegangan
berita, maka berita tersebut semakin menarik untuk dibaca.
2. Ketidaklaziman (Unusualness): kejadian yang tidak lazim atau
sesuatu yang aneh akan memiliki daya tarik untuk dibaca.
3. Minat pribadi (personal Interest): berita itu ada terkadang
karena adanya hasrat atau minat pribadi dari khalayak.
(58)
44
4. Konflik (conflict): peristiwa atau kejadian yang mengandung
pertentengan terkadangan turut membuat pembaca tergugah.
5. Simpati (Sympathy): pemberitaan mengenai seorang anak bocah
berusia enam tahun di tengah hutan yang telah merawat ibunya yang cacat bertahun-tahun tentu akan mengundang simpati khalayak.
6. Kemajuan (progress): “kereta api monorel akan dibangun di
Jakarta untuk mengurangi kemacetan”. Pemberitaan mengenai kemajuan tanah air akan menarik pembaca turut mengetahui.
7. Seks (Sex): contohnya, pemberitaan mengenai pemerkosaan
yang dilakukan kakek terhadap anak di bawah umur hingga hamil.
8. Usia (Age): contohnya, Anak balita berusia lima tahun dapat
memainkan alat musik, atau anak terkecil di dunia berumur 35 tahun.
9. Binatang (Animals): pemberitaan aneh seputar binatang.
10.Humor (Humor): pemberitaan yang mengundang tawa bagi
pembaca.
11.Magnitude: megnitude hampir senada dengan ketidaklaziman, namun magnitude melahirkan dampak yang cukup besar. Misalnya peristiwa tsunami di Aceh yang menyebabkan kematian hingga ratusan orang.
(59)
6. Penyajian Berita Media Cetak
Teoritikus Henry Fayol dan beberapa penerusnya ( Urwik dan Brech) memberikan pernyataan bahwa bagaimana seorang manajer seharusnya mengaplikasikan tanggung jawabnya sehari-hari dalam sebuah orgaisasi. Tanggung jawab tersebut ialah:
a. Perencanaan
b. Pengorganisasian
c. Motivasi
d. Koordinasi
e. pengendalian44
Proses kerja redaksional menentukan apakah suatu peristiwa memiliki nilai berita sesungguhnya atau tidak, seorang redaktur menentukan apa yan harus diliputi, sementara seorang reporter menentukan bagaimana cara meliputinya dengan tahap pencarian dan penggarapan berita, setelah seluruh materi terkumpul, maka tahap selanjutnya ialah melakukan penulisan dan penyunting (editing).
Sebelum seorang reporter turun ke lapangan, ia harus lebih dahulu mendengarkan dari redaktur tentang hasil rapat redaksi di pagi hari. Rapat pagi
44
(60)
46
biasanya dipimpin oleh pemimpin redaksi atau redaksi atau redaktur pelaksana
untuk menentukan berita-berita apa saja yang harus diliput.45
7. Majalah
1. Pengertian Majalah
Di bawah ini merupakan pengertian majalah yang diambil dari kamus
BesarBahasa Indonesia:
“Majalah adalah terbitan berkala yang isinya meliputi berbagai macam liputan jurnalistik, pandangan tentang topik aktual yang patut diketahui oleh pembaca dan menurut waktu penerbitannya dibedakan atas majalah bulanan, tengah bulan, mingguan dan sebagainya. Dan menurut pengkhususan isinya dibedakan atas majalah berita, majalah khusus wanita, remaja, olahraga, sastra, ilmu pengetahuan tertentu.”46
Djony Herfan menjelaskan bahwa majalah merupakan bagian dari media massa atau media pers yang terbit secara berkala, bisa mingguan atau bulanan. Selain itu, isi majalah memuat berbagai macam artikel, cerita,
gambar-gambar dan juga iklan.47
Definisi lainnya, majalah merupakan media massa yang terbit secara berkala dan memiliki format ukuran setengah dari ukuran tabloid atau seperempat ukuran broadsheet (newspaper). Menurut mario R. Garcia (Newspaper Design, 1986), selain umumnya berukuran seerempat halaman broadsheet, pengertian majalah ini adalah halaman demi halamannya diikat
45
Asep Syamsul Romli, Jurnlistik praktis, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001) h.3.
46
Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 545.
47
Djony Herfan, ed., Himpunan Istilah Komunikasi (Jakarta: PT. Grasindo, 1988), h. 77.
