Perhitungan Pembobotan Sistem Pencegahan Kebakaran pada Bangunan Sistem Pengambilan Keputusan

commit to user 28 2.2.8.1 Perhitungan Bobot Elemen Perhitungan bobot elemen pada metode AHP menggunakan matriks perbandingan berpasangan, Perbandingan berpasangan dilakukan dari hirarki yang paling tinggi, dimana kriteria digunakan sebagai dasar pembuatan perbandingan. Misalkan, dalam suatu tujuan utama terdapat kriteria A 1 , A 2 ,………….,A n , maka hasil perbandingan secara berpasangan akan membentuk matriks seperti dibawah ini: Gambar 2.8 Matriks perbandingan Preferensi Matriks An x n merupakan matriks respirokal, dan diasumsikan terdapat n elemen, yaitu w 1 ,w 2 , ………, w n yang akan dinilai secara perbandingan. Nilai perbandingan secara berpasangan antara w 1 ,w 2 dapat dipresentasikan seperti matriks tersebut. Ůw Ů = a i,j ; i.j = 1,2,……..n. 2.3 Unsur-unsur matriks tersebut diperoleh dengan membandingkan satu elemen operasi terhadap elemen operasi lainnya untuk satu tingkat hirarki yang sama. Sehingga bisa didapat a 11 adalah perbandingan kepentingan elemen operasi A 1 dengan A 1 sendiri, sedangkan a 12 adalah perbandingan kepentingan elemen operasi A 1 dengan A 2 dan besarnya a 21 adalah 1 a 12 , yang menyatakan tingkat intensitas kepentingan elemen operasi A 2 terhadap elemen operasi A 1 . A1 A2 A …. An A1 a11 a12 ……. a1n A2 a21 a22 ……. a2n ……. ……. ……. ……. ……. An an1 an2 ……. ann commit to user 29

2.2.8.2 Pembobotan Kriteria

Untuk mendapatkan bobot dari masing-masing kriteria yaitu dengan menentukan nilai eigen eigenvector. Langkah untuk mendapatkan bobot kriteria sebagai berikut : 1. Melakukan perkalian elemen-elemen dalam satu baris dan diakar pangkat n seperti dalam persamaan dibawah ini : Wi = √a11 x a12 x … … a1n Φ 2.4 2. Menghitung vektor prioritas atau vektor eigen eigenvector ż. = Ůw ∑ Ůw 2.5 Hasil yang didapat berupa vector eigen sebagai bobot elemen 3. Menghitung nilai eigen maksimum λ maks , dengan cara mengkalikan matriks resiprokal dengan bobot yang didapat, hasil dari penjumlahan operasi matriks adalah nilai eigen maksimum λ maks . λ maks = ∑ a ij Xi 2.6 dengan : λ maks = eigenvalue maksimum a ij = nilai matriks perbandingan berpasangan Xi = vector eigen bobot 4. Perhitungan Indeks Konsitensi Perhitungan ini dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi jawaban yang akan berpengaruh kepada kesahihan hasil. Matriks bobot yang diperoleh dari hasil perbandingan secara berpasangan harus mempunyai hubungan cardinal dan ordinal, sebagai berikut : Hubungan Kardinal : a ij a jk = a ik Hubungan Ordinal : A i A j dan A j A k , maka A i A k Rumusan untuk menghitung Indeks Konsistensi Consistention Index adalah sebagai berikut : A= λ̵aks – 2.7 dengan : λ maks = eigenvalue maksimum n = ukuran matriks commit to user 30 Untuk mengetahui apakah CI dengan besaran tertentu cukup baik atau tidak, perlu diketahui rasio yang cukup baik, yaitu apabila CR 0,1 Berdasarkan perhitungan Saaty dengan menggunakan 500 sampel, jika penilaian numerik dilakukan secara acak dari skala 19,18,….1,2….9 akan diperoleh rata-rata konsistensi untuk matriks dengan ukuran berbeda, sebagai mana pada Tabel 2.8 : Tabel 2.8 Nilai Random Indeks Saaty, 1980 Perbandingan antara CI dan RI untuk suatu matriks didefinisikan sebagai rasio konsistensi Consistention RatioCR . = 2.8 Dalam perhitungan model AHP, matriks perbandingan dapat diterima jika Nilai Rasio Konsistensi ≤ 0,1. Apabila nilai Nilai Rasio Konsistensi ≥ 0,1 maka penilaian perbandingan harus dilakukan kembali. Dalam penilaian sistem pencegahan kebakaran metode yang digunakan adalah metode AHP.

