Sebagai sebuah penelitian ilmiah, maka rangkaian kegiatan penelitian dimulai dari pengumpulan data sampai pada analisis data dilakukan dengan memperhatikan
kaidah-kaidah penelitian ilmiah, sebagai berikut :
1. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriftif analitis. Dengan demikian dalam penelitian ini tidak hanya ditujukan untuk mendeskripsikan gejala-gejala atau fenomena-fenomena
hukum yang terkait dengan pembalikan beban pembuktian yang bersifat terbatas dan berimbang dalam kerangka optimalisasi pemberantasan tindak pidana korupsi,
akan tetapi lebih ditujukan untuk menganalisis fenomena-fenomena hukum tersebut dan kemudian mendeskripsikannya secara sistimatis sesuai dengan kaidah-kaidah
penelitian.
2. Metode Pendekatan
Sesuai dengan karakteristik perumusan masalah yang ditujukan untuk menganalisis kaidah-kaidah hukum tentang sistem pembalikan beban pembuktian
yang bersifat terbatas dan berimbang dalam kerangka optimalisasi pemberantasan tindak pidana korupsi maka jenis penelitian ini tergolong pada penelitian yuridis
normatif yang diperluas. Dalam penelitian ini, hukum dipandang sebagai kaidah atau norma yang bersifat otonom dan bukan sebagai sebuah fenomena sosial. Oleh karena
itu, penelitian ini menjadikan kaidah hukum sebagai hasil penelitian.
Andy Faisal : Analisis yuridis terhadap undang-undang no. 20 tahun 2001 tentang pembalikan beban pembuktian dalam kerangka Optimalisasi pemberantasan tindak pidana korupsi, 2008.
USU Repository©2008
Metode penelitian hukum normatif adalah penelitian yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan
putusan pengadilan. Ronald Dworkin menyebut metode penelitan tersebut juga sebagai penelitian doktrinal doctrinal research, yaitu suatu penelitian yang
menganalisis baik hukum sebagai law as it written in the book, maupun hukum sebagai law as it decided by the judge through judical process.
33
Dalam penelitian ini, selain untuk mengumpulkan dan menganalisis data tentang kecukupan kaidah-kaidah hukum dalam Hukum Pidana Khusus,
34
maka akan ditinjau pula tentang keserasian kaidah-kaidah hukum dalam Hukum Pidana
Khusus tersebut dengan Undang-undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Undang-undang No. 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas
Undang-undang No. 31 Tahun 1999 dan peraturan lainnya yang terkait dalam penelitian ini.
33
Bismar Nasution, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum, disampaikan pada dialog Interaktif Tentang Penelitian Hukum dan Hasil Penelitian Hukum pada
Majalah Akreditasi, Fakultas Hukum USU, tanggal 18 Pebruari 2003, hal. 2.
34
Loebby Loqman mengatakan dari sejak dirancangnya Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi disadari bahwa Undang-undang tersebut merupakan Undang-undang hukum
pidana khusus. Yaitu Undang-undang hukum pidana yang sekaligus mengatur substansi maupun hukum acara pidana di luar Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP dan Kitab Undang-undang
Hukum Acara Pidana KUHAP. Sebagai Undang-undang Hukum Pidana khusus di bidang korupsi, Undang-undang tersebut dapat dianggap sebagai pendamping peraturan perundang-undangan yang
ada, yakni ketentuan yang terdapat di dalarn KUHP. Karena dianggap ketentuan yang ada kurang dapat melakukan pemberantasan korupsi dengan seksama, cepat dan effisien, Dapat dilihat dalam
Loebby Loqman, Laporan Akhir Penelitian Ilmiah Masalah Tindak Pidana Korupsi di Indonesia, Jakarta : Departemen Kehakiman RI Badan Pembinaan Hukum Nasional, 19981999, hal. 6.
Andy Faisal : Analisis yuridis terhadap undang-undang no. 20 tahun 2001 tentang pembalikan beban pembuktian dalam kerangka Optimalisasi pemberantasan tindak pidana korupsi, 2008.
USU Repository©2008
3. Sumber Data