Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

commit to user 8 Standard Practice for Assessment of Fire Risk by Occupancy Classification. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Senayan City sudah menerapkan Standar persyaratan keamanan bangunan yang ditetapkan, sehingga termasuk dalam kategori aman terhadap bahaya kebakaran. N.Vinky Rahman, 2003 dalam penelitiannya bahwa bangunan terdiri dari sistem yang membentuknya secara integral dalam satu kesatuan. Sistem ini haruslah terintegrasi dengan baik dalam bangunan. Sistem penanggulangan kebakaran adalah sistem proteksi yang perlu disertakan di dalam bangunan khususnya untuk bangunan fasilitas umum danatau bangunan yang mewadahi orang banyak, hal ini menjadi suatu kewajiban untuk disediakan. Pada pelaksanaannya, penataan atau perencanaannya harus dilibatkan secara kontinyu pada saat proses konstruksi secara keseluruhan. Proses konstruksi yang dimaksudkan di atas adalah dari mulai tahap perencanaan, perancangan, pembangunan, pengoperasian serta perbaikan dan perawatan. Levin, 2007 dalam penelitiannya yang menekankan pada optimalisasi keseluruhan pada bangunan dan capaian lingkungan memerlukan pertimbangan dan perhatian untuk menginformasikan keputusan dengan suatu pendekatan ke arah “penilaian dan evaluasi sistematis bangunan dan lingkungan” yang berdasar atas ekologi bangunan SEABEP, SEABEP diperlukan untuk evaluasi kinerja dan assesmen dasar, assesmen resiko. SEABEP mempunyai perananan penting dalam kontribusi ke permasalahan lingkungan, SEABEP dapat digunakan untuk meningkatkan atau membangun kualitas lingkungan. William, 1995. Peraturan bangunan secara historis telah dikembangkan dan disusun bergantung pada kelompok tertentu ahli dan persepsi mereka tentang apa yang diterima berdasarkan tingkat risiko dan biaya apa yang dapat diberikan oleh masyarakat untuk meningkatkan kesehatan, keselamatan atau kemudahan. Sistem evaluasi peraturan menyediakan kerangka kerja berbasis komputer yang perubahan diajukan atas dasar Building Code of Australia BCA dapat dinilai secara sistematis. Sistem ini mengharuskan setiap usulan untuk mengubah BCA agar diidentifikasi secara jelas secara bersama-sama dengan semua alternatif yang ditetapkan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. biaya langsung dan manfaat diidentifikasi dapat diukur, membuat commit to user 9 penggunaan data internal dan eksternal. Sistem ini tidak hanya menjadi alat bantu pengambil keputusan dengan menyediakan semua informasi yang tersedia, tapi juga menyediakan transparansi kepada proses pengambilan keputusan dan peraturan pembangunan. Mekanisme sertifikasi dan labelisasi keandalan bangunan gedung terhadap kebakaran. Mekanisme ini mengatur tentang penilaian bangunan yang ditinjau dari 4 aspek komponen pencegahan kebakaran yaitu sistem tapak bangunan, sistem sarana penyelamatan, sistem proteksi pasif dan sistem proteksi aktif, kemudian dari setiap sistem tersebut dijabarkan dalam kriteria lagi, dan kemudian diberi penilaian, serta petunjuk penilaian beserta tingkat keandalanya terhadap kebakaran, sehingga bangunan dapat dilakukan penilaian beserta tingkat keandalan dan rekomendasi yang harus dilakukan. Metode yang digunakan adalah AHP dalam pengambilan keputusannya.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Bangunan Gedung

Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas danatau di dalam tanah danatau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatan, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.UU No: 28 Tahun 2002. Untuk melaksanakan fungsi dan kegunaanya bangunan mempunyai kelengkapan yang saling menunjang baik secara langsung maupun tidak langsung, kelengkapan tersebut terbagi menjadi sistem-sistem yang saling mendukung guna kelancaran dan kenyamanan pada bangunan. Bangunan merupakan suatu sistem, “Sistem didefinisikan sebagai suatu susunan bagian-bagian yang saling berhubungan atau saling tergantung satu sama lain yang membentuk sebuah kesatuan kompleks dan berlaku untuk satu fungsi ”. Ching: 2002. Sistem yang terbentuk dalam bangunan dapat dilihat pada Gambar 2.1. sistem transportasi dalam gedung commit to user 10 Gambar 2.1 Sistem yang bekerja pada bangunan Sumber : Dokumentasi Pribadi Bangunan dapat dikelompokan berdasarkan fungsi dan peruntukannya seperti pertunjukan, bisniskomersil, pendidikan, pabrik, institusi, permukiman, penyimpanan gudang dan fungsi lainya. Bangunan mempunyai resiko terhadap kebakaran yang berbeda-beda, tergantung dari fungsi bangunan itu sendiri. ”Setiap bangunan gedung harus mempunyai persyaratan administratif dan teknis sesuai dengan fungsinya, salah satu persyaratan teknis adalah persyaratan keandalan, keandalan adalah tingkat kesempurnaan kondisi perlengkapan proteksi yang menjamin keselamatan, fungsi dan kenyamanan suatu bangunan gedung dan lingkungannya selama masa pakai dari gedung tersebut. Persyaratan keandalan meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan yang ditetapkan berdasarkan fungsi bangunan gedung. Sedangkan persyaratan keselamatan bangunan gedung meliputi persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban muatan, serta kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir” UU No: 28 Tahun 2002. Klasifikasi bangunan gedung berdasarkan SNI 03 – 1736 – 2000 dapat dilihat pada lampiran 5.