(61)
dengan kawat (dihekter) serta menggunakan sampul yang jenis kertasnya lebih
tebal atau lebih mengkilat dibandingkan kertas halaman dalam.48
Mengenai terbitan berkala yang dimaksudkan adalah “…terbit teratur dalam waktu yang berselang-seling, mungkin sekali terbit dengan kala atau frekuensi tengah mingguan (seminggu duakali) atau dapat juga terbit tiap
semester atau tengah semester atau tengan tahunah (setahun duakali)…”49
2. Perkembangan Majalah
Perkembangan majalah memiliki beberapa tahapan, seiring perjalanan peradaban manusia mengembangkan media sebagai sarana informasi. Berikut
adalah perkembangan majalah menurut ENCYCLOPAEDIA BRITANNICA:
BRITANNICA. Com (2000).
Pada Abad ke-17 majalah yang paling awal Erbauliche Monaths –
Unterredungen (1663 – 1668) diterbitkan oleh Johan Rist, seorang teolog dan
penyair dari Hamburg, Jerman. Dalam bentuk jurnal pendidikan, ringkasan buku yang dikenal mulai disampaikan, namun tidak menyangkut buku-buku tentang kesusastraan. Tapi selama abad ke-17, terbitan semacam itu rata-rata berumur pendek.
Pada Abad ke-18 di Inggris perkembangan di Inggris, ditandai dengan keadaan masyarakat yang telah meningkat kemampuan “melek huruf”-nya
48Aceng Abdullah, Press Relations: Kiat Berhubungan dengan Media Massa (Bandung:
(62)
48
(literacy), khususnya dikalangan perempuan ditambah menggejalanya kesadaran masyarakat akan hal-hal baru.
Pada Abad ke-19 di awal pendistribusian misalnya di awal terbitannya berbagai majalah desain hanya untuk kalangan terbatas. Penerbitannya lebih
suka disebut pengelola“quality” magazines. Sejak tahun 1830-an, bermunculan
majalah-majalah berharga murah yang ditujukan kepada publik yang lebih luas. Awalnya berbagai majalah ini menyajikan materi-materi yang bersifat meningkatkan, mencerahkan, dan menghibur keluarga. Tapi, pada akhir Abad 18, berkembang majalah-majalah populer yang semata-mata menyajikan hiburan.
Abad ke 20: iklan, majalah berita, dan lainnya. Iklan, pada awalnya , ditentang di berbagai majalah. Alasan-alasan menjaga nilai-nilai sastrawi (kesusastraan) di pakai sebagai penguat penolakan. Di Inggris ketika pajak iklan diturunkan, pada tahun 1853, dan para pemasang iklan mulai menyerbu, berbagai pengelola majalah di antaranya memasang argument, “tugas dari suatu jurnal yang mandiri ialah melindungi sejauh mungkin udah dipercaya, meyakini dan tak waspada pada kepintaran (tersembunyi) pemasang iklan.”
Di Amerika, banyak majalah juga bersikap seperti itu. Harper’s dan
lainnya, misalnya, memasang ketatnya aturan pada para pengiklan, sampai
tahun 1980-an. Reader’s Digest, dengan sirkulasi raksasanya, baru mengizinkan
(63)
masyarakat semakin cepat, di Abad 20, serta teknologi cetak yang telah mengirimkan limpahan informasi demikian rupa, telah mendorong tumbuhnya penerbitan majalah yang ringkas, padat, dan pendek sajian-sajiannya.
Yang pertama melihat hal itu, dan sekaligus memunculkan kelas baru
bagi dunia penerbitan, ialah majalah berita Amerika Time, yang diterbitkan
tahun 1923 oleh Briton Hadden dan Henry Luce. Time bukanlah majalah berita
pertama. Di Eropa dan As sudah diterbitkan berbagai majalah berita. Perkembangan Abad 20 juga melahirkan bentukan majalah-majalah ulasan
ilmiah, berkala politik, kebudayaan, serta majalah kesustraan.50
3. Karakterisktik Majalah
a. Penyajiannya Lebih Dalam
Karena terbitannya berkala maka para reporter punya waktu yang cukup lama untuk memahami dan mempelajari suatu peristiwa. Mereka juga punya waktu yang banyak untuk melakukan analisis terhadap peristiwa tersebut, sehingga dapat penyajian berita dan informasinya dapat dibahas secara lebih mendalam. Kuncinya adalah berita-berita dalam majalah disajikan lebih
lengkap, karena dibumbui oleh latar belakang peristiwa dan unsur why
dikemukakan secara lengkap, begitu pula peristiwa atau proses terjadinya
peristiwa unsur how dikemukakan secara kronologis.
