Keterbatasan Kerja Hukum Perbedaan Dalam Mengartikan “ child abuse” di Indonesia.

Muhammad Ansori Lubis : Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Tindak Kekerasan yang Dilakukan..., 2007 USU e-Repository © 2008 berarti secara otomatis kebijakan pemerintah Indonesia untuk masalah hukum Perlindungan Anak harus selaras dengan KHA.

1. Keterbatasan Kerja Hukum

Berhubungan dengan kekerasan pada anak ada dua hal yang membatasi kerja hukum. Yang pertama, kekerasan pada anak dalam keluarga berkaitan dengan hubungan antara orang tua dan anaknya dimana dalam hubungan tersebut terdapat kekurangan dalam perhatian, perawatan, cinta dan pengertian. Hal-hal seperti itu tidak bisa dihasilkan atau dipaksakan dengan keberadaan hukum. Yang kedua, kekuatan dan arti sebuah hukum sangat bergantung kepada penegakanpelaksanaanya. Dan pelaksanaannya yang efektif membutuhkan keterlibatan dari banyak faktor dan banyak pihak, tidak hanya pada pengawasan tetapi juga pada pemberian sanksi, peningkatan kesadaran dan pengetahuan masyarakat terhadap hukum. Contohnya keikutsertaan media TV, koran, poster dan lain-lainnya dalam meningkatkan kesadaran masyarakat.

2. Perbedaan Dalam Mengartikan “ child abuse” di Indonesia.

Dalam penelitian yang penulis lakukan ditemukan bahwa diantara para ahli hukum sendiri belum ada kesepakatan yang pasti untuk mengartikan apa itu child abuse. Ada yang mengartikan sebagai perbuatan yang salah pada anak, perbuatan yang kejam terhadap anak, dan ada juga yang mengartikan sebagai kekerasan kepada anak. Child Abuse dapat terjadi didalam rumah domestik atau diluar rumah public namun Child Abuse dapat disepakati melalui Convention of the Right of The Child Muhammad Ansori Lubis : Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Tindak Kekerasan yang Dilakukan..., 2007 USU e-Repository © 2008 Pasal 19 ayat 1, adalah Child Abuse yang terjadi dalam pemeliharaan orang tua, wali yang sah atau setiap orang lain yang memelihara anak yang isinya adalah : 1. States Parties Shall take all appropriate Legeslative Administrative, social and educational measure to protect child from all forms of physical or mental violence, injury or abuse, negligent treatment, maltreatment or exploitation, including sexual abuse while in the care of parent s, legalguardians or any other person who has the care of the child. Artinya: Negara-negara peserta akan mengambil langkah-langkah legislatif atau administratif, sosial dan pendidikan yang layak guna melindungi anak dari semua bentuk kekerasan fisik, mental atau penyalahgunaan, penelantaran atau perlakuan salah, luka injury atau eksploitasi, termasuk penyalahgunaan seksual, sementara mereka dalam pemeliharaan orang tua, wali yang sah atau setiap orang lain yang memelihara anak. Dalam berbagai rumusan kekerasan pada anak Child Abuse seperti yang diatur oleh beberapa negara seperti Singapura dalam The Children and Young Persons Act Undang-undang tentang Anak dan Orang muda. Rumusan Child Abuse yang diatur juga adalah kekerasan pada anak yang bersifat domestik Domestic Child Abuse. “Child Abuse is when a child is willfully assaulted or ill-treated in a manner likely to cause himher unnecessary suffering or injury to hisher helath physical, emosional, mental, etc. by a person or person having custoday, charge or termporary care of the child”. Artinya: kekerasan pada anak adalah ketika seorang anak, secara sengaja diserang atau dianiaya dengan sebuah tindakan yang menyebabkan anak tersebut mengalami penderitaan atau cedera yang tidak semestinya secara fisik, emosional, mental dan lainnya oleh seorang atau beberapa orang yang memelihara, bertanggungjawab, atau secara sementara merawat anak tersebut. Tidak demikian dalam Undang-undang Perlindungan Anak Republik Indonesia yang walaupun tidak menuliskan secara spesifik mengenai rumusan Child Abuse tetapi mengatur child abuse secara umum yaitu child abuse yang terjadi dalam lingkungan Muhammad Ansori Lubis : Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Tindak Kekerasan yang Dilakukan..., 2007 USU e-Repository © 2008 domestik maupun publik. Keseluruhan pasal-pasal, dan prinsip-prinsip dalam Undang- undang Perlindungan Anak banyak yang mengacu pada KHA. Agustinus Pohan dalam menterjemahkan rumusan Pasal 19 ayat 1 CRC sebagai penyalagunaan kekuasaan orang tua. Sedangkan Muhammad Joni dan Zulchainan Tanamans menterjemahkan sebagai salah perlakuan dari orang tua atau orang yang bertanggung jawab atas pengasuhan anak. Mengapa Child Abuse yang banyak dibahas adalah yang terjadi didalam lingkungan domestic. Jika suatu kekerasan pada anak terjadi di publik maka tidak terlalu sulit bagi masyarakat untuk menjerat pelaku dengan pasal-pasal kriminal yang sudah ada. Tetapi menjadi sulit jika kekerasan pada anak yang terjadi bersifat domestik, dimana pelakunya adalah orang yang dekat dengan anak, yang merawat anak, bertanggung jawab terhadap anak tersebut. Kekerasan pada anak jenis ini memiliki sifat yang cenderung tertutup, berulang-ulang, sulit dideteksi, dan ada suatu benteng kewenangan orang tua terhadap anaknya yang membuat orang tua lainmasyarakat sulit ikut campur.

2. Disiplin Orang Tua dan Kekerasan pada Anak