Menurut UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Muhammad Ansori Lubis : Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Tindak Kekerasan yang Dilakukan..., 2007 USU e-Repository © 2008 2. dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun, barangsiapa yang dengan sengaja, diluar hal-hal yang tersebut pada ayat 1, menyebabkan atau memudahkan perbuatan cabul dengan orang lain yang dikerjakan oleh orang belum dewasa yang diketahuinya atau patut disangkanya, bahwa ia ada belum dewasa.

q. Pasal 297 KUHP menentukan:

Memperniagaan perempuan dan memperniagakan laki-laki yang belum dewasa, dihukum penjara selama-lamanya enam tahun.

r. Pasal 305 KUHP menentukan:

Barangsiapa menaruh anak yang dibawah umur tujuh tahun disuatu tempat supaya dipungut oleh orang lain, atau dengan maksud akan terbebas dari pada pemeliharaan anak itu, meninggalkannya, dihukum penjara sebanyak-banyaknya lima tahun enam bulan.

s. Pasal 308 KUHP menentukan:

Kalau Ibu menaruh anaknya disuatu tempat supaya dipungut oleh orang lain tidak beberapa lama sesudah anak itu dilahirkan oleh karena takut akan diketahui orang ia melahirkan anak atau dengan maksud akan terbebas dari pemeliharaan anak itu, meninggalkannya, maka hukuman maksimum yang tersebut dalam Pasal 305 dan 306 dikurangi sehingga seperduanya.

2. Menurut UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Selama lima tahun terakhir Indonesia bergerak cepat dalam upayanya memaktubkan hak asasi manusia dalam undang-undang. Maka salah satu langkah yang Muhammad Ansori Lubis : Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Tindak Kekerasan yang Dilakukan..., 2007 USU e-Repository © 2008 terpenting yang ditempuhnya adalah mengadopsi Undang-undang Perlindungan Anak. Undang-undang yang baru ini merupakan alat yang ampuh dalam melaksanakan Konvensi Hak Anak KHA di Indonesia. Di dalamnya diatur hak-hak dasar anak untuk memperoleh identitas, kebebasan, pendidikan, layanan kesehatan, hiburan dan perlindungan. Undang-undang ini merupakan kerangka kerja utama dan sangat bermanfaat dalam hal memberikan perlindungan kepada anak-anak yang paling rentan, termasuk anak-anak yang masih dieksploitasi dari segi ekonomi dan secara seksual, anak-anak yang diperdagangkan, anak-anak yang bermasalah dengan hukum, anak- anak yang menjadi korban kekerasan dan penganiayaan, anak-anak yang berada dalam situasi konflik, anak-anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak-anak yang diabaikan atau anak-anak yang di terlantarkan dan cacat. Pembuatan Undang-Undang No.23 Tahun 2002 di atas dilatarbelakangi oleh peratifikasian Konvensi Hak Anak oleh Indonesia pada tahun 1990 setelah konvensi ini diadopsi oleh Majelis Umum PBB guna mengatur masalah hak dan kebutuhan khusus anak-anak. Pasal 1 butir 1 intervensi UU No. 23 Tahun 2002, menyebutkan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 delapan belas tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Pasal ini mempunyai cakupan yang sangat luas. Hukum harus dilaksanakan dan ditegakkan. Setiap orang mengharapkan dapat diterapkannya hukum dalam hal terjadi peristiwa konkrit. Dalam menegakkan hukum ada 3 tiga unsur yang selalu harus diperhatikan, yaitu: kepastian hukum Rechtzekerheit, kemanfaatan Zweckmassigkeit dan keadilan Gerechtigheit. Muhammad Ansori Lubis : Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Tindak Kekerasan yang Dilakukan..., 2007 USU e-Repository © 2008 Bagaimana hukumnya itulah yang harus berlaku. Hal ini diperlukan untuk tercapainya kepastian hukum. Sudikno Mertokusumo menilai kepastian hukum merupakan perlindungan yustisiabel terhadap tindakan sewenang-wenang, yang berarti bahwa seseorang akan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu. 57 Kepastian hukum yang menjadi harapan masyarakat menjadi hal yang sangat penting dalam hukum itu sendiri. Hal ini dikarenakan sekaligus apapun isi pasal-pasal yang terdapat dalam suatu peraturan hukum, menjadi tidak berarti apa-apa jika tidak dapat memberikan kepastian hukum dalam pelaksanaannya. Dalam penegakan hukum harus ada kompromi antara ketiga unsur tersebut. Ketiga unsur tersebut harus mendapat perhatian secara proporsional seimbang. Tetapi dalam praktek tidak selalu mudah mengusahakan kompromi secara proporsional seimbang antara ketiga unsur tersebut. Perlindungan hukum terhadap anak juga dapat dilihat dalam UU No. 23 Tahun 2002 adalah sebagai berikut :

1. Pasal 59 UU No. 23 Tahun 2002 menentukan :