Konsepsi Peran Serta Masyarakat

b Perencanaan sebagai policy analysis. Dalam sistem ini, pemerintah bersama stakeholders memutuskan permasalahan dan menyusun alternatif kebijakan. Sifat perencanaan ini: decentralized, with people, scientific, dan dengan politik terbuka. c Perencanaan sebagai social learning. Dalam sistem ini pemerintah bertindak sebagai fasilitator. Sifat perencanaan: learning by doing, decentralized, by people, bottom-up, dan dengan politik terbuka. d Perencanaan sebagai social transformation. Perencanaan ini merupakan kristalisasi politik yang didasarkan pada ideologi ‘kolektivisme komunitarian’. 92 Model-model perencanaan sebelumnya dapat diparalelkan dengan klarifikasi sistem perencanaan menurut kelembagaan ini. Model synoptic misalnya dapat dikategorikan perencanaan sebagai sosial reform. Sementara itu, transactive planning dikategorikan perencanaan sebagai social learning, dan radical planning dalam kategori perencanaan sebagai social transformation.

2. Konsepsi Peran Serta Masyarakat

Beberapa konsep pokok yang digunakan dalam penyusunan konsep prosedur peran serta masyarakat meliputi: peran serta 92 Hasni, Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan Tanah Dalam Konteks UUPA-UUPR- UUPLH, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008, Hal. 107. Irwansyah Ritonga : Analisis Hukum Terhadap Pengelolaan Tata Ruang Di Wilayah Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu, 2009 masyarakat, stakeholders dalam perencanaan tata ruang kota, kepentingan umum public interest, dan good governance.

a. Peran Serta Masyarakat

Menurut Kamus Tata Ruang 93 , peran serta masyarakat diartikan: berbagai kegiatan orang seorang, kelompok atau badan hukum yang timbul atas kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat, untuk berminat dan bergerak dalam penyelenggaraan penataan ruang. Pengertian ini sama dengan yang tertera dalam UU Nomor 24 Tahun 1992 dan PP Nomor 69 Tahun 1996. Di Eropa istilah peran serta masyarakat lebih populer dengan istilah public participation, sedangkan di Amerika Serikat disebut citizen participation, namun keduanya mengandung makna yang sama, yaitu sebagai proses yang memberikan peluang bagi masyarakat citizens untuk mempengaruhi keputusan-keputusan publik public decisions 94 .

b. Stakeholders Dalam Penataan Ruang Kota

Pengertian masyarakat dalam konteks penataan ruang kota sangat luas sehingga sulit untuk melibatkannya secara keseluruhan. Oleh karena itu, muncul apa yang disebut dengan stakeholders. Pengertian stakeholders mengarah kepada konsep kepemilikan 93 Kamus Tata Ruang Ditjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum bekerja sama dengan IAP, edisi pertama, 1998, hal. 79. 94 Yeung and Mc Gee, Lihat www.indoskripsi.co.id, Diakses tanggal 2 Februari 2009. Irwansyah Ritonga : Analisis Hukum Terhadap Pengelolaan Tata Ruang Di Wilayah Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu, 2009 ownership, tetapi dengan perluasan kepada mereka yang terpengaruh oleh suatu tindakanusaha sehingga dianggap mempunyai hak untuk dikonsultasi, menyatakan pendapatnya, dan secara umum supaya kepeduliannya concern diperlakukan secara sungguh-sungguh. Dalam proses, mereka yang berkepentingan atas suatu tindakan akan terseleksi secara alamiah. 95 Secara sederhana, mereka yang berkepentingan di dalam penataan ruang wilayah kota, dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu antara lain: 96 1 Kelompok pertama, yaitu kelompok dominan atas kegiatan ekonomi dan pencari untung. Kelompok ini terdiri atas para developers, pemerintah daerah yang berkepentingan dengan retribusi perizinan, tuan tanah, organisasi keuangan bank, asuransi, yayasan dana pensiun, dan lain-lain, dan spekulen tanah. 2 Kelompok kedua, yaitu peserta kelembagaan, terdiri atas serikat pekerja, buruh, dan lain-lain, organisasi dan yayasan sosial nirlaba, kelompok agama, LSM, orsosormas. 3 Kelompok ketiga, yaitu masyarakat secara luas, yang berhubung tidak mungkin melibatkan semuanya dalam suatu proses. 95 Heru Purboyo, Lihat www.indoskripsi.co.id, Diakses tanggal 2 Februari 2009, Ibid. 96 Johnson, Lihat www.indoskripsi.co.id, Diakses tanggal 2 Februari 2009, Ibid. Irwansyah Ritonga : Analisis Hukum Terhadap Pengelolaan Tata Ruang Di Wilayah Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu, 2009 Syahrul mengemukakan istilah “Pilar Pengelola Ruang”, yang dulu terdiri atas tiga pilar pemerintah-investor-DPRDmasyarakat, kemudian berkembang menjadi lima eksekutif-DPRD-LSMPers- investor-masyarakat, dan pada masa yang akan datang peran serta masyarakat semakin meningkat dengan keikutsertaan kelompok- kelompok yang ada dalam masyarakat seperti ormas, pers, PSM, dan sebagainya membentuk enam pilar yaitu eksekutif-DPRD- LSMOrmas-Asosiasi Lokal-Pers-Investor.

c. Kepentingan Umum

Public Interest Public participation terkait erat dengan konsep public interest. Konseptualisasi public interest membawa implikasi tertentu dalam praktik perencanaan dan menjadi pertimbangan bagi public planning untuk berupaya memperbaiki hal-hal yang menjadi kepentingan publik. Dengan demikian, para perencana planners harus peduli untuk membantu mengarahkan agar urban decision making merefleksikan nilai-nilai komunitas community values melalui rational planning, dengan asumsi bahwa public interest merupakan sesuatu yang terlambat dapat diidentifikasi 97 . Public interest mencakup public goods dan public policy. 97 Oosthuizen, Lihat www.indoskripsi.co.id, Diakses tanggal 2 Februari 2009, Ibid. Irwansyah Ritonga : Analisis Hukum Terhadap Pengelolaan Tata Ruang Di Wilayah Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu, 2009

3. Dasar Hukum Di Tingkat Nasional