Pencegahan Kebakaran pada Bangunan

commit to user 16 bangunan dan bentuk penataan ruang serta bukaan. Ada tiga hal yang berkaitan dengan ketahanan bahan bangunan terhadap api yang harus dipenuhi sebagai bahan konstruksi yaitu : · ketahanan memikul beban kelayakan struktur yaitu kemampuan untuk memelihara stabilitas dan kelayakan kapasitas beban sesuai dengan standar yang dibutuhkan. · Ketahanan terhadap penjalaran api integritas yaitu kemampuan untuk menahan penjalaran api dan udara panas sebagaimana ditentukan oleh standar. · Ketahanan terhadap penjalaran panas yaitu kemampuan untuk memelihara temperatur pada permukaan yang tidak terkena panas langsung dari tungku kebakaran pada temperatur dibawah 140 c sesuai dengan standar uji ketahanan api. Dikaitkan dengan ketahanan terhadap api, struktur bangunan mempunyai 3 tiga tipe konstruksi, yaitu: a. Tipe A: Konstruksi yang unsur struktur pembentuknya tahan api dan mampu menahan secara struktural terhadap beban bangunan. Pada konstruksi ini terdapat komponen pemisah pembentuk kompartemen untuk mencegah penjalaran api ke dan dari ruangan bersebelahan dan dinding yang mampu mencegah penjalaran panas pada dinding bangunan yang bersebelahan.

b. Tipe B: Konstruksi yang elemen struktur pembentuk kompartemen penahan api

mampu mencegah penjalaran kebakaran ke ruang-ruang bersebelahan di dalam bangunan, dan dinding luar mampu mencegah penjalaran kebakaran dari luar bangunan. c. Tipe C: Konstruksi yang komponen struktur bangunannya adalah dari bahan yang dapat terbakar serta tidak dimaksudkan untuk mampu menahan secara struktural terhadap kebakaran. Jumlah lantai dan tipe konstruksi yang dipersyaratkan pada bangunan dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Tipe Konstruksi yang dipersyaratkan commit to user 17 Jumlah lantai bangunan Kelas bangunantipe konstruksi 2,3,9 5,6,7,8 4 atau lebih A A 3 A B 2 B C 1 C C Sumber : SNI 03 – 1736 – 2000 Sistem proteksi pasif ditekankan pada aspek bahan bangunan, sikap bagian bangunan yang terbakar tidak bisa dipisahkan dari ketahanan bahan bangunan terhadap api, perubahan bahan bangunan oleh kebakaran dapat dilihat dalam Tabel 2.2. Tabel 2.2 Ketahanan Material Terhadap Api BAHAN SIFAT KETAHANAN TERHADAP API Baja Mengubah bentuknya oleh pengaruh panas dapat dipengaruhi oleh jenis campuran pembentuknya Krom Cr Molibdan Mo, Nikel Ni atau Vanadium V menghasilkan baja yang memiliki daya tahan yang lebih tinggi terhadap panas. Beton Bahan bangunan yang tahan api Ketahanan api tergantung pada bahan tambahan yang digunakan dan apakah ada tulangan baja atau tidak. Kaca Bahan yang tidak menyala Bukan merupakan bahan yang tahan api karena kaca memungkinkan radiasi kalor tembus, kaca sangat peka terhadap perubahan tegangan kalor, akibat kebakaran kaca cukup cepat pecah Kayu Pembakaran kayu merupakan oksidasi atas unsur asalnya yaitu H2o dan CO2 degan O2 Bahan yang tahan api, bila tidak terkena api secara langsung. Bahan sintetis Merupakan bahan yang mudah terbakar dan menyala Dalam keadaan menyala, bahan sintetis mengakibatkan tetes cairan yang sulit untuk dipadamkan, menghasilkan asap tebal dan atau melepaskan gas beracun. Sumber : Koesmartadi, “ Desain Bangunan yang mengantisipasi Bahaya Kebakaran” , 2008. 4. Sistem proteksi aktif Sistem proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual ataupun otomatis, sistem pemadam kebakaran berbasis air seperti springkler, pipa tegak dan slang kebakaran, serta sistem pemadam kebakaran berbasis bahan kimia, seperti APAR, pemadam khusus, peralatan pengendali asap, sistem daya listrik, lift, pencahayaan darurat dan ruang pengendali operasi. commit to user 18 Gambar 2.5. Beberapa contoh sistem proteksi aktif pada bangunan gedung Sumber : Dokumentasi Pribadi 5. Pengawasan dan pengendalian Mengatur tentang pengawasan dan pengendalian mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatanpemeliharaan.