(64)
50
b. Nilai Aktualitas Lebih Lama
Dengan terbit secara berkala juga, maka nilai aktualitas berita dalam majalah bisa lebih lama jika dibandingkan dengan surat kabar yang hanya berumur satu hari. Oleh karenanya, kita tidak pernah menganggap usang majalah yang terbit dua atau tiga hari yang lalu.
c. Gambar atau foto lebih banyak
Jumlah halaman lebih banyak, sehigga selain penyajian beritanya yang mendalam, majalah juga dapat menampilkan gambar atau foto yang lengkap, dengan ukuran besar dan kadang-kadang berwarna, serta aktualitas kertas yang digunakan pun lebih baik. Foto-foto yang ditampilkan majalah memiliki daya tarik sendiri, apalagi apabila foto tersebut sifatnya ekslusif.
d. Sampul sebagai daya tarik
Sampul adalah ibarat pakaian dan aksesorisnya pada manusia. Sampul majalah biasanya menggunakan kertas yang bagus dengan gambar dan warna yang menarik pula. Menarik tidaknya suatu majalah sangat bergantung pada tipe majalahnya, serta konsistensi atau keajengan majalah tersebut dalam menampilkan ciri khasnya. Sehingga secara sepintas pembaca dapat
mengidentifikasi majalah tersebut.51
51Elvinaro ardianto dan lukiati komala erdiyana, komunikasi massa suatu pengantar
(65)
4. Fungsi majalah
Mengacu pada sasaran khalayaknya yang spesifik, maka fungsi utama media berbeda satu dengan yang lainnya. Majalah berita seperti Gatra mungkin lebih berfungsi sebagai media informasi tentang berbagai peristiwa dalam dan luar negri dan fungsi berikutnya adalah hiburan. Majalah wanita dewasa Femina, meskipun isinya relatif menyangkut berbagai informasi dan tips masalah kewanitaan, lebih bersifat menghibur. Fungsi informasi dan mendidik mungkin menjadi prioritas berikutnya. Majalah pertanian fungsi utamanya adalah memberikan informasi kesustraan pada pembaca.
Pada dasarnya majalah memiliki fungsi yang sama dengan media massa, karena majalah adalah bagian dari media massa itu sendiri. Fungsi-fungsi tersebut adalah Fungsi-fungsi penyebar informasi, menjadi sarana hiburan, alat
pembelajaran, sebagai kontrol sosial (bagi majalah-majalah berita).52 Pendapat
lain menyebutkan bahwa meski majalah tidak seaktual surat kabar yang terbit tiap hari, majalah baik yang terbit bulanan maupun mingguan tetap memiliki efek edukasi yang tinggi, ia juga berperan sebagai penyampai dan penafsiran
pesan.53
52
Ardianto dan erdiyana, komunikasi massa, h. 20.
53
(66)
BAB III
GAMBARAN UMUM MAJALAH JANNA
A. Sejarah Berdiri Majalah Janna
Majalah Islam adalah majalah yang bernafaskan Islam, khususnya yang ada di Indonesia telah berkembang sebelum kemerdekaan. Majalah-majalah tersebut muncul dengan tujuan untuk mencoba menyebarkan gagasan modernisasi di kalangan umat Islam, menyebarkan semangat pembaharuan Islam, juga perjuangannya melawan kekuasaan kolonial dan pengaruh asing. Selain itu majalah Islam juga menjadi media penyebaran ilmu pengetahuan dan kebudayaan untuk dakwah dan pembangunan umat. Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa kemunculan majalah-majalah yang menjadi sumber referensi informasi Muslim muda yang tidak terlepas dari lahirnya
kaum intelektual di kalangan umat Islam.1
Kemunculan majalah “Janna” ini juga di awali dengan rasa prihatin
untuk kaum muda muslim yang haus akan sumber informasi Muslim, karena banyak juga terlihat majalah-majalah yang muncul mempunyai unsur tidak adanya unsur keagamaan khususnya agama Islam yang menjadi mayoritas di
Indonesia. Tutur Agung Vazza sebagai Pemimpin Redaksi majalah Janna.2
1
Kurniawan Djunaedhie, Rahasia Dapur Majalah Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, 1995), h. 307 – 311.
2
Wawancara pribadi dengan Agung Vazza, Pemred majalah Janna, Jakarta 13 Mei 2013 pukul 16.30 wib.
(67)
Janna merupakan majalah Islam yang terbit pada bulan Maret tahun
2011, Janna sebagai majalah yang memposisikan diri young muslim generation
yang artinya ingin membawa pesan perubahan pergerakan kaum muda Islam
berjiwa kreatifitas dan memodernkan pikiran tanpa melepaskan sebuah ajaran.
Pemikiran inilah yang membuat Janna lahir untuk mereka para generasi muda
Muslim, Janna diterbitkan oleh harian nasional Republika. Janna memaknai
sebagai sikap kritis atas Islam dan keislaman serta kaitannya dengan kekinian, mengaji tanpa batas ruang dan waktu dengan harapan bisa menjadi inspirasi untuk kehidupan yang lebih baik dan bermanfaat.
