Majalah sebagai Media Massa

Universitas Sumatera Utara mendengar, sedangkan pada media televisi dan film, menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.

2.2.1.2 Fungsi Komunikasi Massa

Karlinah, dalam Karlinah, dkk 1999 mengemukakan fungsi komunikasi massa secara umum Ardianto Komala, 2004: 19-22 yakni: a. Fungsi informasi , yaitu diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingan khalayak. Khalayak media massa berlangganan suratkabar, majalah, mendengarkan radio siaran atau menonton televisi karena mereka ingin mendapatkan informasi tentang peristiwa yang terjadi. b. Fungsi pendidikan , yaitu media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya. Karena media massa pada dasarnya direkomendasikan untuk lebih banyak menyajikan program yang sifatnya mendidik. Melalui program-program edukasi seperti olimpiade dan kuis yang menguji daya pikir masyarakat baik untuk siswaanak sekolah maupun kalangan umum. Begitu juga dengan program serial yang bermutu untuk semua kalangan baik itu sinetron, ftv, film pendek, dan lain-lainnya. c. Fungsi mempengaruhi , yaitu media massa secara implisit terdapat pada tajukeditorial, features , iklan, artikel, dan sebagainya. Khalayak dapat terpengaruh oleh iklan-iklan yang ditayangkan televisi ataupun surat kabar. d. Fungsi korelasi, yaitu fungsi yang menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungannya. Maka peran media massa sebagai penghubung antara berbagai komponen masyarakat. Sebuah berita oleh seorang reporter akan menghubungkan narasumber dengan pembacakhalayak surat kabar. e. Fungsi pengawasan, yaitu menunjuk pada pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadian-kejadian yang ada di sekitar kita. Fungsi pengawasan bisa dibagi menjadi dua, yakni warning or beware surveillance atau pengawasan peringatan dan instrumental surveillance atau pengawasan instrumental. f. Fungsi manipulasi lingkungan, manipulasi disini bukanlah diartikan sebagai sesuatu yang negatif. Manipulasi lingkungan artinya berusaha untuk mempengaruhi. Setiap orang berusaha untuk saling mempengaruhi dunia dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Dalam fungsi manipulasi, komunikasi digunakan sebagai alat kontrol utama dan pengaturan lingkungan.

