Hasil Penelitian Pemerintah Indonesia

Muhammad Ansori Lubis : Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Tindak Kekerasan yang Dilakukan..., 2007 USU e-Repository © 2008 Kurangnya pranata yang memperhatikan kesejahteraan juga adalah kondisi yang memungkinkan berlangsungnya kekerasan pada anak. Anak yang mengalami kekerasan tidak tau mau kemana untuk meminta perlindungan. Bertambahnya pranata dan lembaga yang memperhatikan anak akan mengurangi terjadinya kekerasan pada anak ini adalah logika yang pasti. 5. Masih ada pandangan tradisional yang kurang menguntungkan anak. Berbagai pandang tradisional yang masih dipegang oleh sebagian masyarakat di Indonesia juga menyebabkan anak seringkali mengalami kekerasan budaya-budaya tertentu yang masih melegitimasi perlakuan kekerasan pada anak yang sangat merugikan anak. Dan seharusnya secara perlahan harus dihilangkan. 6. Adanya kondisi keluarga yang menyebabkan anak menjadi terlantar nasibnya. Kondisi-kondisi tertentu yang dihadapi keluarga ekonomi, keharmonisan dan lain- lain juga memungkinkan anak mengalami kekerasan, baik sebagai pelampiasan stress ataupun melalui memperkerjakan anak secara paksa dan pemberian hukuman terhadap anak yang terlampau keras karena emosi.

