Pemeriksaan Pencegahan Kebakaran pada Bangunan

commit to user 24 Perbedaan dan persamaan sistem pemeriksaan antara Puslitbang PU dengan peneliti dapat dilihat pada Tabel 2.6 Tabel 2.6 Perbedaan Pemeriksaan pencegahan kebakaran Puslitbang PU dan peneliti No Uraian Puslibang PU Peneliti 1 2 3 4 5 § Dasar pencegahan kebakaran § Sistem Proteksi Kebakaran § Pembobotan Sub sistem § Penilaian § Batasan Penilaian § Kepmen PU No:10KPTS2002 § Kepmen PU No:11KPTS2002 § Kelengkapan Tapak, Sarana Penyelamatan, Sistem Proteksi Pasif dan Aktif level pertama § Pada keempat sistem. Level pertama § Pada Level kedua § Belum ada batasan yang pasti dalam menentukan tingkat keandalan § Kepmen PU No:10KPTS2002 § Kepmen PU No:11KPTS2002 § Kelengkapan Tapak, Sarana Penyelamatan, Sistem Proteksi Pasi fdan Aktif serta manajemen level pertama § Hanya pada sistem manajemen pencegahan kebakaran § Pada Level ketiga § Pada Level terbawah harus memberikan penilaian untuk memberikan penilaian yang pasti. 2.2.6. Penilaian Sistem Pencegahan Kebakaran pada Bangunan Keselamatan bangunan merupakan kriteria yang harus dipenuhi oleh sebuah bangunan karena selain berpengaruh terhadap keamanan bangunan itu sendiri juga menyangkut jiwa pengguna bangunan dan lingkungannya. Keandalan bangunan dalam pencegahan kebakaran tersebut memiliki hirarki berdasarkan tingkat pengaruhnya terhadap kelangsungan dan kualitas bangunan beserta kemampuannya dalam memberi pencegahan kebakaran bagi penggunanya. Untuk melakukan penentuan skala prioritas pada sistem pencegahan kebakaran maka dibuat skoring berdasarkan tujuan dari tindakan terhadap keamanan dan keselamatan Frick dkk,2008,161 dibagi menjadi tiga yaitu : 1. Pencegahan kebakaran dengan mengurangi kemungkinan terjadinya kebakaran 2. Pembatasan kebakaran dengan mengurangi luas kebakaran 3. Pemadam kebakaran dengan mengamankan manusia, binatang maupun gedungbarang dari bahaya kebakaran. Berdasarkan tujuan pencegahan kebakaran, maka disusun sistem pencegahan kebakaran pada bangunan. Pembuatan urutan prioritas pencegahan kebakaran didasarkan pada kelima sistem yaitu kelengkapan tapak, sarana penyelamatan, sistem proteksi pasif, commit to user 25 sistem proteksi aktif dan manajemen pencegahan kebakaran didasarkan pada ketiga aspek tersebut diatas.

2.2.7. Perhitungan Pembobotan Sistem Pencegahan Kebakaran pada Bangunan

Perhitungan pembobotan didapat dengan melakukan penilaian sistem pencegahan kebakaran terhadap yang telah ditentukan. Bobot total didapat dengan menjumlahkan hasil penilaian terhadap semua kriteria yang ada. seperti terlihat pada Gambar 2.6 Gambar 2.6 Bagan Perbandingan Kriteria pada sistem pencegahan kebakaran Persamaan yang digunakan untuk menghitung bobot masing-masing sistem pencegahan kebakaran mengacu kepada metode yang dikembangkan oleh Sibali 2009, yaitu : BT = nK 1 + nK 2 + nK 3 +………………………+ n n K n 2.1 Atau dapat dituliskan : BT = ∑ ஦2. Ί w 2.2 dengan : BT = Bobot Total Sistem Pencegahan kebakaran pada bangunan nK n = Bobot Kriteria ke n, n = Banyaknya Kriteria.