Mengapa dinamakan majalah Janna dalam bahasa arabnya “Jannah”
adalah surga. dan kalau majalah Janna sendiri mempunyai arti majalah yang
bernafaskan Islam. Cita-cita Janna kelak akan menjadi referensi, rujukan bagi
generasi muda terutama muslim, untuk berkumpul, berbagi, berpikiran terbuka terhadap perkembangan zaman, berpihak pada nilai-nilai dan kemanusiaan namun dengan tidak mengenyampingkan nilai-nilai Islam dalam penerapannya.
Edisi cetak janna akan menengahkan topik-topik populer seputar anak
muda yang dibahas dengan gaya kekinian, dibungkus dengan koridor nilai-nilai Islam, demi terwujudnya kelahiran sebuah generasi baru yang progresif baik
secara batin dan pemikiran di masa yang akan datang. Janna tidak bisa berjalan
sendirian, Janna memerlukan dukungan para kaum muda Muslim dalam bentuk
(68)
54
tumbuh menjadi sekumpulan catatan demi perubahan yang besar. ”Tumpukan kata tak berarti jika tak bermakna”.3
Bertepatan dengan perayaan ulang tahun Republika ke-18 tahun, dan juga dibarengi dengan pemberian penghargaan Tokoh perubahan Republika 2010, Republika memperkenalkan majalah Muslim khusus anak muda, dengan
label “Janna” majalah ini nantinya akan menjadi sumber referensi informasi
Muslim muda untuk menggapai sebuah informasi. Tutur Agung Vazza sebagai
Pemimpin Redaksi majalah Janna.4
Majalah khusus anak muda bertitle Janna.“ komentar Erick Thohir,
Direktur Utama, PT. Republika Media Mandiri, saat memperkenalkan Janna
kepada tamu hadirin perayaan ulang tahun Republika dan malam penghargaan Tokoh perubahan Republika 2010 yang berlangsung di Ballroom, Djakarta Theatre, Jakarta, Kamis, 31 Maret 2011. Dalam kesempatan itu, Erick Thohir secara simbolis menyerahkan majalah Janna kepada penulis novel yang juga
blogger, Raditya Dika sebagai Muslim anak muda.5
Salah satu tujuan utamanya Janna dapat menjadi nutrisi Islami bagi
anak-anak muda, “kata Pemimpin Redaksi Janna, Agung Vazza, dalam ulang
tahun Republika ke 18. Beliau menambahkan majalah Janna juga terutama
untuk menumbuhkan nilai-nilai Islami pada anak-anak remaja. Namun begitu,
tambahnya, Janna tidak menggurui dan menghindari nilai-nilai hedonisme
3
Dikutip dari profil Majalah Janna.
4
Wawancara pribadi dengan Agung Vazza, Pemred majalah Janna, Jakarta 13 Mei 2013 pukul 16.30 wib.
5
(69)
seperti infotainment dan gosip. “kami akan membangun semangat anak-anak muda tapi tetap Islami,” tuturmya.6
Direktur pemberitaan dan konten PT Republika Media Mandiri (Ikhwanul Kiram mashuri) mengatakan bahwa majalah Janna juga mencoba menyadarkan para pemuda agar semakin memahami Islami, karena masih banyak anak-anak muda yang gaul mengerti akan Islam. Mereka lantang menyuarakan Islam, tetapi kerap melakukan aksi kejahatan. Banyak diantaranya yang mengkonsumsi narkoba misalnya. Mantan pemimpin redaksi Republika ini menyatakan, mereka tidak bisa didakwahkan bahwa narkoba itu haram, dan yang mengkonsumsinya akan masuk neraka. “mereka pasti akan bertanya balik, so whatkalau masuk Neraka” ungkapnya.
Majalah ini terbit setiap Kamis minggu pertama setiap bulannya, mencoba berdakwahkan mereka dengan menawarkan kesejukan. “karena
memang inti Islam seperti itu, Rahmatan lil ’alamin, rahmat bagi alam raya”
terang Kiram.
Beliau mengatakan saat ini pemuda seperti itu masih jauh dari perhatian. “Media massa pun belum ada yang menggaet pasang pasar seperti itu, padahal jumlah mereka banyak,” paparnya. Semakin dibiarkan, mereka akan semakin terjerumus. Kiram menyatakan hal itu tidak boleh terjadi. PT Republika media
Mandiri mengambil kesempatan itu untuk menerbitkan majalah Janna. Dirinya
berharap pemuda-pemuda tertarik untuk pembacanya. Konten majalah Janna
berupa perkembangan gaya anak muda kontemporer. “Tidak semua
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)