Kondisi budaya. Kajian Empiris

Muhammad Ansori Lubis : Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Tindak Kekerasan yang Dilakukan..., 2007 USU e-Repository © 2008 anak sebagai masalah yang serius dari suatu bangsa, dapat dianggap sebagai kemajuan dari perlindungan anak di Indonesia saat ini. Data empirik didapatkan dengan metode studi pustaka yaitu dengan mengacu pada hasil penelitian-penelitian yang sudah pernah dilakukan pasca krisis ekonomi di Indonesia. Ada beberapa hasil penelitian dari lembaga-lembaga swadaya masyarakat, organisasi internasional ataupun pemerintah Indonesia yang penulis pakai dan semuanya bukan beralas dari pengumpulan data melalui media massa. Adapun tujuannya untuk mendapatkan penggambaran dari situasi aktual kekerasan pada anak di Indonesia, dan situ dapat kita teliti kendala-kendala yang dihadapi, karakteristik yang dimiliki kasus DCA di Indonesia pelakunya, jenis kekerasan pengaruh budaya masyarakat dan sebagainya yang tentu saja dapat mempengaruhi secara positif maupun negatif terhadap penegakan hukum perlindungan anak di Indonesia. Kekerasan di rumah tidak terjadi begitu saja tetapi ada kondisi sosial-budaya yang mendukung terjadinya kekerasan tersebut. Kondisi tersebut secara minimal dapat dikategorikan menjadi : 1 kondisi budaya, 2 kondisi sosial, 3 kondisi ekonomi. Kondisi pendukung dapat berbeda-beda berdasarkan lokasi tempat terjadinya kekerasan tersebut contoh kekerasan yang terjadi di ruang publik didominasi pengaruh dari kondisikeadaan tertentu, berbeda dengan kondisi yang mendukung jika kekerasan terjadi di dalam rumahdomestik. Kondisi-kondisi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kondisi budaya.

Muhammad Ansori Lubis : Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Tindak Kekerasan yang Dilakukan..., 2007 USU e-Repository © 2008 Kondisi budaya pendukung kekerasan dirumah antara lain adalah adanya pandangan tertentu antara orang dewasa terhadap anak-anak. Contohnya adanya pandangan : “Anak lelaki harus tahan uji ; anak lelaki tidak boleh cengeng ; ini baru anakku.” Pandangan ini menyebabkan seorang anak lelaki dididik secara keras oleh orang tuanya yang sering menjurus kearah kasar. Jika anak tersebut menangis dia malah akan mengalami kekerasan mental. Anak dibiarkan mengalami kekerasan-kekerasan fisik supaya tahan uji. Tindak kekerasan kepada anak lelaki dianggap wajar dan disisi lain menggangap rendah seorang anak perempuan, hal ini juga menyebabkan anak perempuan rentan terhadap kekerasan. “Anak adalah harta kekayaan orang tua” Pandangan ini berpendapat, jika sebuah keluarga mengalami kesulitan ekonomi maka anak-anak mereka dapat diperkerjakan untuk menambah penghasilan, sehingga mereka dipekerjakan pada usia relatif muda. “Anak harus patuh pada orang tua” Atas dasar pandangan ini kalau si anak tidak mau menjalankan suatu tugas dari orang tua termasuk bekerja mencari uang maka si anak akan mendapatkan sanksi yang cenderung menjurus tindak kekerasan. Anak dianggap belum terlalu berpengalaman sehingga harus dibimbing oleh orang tua dan harus mematuhi orang tua. Kondisi sosial Muhammad Ansori Lubis : Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Tindak Kekerasan yang Dilakukan..., 2007 USU e-Repository © 2008 “Kebiasaan minum tuak dan berjudi” Keadaan mabuk sering menjadi alasan pembenar untuk melakukan tindakan kekerasan. Seorang ayah yang mabuk sering melakukan tindakan kekerasan pada keluarganya termasuk anaknya. Kebiasaan berjudi sering menyebabkan seseorang kehabisan uang yang seharusnya digunakan untuk membiayai keluarga. Keadaan ini menyulut konflik akan melahirkan tekananstress dan anak sering menjadi korban pelampiasan. “Hubungan suami istri yang kurang harmonis” Hubungan yang kurang harmonis antar suami istri karena suami main perempuan atau alasan lain menyebabkan perselisihan dan dalam perselisihan si anak cenderung berpihak terhadap ibu dan ini juga menyebabkan si anak mengalami kekerasan.

2. Kondisi Ekonomi