Kondisi Ekonomi Kajian Empiris

Muhammad Ansori Lubis : Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Tindak Kekerasan yang Dilakukan..., 2007 USU e-Repository © 2008 “Kebiasaan minum tuak dan berjudi” Keadaan mabuk sering menjadi alasan pembenar untuk melakukan tindakan kekerasan. Seorang ayah yang mabuk sering melakukan tindakan kekerasan pada keluarganya termasuk anaknya. Kebiasaan berjudi sering menyebabkan seseorang kehabisan uang yang seharusnya digunakan untuk membiayai keluarga. Keadaan ini menyulut konflik akan melahirkan tekananstress dan anak sering menjadi korban pelampiasan. “Hubungan suami istri yang kurang harmonis” Hubungan yang kurang harmonis antar suami istri karena suami main perempuan atau alasan lain menyebabkan perselisihan dan dalam perselisihan si anak cenderung berpihak terhadap ibu dan ini juga menyebabkan si anak mengalami kekerasan.

2. Kondisi Ekonomi

Kondisi ini dari banyak penelitian lain memang diketahu mempunyai dampak yang sangat besar dalam terjadi tindakan kekerasan. Kemiskinan dari satu keluarga yang terus menerus membuat tekanan yang sangat besar pada setiap orang, terutama orang tua yang harus menafkahi keluarganya. Dengan kondisi seperti ini berbagai bentuk kekerasan sering terjadi. Apalagi kondisi perekonomian bangsa ini yang sedang mengalami krisis ekonomi suatu keluarga juga mengalami goncangan. Dapat dibayangkan banyaknya kekerasan yang mungkin terjadi. Kondisi-kondisi yang diduga kuat memungkinkan bertahannya fenomena tindak kekerasan terhadap anak : 1. Masih belum dikenalnya konvensi hak-hak anak. Muhammad Ansori Lubis : Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Tindak Kekerasan yang Dilakukan..., 2007 USU e-Repository © 2008 Masih terjadinya tindakan kekerasan ini mencerminkan kurangnya penghargaan terhadap hak-hak anak. Dan dalam penelitian dan wawancara ini tampak terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang konvensi hak anak. Dengan kata lain KHA sebenarnya belum dikenal oleh masyarakat luas. Bahkan mereka yang banyak terlibat dalam menolong anak-anak terlantar pun masih banyak yang belum mengetahui tentang KHA. 2. Pemahaman yang kurang baik mengenai proses tumbuh kembang anak. Berbagai macam tindak kekerasan yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak-anak juga mencerminkan kurangnya pemahaman terhadap tumbuh kembang anak. Kekerasan kepada anak akan memberikan dampak negatif terhadap kejiwaan anak dan fisik. Mereka yang sejak kecil hidup dalam lingkungan kekerasan atau mengalami kekerasan dewasanya akan menjadi individu yang cenderung berprilaku menyimpang, kasar dan sebagainya. Jika dipahami tentu saja seorang dewasa tidak akan begitu mudah melakukan kekerasan pada anak-anak. 3. Kurang diterapkan metode pendidikan dengan lebih didasarkan pada kasih sayang. Kurangnya pemahaman seperti alasan diatas juga menyebabkan cara pendidikan dengan pendekatan yang salah. Mendidik anak terlalu keras tidak akan lebih baik hasilnya dari mendidik anak dengan dasar kasih sayang. Ada dugaan yang beralasan bahwa pendidikan dengan dasar kasih sayang tidak banyak digunakan. Orang dewasa cenderung menggunakan kekuatan dan kekerasan dalam mendidik anak. 4. Kurangnya pranata dan lembaga yang memperhatikan kesejahteraan anak. Muhammad Ansori Lubis : Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Tindak Kekerasan yang Dilakukan..., 2007 USU e-Repository © 2008 Kurangnya pranata yang memperhatikan kesejahteraan juga adalah kondisi yang memungkinkan berlangsungnya kekerasan pada anak. Anak yang mengalami kekerasan tidak tau mau kemana untuk meminta perlindungan. Bertambahnya pranata dan lembaga yang memperhatikan anak akan mengurangi terjadinya kekerasan pada anak ini adalah logika yang pasti. 5. Masih ada pandangan tradisional yang kurang menguntungkan anak. Berbagai pandang tradisional yang masih dipegang oleh sebagian masyarakat di Indonesia juga menyebabkan anak seringkali mengalami kekerasan budaya-budaya tertentu yang masih melegitimasi perlakuan kekerasan pada anak yang sangat merugikan anak. Dan seharusnya secara perlahan harus dihilangkan. 6. Adanya kondisi keluarga yang menyebabkan anak menjadi terlantar nasibnya. Kondisi-kondisi tertentu yang dihadapi keluarga ekonomi, keharmonisan dan lain- lain juga memungkinkan anak mengalami kekerasan, baik sebagai pelampiasan stress ataupun melalui memperkerjakan anak secara paksa dan pemberian hukuman terhadap anak yang terlampau keras karena emosi.

B. Hasil Penelitian Pemerintah Indonesia