Dasar Hukum Di Tingkat Nasional

3. Dasar Hukum Di Tingkat Nasional

Dasar hukum pelaksanaan peran serta masyarakat dalam penataan ruang adalah UU Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang Pasal 4, 5, dan 6, dan sebelumnya telah muncul dalam konteks lain melalui UU Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup yang pada saat ini telah disempurnakan dan diperbaharui dengan UU No. 23 Tahun 1997 yang paling terkait pada Bab III mengenai Hak, Kewajiban, dan Peran Masyarakat. Khusus dalam penataan ruang danatau lingkungan, UU No. 4 Tahun 1982 kembali memunculkan keterlibatanperan serta aktif masyarakat dalam bentuk hak dan kewajiban setiap orang dalam penataan lingkungan danatau ruang setelah SVO 1948. Berangkat dari ketentuan tersebut, otoritas pemerintah dibatasi secara prosedural dengan kewajiban mengikutsertakan masyarakat, baik orang-perorang maupun badan hukum, dalam perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian lingkungan danatau ruang. Mengingat UU Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai acuan dasar dari UU Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, ketentuan hak dan kewajiban masyarakat menjadi jiwa UU Penataan Ruang. Beberapa ketentuan penting yang ada pada UU No. 23 Tahun 1997 Penataan Ruang sebagai penyempurnaan dari ketentuan pada Irwansyah Ritonga : Analisis Hukum Terhadap Pengelolaan Tata Ruang Di Wilayah Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu, 2009 Pasal 5, 6, dan 7 UU No. 4 Tahun 1982 dan terkait dengan aspek peran serta masyarakat adalah sebagai berikut. Pasal 5 UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, menyebutkan: 1 Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat; 2 Setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup; 3 Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 6 UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, menyebutkan: 1 Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup; 2 Setiap orang yang melakukan usaha danatau kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup. Irwansyah Ritonga : Analisis Hukum Terhadap Pengelolaan Tata Ruang Di Wilayah Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu, 2009 Pasal 7 UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, menyebutkan: 1 Masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dan seluas- luasnya untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup; 2 Pelaksanaan ketentuan pada ayat 1 di atas, dilakukan dengan cara: a Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan; b Menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat; c Menumbuhkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk melakukan pengawasan sosial; d Memberikan saran pendapat; e Menyampaikan informasi danatau menyampaikan laporan. Peran serta masyarakat dalam penataan ruang seperti yang diamanatkan UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang ditindaklanjuti dengan turunnya Peraturan Pemerintah PP Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang Peraturan Pemerintah tersebut telah ditindaklanjuti dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Permendagri Nomor 9 Tahun 1998 Irwansyah Ritonga : Analisis Hukum Terhadap Pengelolaan Tata Ruang Di Wilayah Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu, 2009 tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah sebagai pelaksanaan Pasal 24 dan 27 Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996. Pengertian “peran serta masyarakat” menurut PP Nomor 69 Tahun 1996 Bab I Pasal 1 butir 1 lebih diarahkan untuk “peran serta bebas”, dan lebih tegas lagi “peran serta spontan” karena ditekankan pada berbagai kegiatan masyarakat, yang timbul atas kehendak dan keinginan sendiri masyarakat, untuk berminat dan bergerak dalam penyelenggaraan penataan ruang. Sebagai konsekuensi, pemerintah berkewajiban untuk menampung kehendak dan keinginan berperan serta masyarakat tersebut sejak rencana tata ruang disusun. Sebagian besar isi pasal tersebut di atas merupakan proses “pembantuan masyarakat kepada penataan ruang” dan “penyuluhan penataan ruang kepada masyarakat”. Dalam perencanaan misalnya, bentuk peran serta masyarakat yang diindikasikan dalam PP tersebut di antaranya pasal-pasal di Bab III dari PP 69 Tahun 1996: a Pemberian masukan dalam penentuan arah pengembangan; b Pengidentifikasian berbagai potensi dan masalah pembangunan; c Pemberian masukan dalam perumusan rencana tata ruang; d Pemberian informasi, saran pertimbangan, atau pendapat dalam penyusunan strategi dan arah kebijaksanaan pemanfaatan ruang; Irwansyah Ritonga : Analisis Hukum Terhadap Pengelolaan Tata Ruang Di Wilayah Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu, 2009 e Pengajuan keberatan terhadap rancangan rencana; f Kerja sama dalam penelitian dan pengembangan; g Bantuan tenaga ahli. Khusus dalam penyusunan rencana rinci tata ruang kawasan seperti yang akan dilakukan dalam konteks penyusunan Rencana Detail Pasal 18 adalah: a Pemberian kejelasan hak atas ruang kawasan; b Pemberian informasi, saran, pertimbangan, atau pendapat dalam penyusunan rencana pemanfaatan ruang; c Pemberian tanggapan terhadap rancangan rencana rinci tata ruang kawasan; d Kerja sama dalam penelitian dan pengembangan; e Bantuan tenaga ahli; danatau f Bantuan dana. Sementara itu, dalam Peraturan Pemerintah disebutkan bahwa instansi yang berwenang menyelenggarakan pembinaan untuk menumbuhkan serta mengembangkan kesadaran, memberdayakan, dan meningkatkan tanggung jawab masyarakat dalam penataan ruang; bertugas, dan berfungsi Pasal 30 ayat 4, untuk: a Memberikan dan menyelenggarakan penyuluhan, bimbingan, dorongan, pengayoman, pelayanan, bantuan teknik, batuan hukum, pendidikan, danatau pelatihan; Irwansyah Ritonga : Analisis Hukum Terhadap Pengelolaan Tata Ruang Di Wilayah Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu, 2009 b Menyebarluaskan semua informasi mengenai proses penataan ruang kepada masyarakat secara terbuka; c Mengumumkan dan menyebarluaskan rencana tata ruang kepada masyarakat; d Menghormati hak yang dimiliki masyarakat; e Memberikan penggantian yang layak kepada masyarakat atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang; f Melindungi hak masyarakat untuk berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, menikmati pemanfaatan ruang yang berkualitas dan pertambahan nilai ruang akibat rencana tata ruang yang ditetapkan serta dalam menaati rencana tata ruang; g Memerhatikan dan menindaklanjuti saran, usul, atau keberatan dari masyarakat dalam rangka peningkatan mutu penataan ruang. Sebagian besar isi Peraturan Pemerintah mengatur proses; pembantuan masyarakat kepada penataan ruang; dan penyuluhan penataan ruang kepada masyarakat. Oleh karena itu, dalam hal peran sertanya, masyarakat ditempatkan sebagai pihak yang dikonsultasi oleh pemerintah. Dalam versi PP Nomor 69 Tahun 1996, kerja sama yang dimaksudkan adalah kerja sama antara masyarakat dan semua pihak yang terkait dalam proses perencanaan tata ruang wilayah. Irwansyah Ritonga : Analisis Hukum Terhadap Pengelolaan Tata Ruang Di Wilayah Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu, 2009 Kemudian, tata cara dan forum danatau wadah formal untuk pelaksanaan proses serta prosedur peran serta masyarakat ini secara khusus diatur dalam Permendagri Nomor 9 Tahun 1998, yang mencakup tahapan perencanaan tata ruang yang dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu: a Persiapan; b Penentuan arah pengembangan; c Identifikasi potensi dan masalah pembangunan; d Perumusan perencanaan tata ruang; e Penetapan rencana tata ruang.

4. Dasar Hukum Di Tingkat Daerah