2.2.8. Metode Analytical Hierarchy Proccess AHP

Untuk membantu pengambilan keputusan dalam pembobotan sistem pencegahan kebakaran dan pada sub sistem manajemen pencegahan kebakaran, menggunakan metode Analytical Hierarchy Process AHP yang merupakan salah satu metode untuk menginterpretasikan data-data kualitatif ke data kuantitatif, tidak bias, dan lebih objektif. AHP dianggap sebagai metode yang tepat untuk menentukan suatu pilihan dari berbagai Bobot Sistem Pencegahan Kebakaran pada Bangunan Kriteria 1 Bobot = n 1 Kriteria 2 Bobot = n 2 Kriteria ke-n Bobot = n 3 commit to user 26 kriteria. Metoda ini digunakan untuk mendapatkan skala perbandingan atau pembobotan dengan perbandingan pasangan yang diskret maupun kontinyu. AHP memiliki perhatian khusus tentang penyimpangan dari konsistensi, pengukuran dan ketergantungan di dalam dan di antara kelompok elemen struktur Saaty, 1991. Model pengambilan keputusan dengan metoda AHP pada prinsipnya menutupi semua kekurangan dari model-model sebelumnya. Kelebihan AHP dibandingkan dengan yang lainnya : 1. Memiliki hirarki struktur, dar hirarki yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling bawah. 2. Validitas dihitung sampai dengan toleransi inkonsistensi. 3. Memperhitungkan ketahanan analisis sensitivitas pengambilan keputusan. AHP mempunyai kemampuan untuk memecah masalah yang multiobjektif dan multikreteria yang berdasar pada perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hirarki. Langkah dalam AHP sebagai berikut : 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi. 2. Membuat struktur hirarki, dilanjutkan dengan sub kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif. 3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan konstribusi relative atau pengaruh setiap elemen terhadap tiap-tiap tujuan berdasarkan “ judgement “ dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan dengan elemen yang lainnya. 4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgement seluruhnya sebanyak : n x n-12 buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang diperbandingkan. 5. Menghitung nilai eigen untuk menguji konsistensinya , jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi. commit to user 27 level 1 Tujuan level 2 Kriteria level 3 Alternatif` Gambar 2.7 Struktur Hirarki dalam Metode AHP Saaty, 1980 telah menetapkan suatu skala untuk penilaian, penilaian dengan angka dari 1 sampai dengan 9 untuk menilai perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen terhadap elemen lain, sebagaimana dalam Tabel 2.7 : Tabel 2.7 Nilai Perbandingan Tingkat Kepentingan Elemen Intensitas Kepentingan Keterangan Penjumlahan 1 Kedua elemen sama penting Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya 5 Elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang lainnya Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya. 7 Satu elemen lebih mutlak penting daripada elemen yang lainnya Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek 9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen yang lainnya Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan Nilai ini diberikan bila ada kompromi diantara dua nilai pilihan Kebalikan Jika untuk satu aktivitas I mendapat satu angka dibanding dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i Sumber : Saaty, 1980 Tujuan Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 4 Kriteria 3 Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Alternatif 4 commit to user 28 2.2.8.1 Perhitungan Bobot Elemen Perhitungan bobot elemen pada metode AHP menggunakan matriks perbandingan berpasangan, Perbandingan berpasangan dilakukan dari hirarki yang paling tinggi, dimana kriteria digunakan sebagai dasar pembuatan perbandingan. Misalkan, dalam suatu tujuan utama terdapat kriteria A 1 , A 2 ,………….,A n , maka hasil perbandingan secara berpasangan akan membentuk matriks seperti dibawah ini: Gambar 2.8 Matriks perbandingan Preferensi Matriks An x n merupakan matriks respirokal, dan diasumsikan terdapat n elemen, yaitu w 1 ,w 2 , ………, w n yang akan dinilai secara perbandingan. Nilai perbandingan secara berpasangan antara w 1 ,w 2 dapat dipresentasikan seperti matriks tersebut. Ůw Ů = a i,j ; i.j = 1,2,……..n. 2.3 Unsur-unsur matriks tersebut diperoleh dengan membandingkan satu elemen operasi terhadap elemen operasi lainnya untuk satu tingkat hirarki yang sama. Sehingga bisa didapat a 11 adalah perbandingan kepentingan elemen operasi A 1 dengan A 1 sendiri, sedangkan a 12 adalah perbandingan kepentingan elemen operasi A 1 dengan A 2 dan besarnya a 21 adalah 1 a 12 , yang menyatakan tingkat intensitas kepentingan elemen operasi A 2 terhadap elemen operasi A 1 . A1 A2 A …. An A1 a11 a12 ……. a1n A2 a21 a22 ……. a2n ……. ……. ……. ……. ……. An an1 an2 ……. ann