2.2.9. Sistem Pengambilan Keputusan

Sistem Pakar merupakan langkah untuk mengambil keputusan seperti keputusan yang diambil oleh seorang pakar, dimana Sistem Pakar menggunakan pengetahuan knowledge, fakta dan teknik penalaran dalam memecahkan masalah, yang biasanya hanya dapat diselesaikan oleh seorang pakar dalam satu bidang keahlian tertentu. Sistem pakar juga memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan, diantaranya sebagai berikut Arhami, M., 2005 : 1. Keunggulan Sistem Pakar, diantaranya dapat: · Menghimpun data dalam jumlah yang sangat besar. · Menyimpan data tersebut untuk jangka waktu yang panjang dalam suatu bentuk tertentu. 1 2 3 4 5 6 7 9 10 11 12 13 14 15 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.45 1.49 1.51 1.48 1.56 1.57 1.59 Ukuran Matriks RI commit to user 31 · Mengerjakan perhitungan secara cepat dan tepat tanpa jemu mencari kembali data yang tersimpan dengan kecepatan tinggi. 2. Kelemahan Sistem Pakar, diantaranya adalah: · Masalah dalam mendapatkan pengetahuan, dimana pengetahuan tidak selalu bisa didapatkan dengan mudah, karena terkadang pakar dari masalah yang kita buat tidak ada, kalaupun ada pendekatan yang dimiliki pakar berbeda-beda. · Untuk membuat suatu sistem pakar yang benar-benar berkualitas yang tinggi sangatlah sulit dan memerlukan biaya yang sangat besar untuk pengembangan dan pemeliharaannya. · Boleh jadi sistem tak dapat membuat keputusan. · Sistem pakar tidaklah 100 menguntungkan, walaupun seorang tetap tidak sempurna atau tidak selalu benar. Oleh karena itu perlu diuji ulang secara teliti sebelum digunakan. Dalam hal ini peran manusia tetap merupakan faktor dominan. Dalam proses pegambilan keputusan diperlukan beberapa langkah dari sebuah informasi yang ada diantaranya yakni : 1. Langkah Pertama, mendefinisikan masalah, Expert Systems ES dapat membantu dalam mendesain alur informasi pada eksekutif misalnya, bagaimana utuk memonitor, kapan waktu untuk memonitor dan dalam penginterpreasian informasi. 2. Langkah Kedua, menganalisis masalah. Analisis bisa bersifat kualitatif, kuantitatif ataupun kombinasinya. 3. Langkah Ketiga, memilih solusi, keputusan dibuat dengan memperhatikan masalahnya berdasarkan hasil dari analisis. 4. Langkah Kempat, pelaksanaan solusi, keputusan untuk mengimplementasikan solusi tertentu dilakukan. Sistem pakar digunakan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan desain sistem pencegahan kebakaran dalam pembobotan pencegahan kebakaran. commit to user 32 32

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian tesis adalah bangunan pusat perbelanjaan Solo Square yang berlokasi di Jl. Brigjen Slamet Riyadi Surakarta, bangunan tersebut mempunyai jumlah lantai 6 terdiri dari 5 lantai dan 1 basement. lokasi Solo Square dapat dengan mudah dijangkau karena letaknya di jalan utama, lokasi Solo Square dapat dilihat pada Gambar 3.1 Gambar 3.1 Lokasi pusat perbelanjaan Solo Square di Surakarta

3.2. Langkah Penelitian

3.2.1. Penyusunan Kuisioner dan Penentuan Responden

3.2.1.1. Kuisioner

Kuisioner disusun mengacu pada aspek-aspek yang telah ditentukan. Kuisioner dibagi menjadi dua yaitu : 1. Kuisioner untuk pembuatan desain sistem pemeriksaan keandalan bangunan dalam pencegahan kebakaran. Kepada para Respondenpakar yang mengetahui tentang masalah kebakaranpencegahan kebakaran. Indikator terukur menggunakan persamaan 2.1. Format Kuisioner dapat dilihat pada lampiran 1. 2. Kuisioner untuk pemeriksaan keandalan dalam pencegahan kebakaran pada objek studi. Format kusioner dapat dilihat pada lampiran 1

3.2.1.2. Responden

Responden pada penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu : commit to user 33 1. Pembuatan desain sistem pemeriksaan keandalan bangunan dalam pencegahan kebakaran adalah pihak-pihak terkaitmembidangipakar masalah kebakaran pada bangunan yaitu : a. Pihak Puslitbang Permukiman PU, bidang Kebakaran. b. Pihak yang pernah melakukan penelitian bidang kebakaran atau anggota peneliti. Dari 2 dua kategori responden tersebut, kuisioner meliputi para ahli atau yang diberi kuasa untuk mewakili, bidang terkait. 2. Pemeriksaan keandalan dalam pencegahan kebakaran pada objek studi yaitu : Pihak pengelolamanajemen gedung.

3.2.2. Pengumpulan Data

3.2.2.1.Data Primer Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu : 1. Data primer untuk pembuatan desain sistem pemeriksaan keandalan bangunan dalam pencegahan kebakaran. Menggunakan sistem kuisioner kepada responden yang memahami masalah kebakaran. Kuesioner yang digunakan bersifat terbuka dan terbatas, untuk memperoleh data yang menggambarkan kecenderungan persepsi dari pengisi kuesioner. Data digunakan untuk menentukan pembobotan pada sistem pencegahan kebakaran yaitu : kelengkapan tapak, sarana penyelamatan, sistem proteksi pasif, sistem proteksi aktif dan manajemen pencegahan kebakaran. Sistem manajemen pencegahan kebakaran menggunakan responden yang sama dalam penentuan pembobotannya. 4. Data primer untuk pemeriksaan keandalan dalam pencegahan kebakaran pada objek studi dilakukan dengan kuisioner kepada pihak manajemen pemilikpengelola bangunan dan pengamatan langsung. 3.2.2.2.Data Sekunder Untuk menambah sumber informasi tentang pencegahan kebakaran, maka data sekunder dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Data sekunder untuk pembuatan desain sistem pemeriksaan keandalan bangunan dalam pencegahan kebakaran yaitu studi literatur dan peraturan perundangan atau sumber lainnya. commit to user 34 2. Data sekunder untuk pemeriksaan keandalan dalam pencegahan kebakaran pada objek studi yang didapatkan dari pengelola bangunan selaku penanggung jawab pelaksana, meliputi gambar Construction Drawing , As Built Drawing dan sumber informasi lain yang diperlukan didalam pemeriksaan pencegahan kebakaran.

3.2.3. Analisa

3.2.3.1.Pengujian Validitas dan Reliabilitas Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen menggunakan metode AHP. 3.2.3.2.Analisa Data Data-data dari hasil kuisionerobservasi dan data-data sekunder yang sudah terkumpul kemudian dikompilasi dan diidentifikasi sesuai dengan rencana penggunaan data tersebut untuk pengkajian suatu aspek. Kemudian dilakukan proses analisa, analisa data dilakukan dalam dua tahap yang meliputi : 1. Analisa pembuatan desain sistem pemeriksaan keandalan bangunan dalam pencegahan kebakaran. Dilakukan dengan pengisian kuisioner menggunakan persamaan 2.1 untuk mengetahui pembobotan pada kelima aspek sistem pencegahan kebakaran, yaitu : kelengkapan tapak, sarana penyelamatan, sistem proteksi pasif, sistem proteksi aktif dan manajemen pencegahan kebakaran. Selanjutnya data yang terkumpul dilakukan penilaian dan pembobotan dengan metode AHP. Penilaian didasarkan pada aspek pencegahan kebakaran, pembatasan kebakaran dan pemadaman kebakaran. 2. Analisa pemeriksaan pencegahan kebakaran pada objek studi. Dilakukan pada kelima aspek pencegahan kebakaran, dengan menggunakan desain yang direncakanan yaitu : a. Kelengkapan tapak b. Sarana penyelamatan c. Sistem proteksi pasif d. Sistem proteksi aktif e. Manajemen pencegahan kebakaran Fire mangemen system ;

3.2.3.3 Variabel sistem pencegahan kebakaran

commit to user 35 Variabel penelitian hanya digunakan untuk pembuatan desain sistem pemeriksaan keandalan dalam pencegahan kebakaran. Variabel sistem pencegahan kebakaran meliputi : 1. Kelengkapan tapak 2. Sarana penyelamatan 3. Sistem proteksi pasif 4. Sistem proteksi aktif 5. Manajemen pencegahan kebakaran Fire mangemen system ; Pada pemeriksaan pencegahan terhadap kebakaran, bangunan terdiri dari beberapa bagian yang saling bekerja untuk melaksanakan fungsi dan kegunaanya, pada sistem tersebut dibuat sub sistem untuk mengetahui adanya bagian yang memberikan pengaruh pada sistem yang ada, kemudian sub sistem ini dijabarkan lagi menjadi komponen-komponen satu sama lain yang saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan sehingga ditingkat yang lebih kecil, komponen ini dapat menggambarkan bagian dari sub sistem yang bekerja

3.2.3.4. Variabel Manajemen Pencegahan Kebakaran

Pencegahan kebakaran tidak dapat mengandalkan hanya pada bangunan maupun sistem keselamatanya saja, akan tetapi juga pada penghunipengguna bangunan selaku objek yang dilindungi, manajemen pencegahan kebakaran sangat berperan dalam pencegahan kebakaran untuk menjaga tetap berfungsinya seluruh sistem pencegahan kebakaran serta kesiapan penghuni menghadapi kebakaran. Dengan adanya manajemen ini maka pencegahan kebakaran dapat diupayakan secara optimal. Variabel yang digunakan didasarkan pada faktor manusia, sistem pemeliharaan, dan komunikasi, variabel pada sistem manajemen adalah : 1. Pemeriksaan dan pemeliharaan 2. Pembinaan dan pelatihan 3. Rencana keadaan darurat Fire Emergency Plan 4. Pekerjaan kerumahtanggaan Fire Safe Housekeeping Setelah penilaian kondisi bangunan dilakukan, selanjutnya dapat memberikan rekomendasi untuk melakukan sistem perbaikanrehab guna mendapatkan keandalan bangunan yang baik. 3.2.4.Langkah Penelitian