B. Hasil Penelitian Pemerintah Indonesia

Sebuah laporan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia bekerjasama dengan organisasi-organisasi non pemerintah yang bergerak di bidang perlindungan anak, sebagai pelaksanaan kewajiban negara meratifikasi Konvensi Hak Anak, untuk memberikan laporan kemajuan implementasi dari KHA pada situasi terkini mengenai perlindungan anak di Indonesia yang ditandatangani oleh Menteri Koordinator Bidang Muhammad Ansori Lubis : Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Tindak Kekerasan yang Dilakukan..., 2007 USU e-Repository © 2008 Kesejahteraan MasyarakatMenko Kesra, tanggal 24 Januari 2002. Bagian V huruf J, memuat mengenai Abuse dan Neglect menurut Pasal 19 Konvensi Hak Anak : 1. Laporan yang dibuat oleh Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia, menunjukkan bahwa jumlah kasus kekerasan pada anak meningkat, dari 172 kasus pada tahun 1994, 421 kasus pada tahun 1995, dan 476 kasus pada tahun 1996. 2. Dalam kasus kekerasan pada anak di rumah, pola pikir tradisional yang kuat, yang masih terus berlangsung menyatakan bahwa masalah yang berhubungan dengan seorang anak adalah urusan internal keluarga, dan jika orang tua atau orang lain dalam keluarga melakukan kekerasan, intervensi dirasakan tidak dibutuhkan. Hal ini menjadi penghalang tersendiri dalam hukum perlindungan anak. 3. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya kekerasan terhadap anak adalah kondisi sosial dan budaya dalam suatu masyarakat tertentu. Kekerasan dalam keluarga, secara umum, dipengaruhi oleh stereotipe gender yang menyatakan bahwa anak laki-laki harus sanggup menghadapi ujian, dan oleh pola pikir orang tua yang menyatakan bahwa orang tua mempunyai kewenangan mutlak atas anak- anak mereka, oleh karena itu anak-anak harus mematuhi orang tua mereka. Budaya tersebut juga berpengaruh disekolah bahwa anak-anak harus mematuhi peraturan- peraturan sekolah kalau tidak dipatuhi dilakukan kekerasan. 4. Faktor lain yang memberikan kontribusi atas terjadinya kekerasan didalam rumah tangga adalah perjudian, penghasilan yang tidak cukup, dan seorang suami yang berselingkuh. Muhammad Ansori Lubis : Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Tindak Kekerasan yang Dilakukan..., 2007 USU e-Repository © 2008 5. Berdasarkan hukum pidana Indonesia, beberapa bentuk dari kekerasan, termasuk penghinaan yang disengaja, cedera dan kekerasan, adalah sesuatu yang dilarang. Tetapi larangan ini tidak secara eksplisit ditujukan untuk melindungi anak. Dan juga ruang lingkup perlindungannya terbatas pada tempat umum, kecuali mengenai kekerasan seksual. 6. Lingkungan domestik dan perluasan lingkungan domestik lingkungan sekolah misalnya dan institusi-institusi pidana, berada diluar jangkauan perlindungan yang diberikan oleh hukum pidana. Khusus mengenai kekerasan oleh orang tua tidak ada prosedur pengaduan yang dikembangkan. 7. Perlindungan hukum yang lebih jauh yang diberikan oleh Undang-undang Kesejahteraan Anak Tahun 1979 dan Undang-undang Perkawinan Tahun 1974, tetapi terhadap kedua undang-undang tersebut terdapat banyak kritik yang diberikan karena tidak mencantumkan ketentuan pidana, dan lagi pula tidak efektif. Undang–undang Kesejahteraan Anak mengatur bahwa orang tua yang mengabaikan kewajiban mereka terhadap seorang anak, dapat dicabut hak pengasuhannya. Hal yang sama juga diatur dalam Undang-undang Perkawinan Pasal 49. Permasalahan mengenai masalah kekerasan pada anak, baru mulai akhir-akhir ini menjadi perhatian di Indonesia. Hasil penelitian yang dilakukan oleh UGM dan UNICEF diharapkan dapat membantu Negara dalam mengambil langkah-langkah stategik yang relevan sesuai dengan kewajiban dalam Pasal 19 kekerasan domestik dan Pasal 39 pemulihan kewajiban anak. Muhammad Ansori Lubis : Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Tindak Kekerasan yang Dilakukan..., 2007 USU e-Repository © 2008 UNICEF dan Lembaga Perlindungan Anak sebuah lembaga independent kerjasama antara pemerintah dan masyarakat memfasilitasi pelaksanaan studi di Malaysia beranggotakan tim interdisipliner untuk mempelajari bagaimana mengatasi kekerasan pada anak. Sebuah tim kecil dari para profesional dibidang kedokteran, dikordinasi oleh IDI, berkerjasama dengan UNICEF berusaha membuat draft, penuntun teknisprotocol bagi dokter untuk bisa mengidentifikasikan dan melaporkan kasus yang dicurigai sebagai kekerasan pada anak. Akan ditindak lanjuti dengan kebijakan, instruksi dan pelatihan tingkat nasional dan daerah bagi para dokter, perawat, demikian juga para penegak hukum, lembaga perlindungan anak dan lembaga bantuan hukum. Sementara konstribusi juga dilakukan dalam bidang pendidikan dan media massa dengan terus melakukan publikasi mengenai isi dari konvensi hak-hak anak kepada masyarakat. Beberapa inisiatif yang dilakukan oleh organisai-organisasi non pemerintah, universitas-universitas, organisasi profesional dibidang kedokteran, dan UNICEF, adalah mengusahakan untuk mulai membentuk suatu gambaran awal dari masalah kekerasan terhadap anak di Indonesia. Hal-hal yang didapatkan dari Malaysia memberikan inspirasi dan pengetahuan yang baru dalam menghadapi kekerasan pada anak. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi adalah: 1. Kurangnya data konprehensip mengenai kekerasan kepada anak, sehingga hanya informasi yang minimum yang berhubungan dengan masalah kekerasan terhadap anak yang ada. Muhammad Ansori Lubis : Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Tindak Kekerasan yang Dilakukan..., 2007 USU e-Repository © 2008 2. Kurang adanya perhatian dari pemerintah terhadap kekerasan pada anak. 3. Faktor sosial-kultural, prasangka terhadap gender pria sebagai pelaku yang produktif didalam lingkungan masyarakat dan wanita sebagai pelaku yang reproduktif dalam lingkungan domestik, yang kemudian menumbuhkan diantara masyarakat, stereo tipe dan kepada gender suatu harapan dan prilaku yang salah lelaki harus mampu bertahan ketika dipukul atau menghadapi kekerasan dan wanita diletakkan pada posisi yang membuat mereka sangat rentan terhadap kekerasan seksual budaya feodal dan kekuasaan orang tua memanfaatkan anak- anak pada posisi rendah didalam hirearki sosial masyarakat. 4. Metode pelaporan melalui media massa tidak peka terhadap anak-anak, dan memperkuat prasangka gender dengan segala implikasi pandangan masyarakat terhadap anak.

B. Kajian Normatif