Muhammad Ansori Lubis : Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Tindak Kekerasan yang Dilakukan..., 2007 USU e-Repository © 2008
3. Pelaku kriminal dan pelanggaran hak-hak anak di sektor publik dan keluarga hendaklah ditegakkan secara tegas dan jelas baik secara fisik, maupun materi.
4. Usaha-usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman para hakim, jaksa, pengacara, polisi dan aparat penegak hukum lainnya terhadap anak dan
hak-hak anak yang dimilikinya, dengan demikian penegakan hukum terhadap pelaku kekerasan terhadap anak dapat dilakukan dengan memberikan rasa
keadilan dan hukuman yang mendidik masyarakat serta pelaku.
E. Kekerasan Dikaitkan Dengan Pembentukan KUHP Nasional
Bentuk kekerasan yang dialami anak dapat berupa tindakan-tindakan kekerasan baik secara fisik, psikis dan seksual.
Dalam hukum pidana, kerugian yang dialami anak sebagai korban tindak kekerasan belum secara konkrit diatur. Artinya hukum pidana memberikan
perlindungan kepada anak sebagai korban, lebih banyak merupakan perlindungan abstrak atau perlindungan tidak langsung, adanya berbagai perumusan tindak pidana
dalam perundang-undangan. Sistem sanksi dan pertanggungjawaban pidana tidak tertuju pada perlindungan korban secara langsung dan konkrit, tetapi hanya
perlindungan korban secara tidak langsung dan abstrak. Dalam pembentukan KUHP Nasional, yang perlu diperhatikan adalah bahwa
perkembangan dewasa ini yang menunjukkan bahwa tindak kekerasan dalam rumah tangga khususnya terhadap anak pada kenyataannya sering terjadi dalam kehidupan
masyarakat, baik dalam bentuk kekerasan fisik, psikis, seksual maupun penelantaran
Muhammad Ansori Lubis : Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Tindak Kekerasan yang Dilakukan..., 2007 USU e-Repository © 2008
terhadap anak. Pengaturannya dalam KUHP Nasional bertujuan agar masyarakat luas lebih bisa melaksanakan hak dan kewajibannya dalam upaya perlindungan anak dalam
lingkup rumah tangganya sesuai dengan dasar agama yang dianutnya. Penegak hukum dan aparat terkait dalam penanganan korban kekerasan terhadap anak dalam rumah
tangga agar lebih sensitif dan responsif terhadap penanganan kasus-kasus kekerasan terhadap anak dalam rumah tangga untuk pencegahan, perlindungan dan penegakan
keadilan. Dalam pembentukan KUHP Nasional perlu diperhatikan juga bahwa kekerasan
adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat. Kekerasan fisik menunjukkan pada cedera yang ditemukan, bukan karena suatu kecelakaan tetapi
cedera tersebut adalah hasil dari pemukulan dengan benda atau beberapa penyerangan. Perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya
kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya danatau penderitaan psikis berat pada seseorang khususnya pada anak. Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan
terhadap orang yang menetap dalam rumah tangga; pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk
tujuan komersial danatau tujuan tertentu. Kekerasan seksual menunjuk kepada setiap aktivitas seksual, bentuknya dapat berupa penyerangan atau tanpa penyerangan.
Kategori penyerangan, menimbulkan penderitaan berupa cedera fisik, kategori kekerasan seksual tanpa penyerangan menderita trauma emosional.
Perlindungan hukum terhadap anak korban kekerasan menurut Konsep KUHP Baru Tahun 2000 hanya bersifat pemberatan hukuman kepada si pelaku apabila
Muhammad Ansori Lubis : Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Tindak Kekerasan yang Dilakukan..., 2007 USU e-Repository © 2008
dilakukan oleh orang tuanya seperti yang disebutkan dalam Pasal 487 sedangkan menurut Konsep KUHP Tahun 2004 pemberatan hukuman hanya dapat dijatuhkan
apabila perbuatan penganiayaan tersebut dilakukan dengan rencana lebih dahulu seperti yang dijelaskan dalam Pasal 566.
Dari kedua Konsep KUHP Baru di atas, jelas terlihat tidak adanya perlindungan yang bersifat langsung kepada anak korban kekerasan baik bersifat materi maupun
immaterial, hal ini mengakibatkan anak menjadi korban kedua kalinya disamping dia harus dituntut untuk membantu aparat penegak hukum untuk mengungkap kasus
tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu ada terobosan hukum dalam
Konsep KUHP Baru untuk mengadopsi aturan-aturan hukum di negara lain yang memberikan perlindungan hukum secara langsung terhadap korban kejahatan
kekerasan seperti yang terdapat dalam sebuah Undang-undang di California tahun 1965, yang memberikan bantuan keuangan kepada korban kejahatan kekerasan.
Negara pemerintah bertanggung jawab untuk menanggulangi terjadinya tindak kekerasan terhadap anak khususnya yang dilakukan oleh keluarga serta mewujudkan
hak-hak dan kewajiban para korban dalam suatu masyarakat. Ini merupakan sesuatu bentuk perlindungan penduduk yang konkret bersama-sama dengan seluruh anggota
masyarakatnya. Pencantuman hal ini dalam peraturan perundang-undangan, membawa akibat
kewajiban setiap anggota masyarakat untuk menjalankannya sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Muhammad Ansori Lubis : Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Tindak Kekerasan yang Dilakukan..., 2007 USU e-Repository © 2008
Sehubungan dengan hal ini Majelis Permusyawaratan Rakyat Indonesia telah mengeluarkan pernyataan bahwa falsafah Pancasila harus diakui sebagai dasar utama
kehidupan berbangsa dan bernegara. Bentuk ini merupakan penuntun serta pembimbing kehidupan bernegara dan pribadi seluruh rakyat, oleh karenanya semua
kebijaksanaan serta ketentuan Pemerintah harus dijalankan secara utuh dan konsisten.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN