BAB II PENERAPAN SISTEM PEMBALIKAN BEBAN PEMBUKTIAN
DALAM KERANGKA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI
A. Pengertian Sistem Pembuktian
Sistem berasal dari istilah Systema bahasa Yunani, yang berarti sesuatu yang terorganisasi, suatu keseluruhan kompleks. Dengan demikian tidak perlu
dipertentangkan antara sistem dan sub sistem, sebab sub sistem adalah bagian dari suatu sistem. Jadi, sistem mengandung arti terhimpunnya bagian atau
komponen yang saling berhubungan secara beraturan dan merupakan suatu kasatuan.
35
Mengacu pada pengertian tersebut, maka sistem hukum pembuktian dapat diartikan sebagai suatu keseluruhan dari unsur-unsur hukum pembuktian
yang berkaitan dan berhubungan satu dengan lainnya serta saling mempengaruhi dalam suatu kesatuan.
Dalam pemeriksaan perkara pidana korupsi, Hakim mempunyai kewajiban menerapkan hal-hal yang berkaitan dengan hukum pembuktian dan
alat-alat bukti Pasal 183 sampai dengan Pasal 232 KUHAP guna memperoleh kebenaran materiil, terhadap :
35
A. S Hornby, The New Webster International Dictionary, Oxford : 1980, hal. 877.
Andy Faisal : Analisis yuridis terhadap undang-undang no. 20 tahun 2001 tentang pembalikan beban pembuktian dalam kerangka Optimalisasi pemberantasan tindak pidana korupsi, 2008.
USU Repository©2008
a. Perbuatan manakah yang dapat dianggap terbukti.
b. Apakah telah terbukti, bahwa terdakwa bersalah atas perbuatan yang
didakwakan kepadanya. c.
Delik apa yang dilakukan sehubungan dengan perbuatan terdakwa tersebut. d.
Pidana apa yang harus dijatuhkan kepada terdakwa. Mengkaji keempat persoalan ini bukan pekerjaan yang mudah, jika hendak
memperoleh kebenaran materiil. Menurut Wiryono Prodjodikoro, kebenaran itu biasanya hanya mengenai keadaan-keadaan tertentu pada masa yang sudah lampau.
Oleh karena itu kebenaran atas keadaan pada masa lampau, sukar bagi Hakim untuk menyatakan kebenarannya, tidak dapat mungkin dicapai. Maka hukum acara pidana
hanya dapat menunjukkan jalan berupaya guna mendekati sebanyak mungkin persesuaian antara keyakinan Hakim dan kebenaran sejati de materiele waarheid.
36
Menelusuri kebenaran sejati sangat luas aspeknya, oleh karena dalam KUHAP ada beberapa tahapan dalam mencari kebenaran sejati, yakni melalui penyelidikan,
penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan persidangan.
36
Martiman Prodjohamidjojo, Pembahasan Hukum Acara Pidana Dalam Teori dan Praktek, Jakarta : Pradnyaparaminta, 1988, hal. 133.
Andy Faisal : Analisis yuridis terhadap undang-undang no. 20 tahun 2001 tentang pembalikan beban pembuktian dalam kerangka Optimalisasi pemberantasan tindak pidana korupsi, 2008.
USU Repository©2008
B. Teori Pembuktian