2.2.4. Manajemen Pencegahan Kebakaran pada Bangunan

Kebakaran pada bangunan berpotensi menimbulkan kehilangan jiwa, harta dan benda. Manajemen diperlukan dalam menjamin keselamatan bangunan maupun penghuni bangunan. Manajemen pencegahan kebakaran adalah usaha untuk memelihara peralatanperlengkapan pencegahan kebakaran, sehingga dapat digunakan secara optimal pada saat diperlukan. Manajemen pencegahan kebakaran merupakan bagian dari strategi untuk memastikan keselamatan secara preventif, membatasi perkembangan api, dan menjamin keselamatan penghuni, seperti yang tertuang pada bab VI butir 5.4 Kepmeneg PU No : 10KPT2000 yaitu : “Unsur manajemen pengamanan kebakaran fire safety management terutama yang menyangkut kegiatan pemeriksaan, perawatan dan pemeliharaan, audit keselamatan kebakaran dan latihan penanggulangan kebakaran harus dilaksanakan secara periodik sebagai bagian dari kegiatan pemeliharaan sarana proteksi aktif yang terpasang pada bangunan ”. Tujuan manajemen pencegahan kebakaran adalah setiap bangunan gedung harus mampu mengatasi kemungkinan terjadinya kebakaran melalui kesiapan dan keandalan sistem proteksi yang ada, serta kemampuan petugas menangani pengendalian kebakaran, sebelum bantuan dari instansi pemadam kebakaran datang. Menurut Kristiawan, 1989 masalah pemeliharaan commit to user 19 peralatan proteksi kebakaran merupakan salah satu segi manajemen gedung Fire protection Management karena manajemen yang salah mengakibatkan pengelolaan dan pemeliharaan gedung menjadi buruk. Bila dikaitkan dengan penerapan model menejemen yang dewasa ini berkembang, baik manajemen mutu mengacu pada ISO 9001, lingkungan mengacu ISO 14001, kesehatan dan keselamatan kerja mengacu OHSAS 18001, dimana masing-masing memiliki 3 macam unsur yaitu manual, prosedur dan instruksi kerja, ketiga elemen tersebut harus terintegrasi untuk menghasilkan zero defect, zero delay, zero emisi dan zero akseden, maka pelaksanaan manajemen pencegahan kebakaran merupakan suatu keharusan.Lasino, 2005 Menurut laporan akhir Puslitbang PU, 2005, dalam Kriteria Kelayakan Penerapan Manajeman Keselamatan Kebakaran Fire Safety Management pada bangunan gedung. Disimpulkan bahwa sistem manajemen bangunan gedung terdiri dari : 1. Pemeriksaan dan pemeliharaan pemeriksaan dan pemeliharaan sistem pencegahan kebakaran merupakan kegiatan yang wajib dilakukan guna menjamin keberlangsungan sistem proteksi yang ada agar berfungsi dengan baikdalam kondisi andal, yang dilakukan secara berkala dan harus didokumentasikan untuk kepentingan tindak lanjut, serta audit berkala sistem pencegahan kebakaran yang ada. 2. Pembinaan dan Pelatihan pegawai yang berkepentingan terhadap pencegahan kebakaran harus mendapatkan pelatihan, untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam usaha pencegahan, penanggulangan dan evakuasi penghunipemakai gedung. Pada saat terjadi kebakaran, mereka harus mampu memberikan instruksi bagaimana menghidupkan alarm tanda bahaya, bila menemukan kebakaran, serta memberi peringatan kebakaran kepada penghuni. Begitu pula terhadap penggunaan peralatan pemadam api, yang harus mampu dipraktekkan. 3. Rencana keadaan daruratFire emergency plan FEP Merupakan rencana yang memuat prosedur yang mengatur “siapa harus berbuat apa” pada saat terjadi keadaan daruratemergency yaitu saat terjadinya kebakaran.