2.2.2. Bahaya Kebakaran

sistem arsitektur sistem struktur bawah sistem air kotor limbah sistem tata udara sistem elektrikal sistem tata suara site plan sistem struktur atas sistem air bersih sistem telekomunikasi sistem office automatic sistem pencegahan dan pemadaman kebakaran commit to user Api timbul ketika terja oksigen dan panas heat yang tersebut terjadi dalam suatu ru bakar cukup tersedia dan ok flasover, yaitu ketika suhu l kalor ke lantai melebihi 20 K dengan terbakarnya perabotan unit hunian baik secara konvek G Ada empat hal yang penghuni manusia, isi ban letaknya berdekatan dengan b dua hal yaitu : thermal suhu Bahaya utama pada manusia kebakaran gedung bangunan ti disebabkan oleh suhu tinggi mengakibatkan penghuni se kecelakaan seperti terbentu mengakibatkan lukacedera ya Penanda awal adanya dapat menghalangi penglihata bangunan dalam mencari jala rjadi reaksi proses rantai antara bahan mudah terb ang sering disebut segitiga api fire triangle. Ke ruangan unit hunian, panas akan terus meningkat oksigen terus mengalir hingga suhu mencapai u lapisan gas panas dalam ruang melebihi 500°C 0 KWm 2 . Selanjutnya proses kebakaran semak tan rumah tangga serta bahan unsur-unsur ban veksi, induksi maupun radiasi. Asmaningprodjo, Gambar 2.2 Segitiga ApiFire Triangle Sumber : Asmaningprodjo, 2008 g perlu diperhatikan berkaitan dengan bahaya angunan harta, struktur bangunan dan bang n bangunan yang terbakar. Sedangkan bahaya a hu dan nyala api dan non thermal asap dan ga usia adalah keracunan asap, sekitar 75 kem n tinggi dikarenakan hal tersebut, sedangkan 25 gi dalam gedung.Tundono, 2008. Kepanikan y seringkali kehilangan orientasi sehingga men nturterjatuh ataupun terjebak dalam ruan yang serius.Wahadamaputera, 2008. ya api adalah asap, asap merupakan hasil pemba hatan dan mengakibatkan berkurangnya kecepata jalan keluar, asap mempunyai kecepatan ramba 11 terbakar fuel, Ketika proses kat, jika bahan ai titik bakar 0°C dan fluks akin menjadi angunan pada jo, 2008. ya api yaitu : angunan yang a api meliputi gas beracun. ematian pada 25 kematian n yang timbul engakibatkan uangan yang bakaran yang atan penghuni bat sebesar 1 commit to user 12 mdt, sementara kecepatan orang normal adalah 1,2 mdt sedangkan orang hamil adalah 0,8 mdt, sifat asap sebagai hasil pembakaran yang berbahaya yaitu : 1. Kandungan gas bersifat narkotik yang mempengaruhi sistem kerja syaraf dan jantung dapat mengakibatkan sesak nafas, kehilangan kesadaran dan kematian. 2. Kandungan gas bersifat iritasi yang merupakan gas beracun yang mampu mempengaruhi sensor iritasi manusia. 3. Efek panas yang mengakibatkan heat stroke, terbakarnya kulit dan terbakarnya alat pernafasan. Asap sebagai hasil pembakaran mempunyai jalur perjalananya sendiri, dengan cara mengisi ruang demi ruang yang tidak tersekat melalui void, atrium bahkan koridor, ruang tangga dan ruang lift yang justru merupakan jalur sirkulasi evakuasi penghuni bangunan. Wahadamaputra, 2008 Penyebab terjadinya kebakaran, menurut Kristiawan, 1989 secara umum terdiri dari tiga faktor antara lain : 1. Faktor manusia, penyebab kebakaran karena faktor manusia secara garis besar disebabkan oleh : a. Keawaman seperti awam dalam pengetahuan sifat bahan bakar, barang-barang berbahaya, suatu tempat yang diisi dengan banyak barang akan berpengaruh terhadap peningkatan suhu udara sehingga rawan kebakaran. b. Kelalaian dan kukurang-waspadaan seperti : puntung rokok yang masih berapi yang dibuang disuatu tempat, lupa mematikan kompor dll. 2. Faktor alam dan lingkungan, faktor ini diakibatkan oleh : a. Bencana yang timbul akibat faktor alam seperti petir, loncatan muatan listrik bertegangan tinggi ke suatu benda yang berada di tanah. b. Bencana yang timbul akibat faktor lingkungan antara lain: lingkungan tanpa pepohonanpenghijauan, lingkungan tanpa sungai atau selokan, adanya instalasi minyak dan gas alam, adanya tempat-tempat penyimpanan zat kimia atau benda-benda mudah terbakar, bangunan yang terlalu berdekatan sering membuat kendaraan pemadam kebakaran sukar memasuki lokasi kebakaran dll. 3. Faktor mesin, penyebab kebakaran karena faktor mesin antara lain :