2.2.1.3 Majalah sebagai Media Massa

Universitas Sumatera Utara Media massa cetak dalam arti luas merupakan media massa yang menyampaikan atau menyalurkan pesan komunikasi dalam bentuk kata-kata, gambar tercetak, meliputi pamflet, bulletin , booklet , buku, surat kabar, dan majalah yang ditujukan kepada massa. Akan tetapi dalam arti sempit, media massa cetak hanya terbatas pada surat kabar dan majalah yang mempunyai periodisitas seperti harian, mingguan, dan triwulan Suwardi Lubis, 2011:21. Keberadaan majalah sebagai media massa terjadi tidak lama setelah surat kabar. Sebagaimana surat kabar, sejarah majalah diawali dari negara-negara Eropa dan Amerika Ardianto Komala, 2004:109. Di Inggris, majalah Review yang diterbitkan oleh Daniel Depoe pada tahun 1704. Bentuknya adalah antara majalah dan surat kabar, hanya halaman kecil, serta terbit tiga kali seminggu. Depoe bertindak sebagai pemilik, penerbit, editor, sekaligus sebagai penulis. Tulisannya mencakup berita, artikel, kebijakan nasional, aspek moral dan lain-lain. Tahun 1790, Richard Steele membuat majalah The Tatler , kemudian bersama-sama dengan Joseph Addison ia menerbitkan The Spectator . Majalah tersebut berisi masalah politik, berita-berita internasional, tulisan yang mengandung unsur-unsur moral, hiburan, dan gosip. Di Amerika, Benjamin Franklin telah mempelopori penerbitan majalah tahun 1740, yakni General Magazine dan Historical Chronicle . Tahun 1820-an sampai 1840-an merupakan zamannya majalah the age of magazines. Majalah yang paling populer saat itu adalah Saturday Evening Post yang terbit tahun 1821, dan majalah lainnya North American Review. Pada pertengahan abad ke-20 tidak ada majalah sesukses Reader‟s Digest yang diterbitkan oleh Dewitt Wallace dan Lila. Menyusul majalah Time oleh Henry Luce bersama dengan Briton Hadden, kemudia ia juga menerbitkan majalah Life , Fortune , dan Sport Illustrated . Life merupakan majalah berita yang banyak menggunakan foto Ardianto Komala, 2004:109. Di Indonesia, sejarah keberadaan majalah sebagai media massa dimulai pada masa menjelang kemerdekaan Indonesia. Tahun 1945 di Jakarta, terbit majalah bulanan dengan nama Pantja Raja pimpinan Markoem Djojohadisoeparto MD dengan prakata dari Ki Hadjar Dewantoro selaku Menteri Pendidikan pertama RI. Di Ternate, Arnold Monoutu dan dr. Hassan Missouri menerbitkan Universitas Sumatera Utara majalah mingguan Menara Merdeka yang memuat berita-berita yang disiarkan RRI. Menara Merdeka bertahan sampai tahun 1950 Ardianto Komala, 2004:110. Majalah-majalah lain yang terbit setelah kemerdekaan, antara lain Pahlawan Aceh, Sastra Arena Yogyakarta yang dipimpin oleh H. Usmar Ismail, Sastrawan Malang yang diterbitkan oleh Inu Kertapati, dan Seniman Solo pimpinan Trisno Soemardjo, penerbitnya adalah Seniman Indonesia Muda. Siauw Giok Tjan menerbitkan majalah bulanan Liberty . Di Kediri, terbit majalah berbahasa Jawa, Djojobojo, pimpinan Tadjib Ermadi. Para anggota Ikatan Pelajar Indonesia di Blitar, menerbitkan majalah berbahasa Jawa, Obor Suluh yang ditujukan untuk memberi penerangan bagi rakyat yang berada di pelosok-pelosok, yang pada umumnya belum bisa berbahasa Indonesia. Di Kediri, para pelajar juga menerbitkan majalah tengah bulanan Pelajar Merdeka. Majalah untuk kaum wanita dengan nama Wanita terbit di Solo dibawah pimpinan Sutiah Surjohadi. Sedangkan majalah Soeara Perkis dan Bulan Sabit diterbitkan oleh Gerakan Pemuda Islam Indonesia cabang Solo Ardianto Komala, 2004:110. Majalah kontemporer secara umum dibagi menjadi tiga kategori besar, yaitu Baran, 2012 : 185-186: 1. Majalah umum trade, profesional, dan bisnis yakni majalah yang menyajikan cerita, tulisan khas, dan iklan yang ditujukan kepada masyarakat dengan profesi khusus dan didistribusikan oleh organisasi profesional itu sendiri atau perusahaan media seperti Whittle Communication and Time Warner Progressive Farmer . 2. Majalah industri, perusahaan, dan majalah bersponsor yakni majalah yang diproduksi oleh perusahaan secara khusus untuk para pekerja, pelanggan, atau pemegang sahamnya atau dibuat oleh klub dan asosiasi secara khusus untuk para anggotanya. Misalnya; AARP the Magazine adalah salah satu majalah untuk para anggota American Association for Retired Persons. 3. Majalah konsumen; yakni majalah yang dijual dengan cara berlangganan atau melalui tempat penjualan media cetak, toko buku, atau penjual Universitas Sumatera Utara eceran, termasuk supermarket, garden shop, dan toko komputer. Sunset dan Wired masuk dalam kelompok ini . Sedangkan menurut Dominick, berdasarkan segmentasi pembacanya, majalah diklasifikasikan menjadi Sudarman, 2008 : 13-14: 1. Majalah konsumen umum general consumer magazine , merupakan majalah yang diperjualbelikan untuk umum, rubrik majalah tersebut bersifat umum, memiliki berbagai tulisan yang unik dan menarik bagi kalangan umum. 2. Majalah bisnis business publication , yaitu majalah yang berkaitan dengan dunia bisnis atau trade publication . Majalah jenis ini tidak dijual di pasar atau tempat umum, karena sasaran pembacanya adalah kalangan tertentu yakni kaum profesional. 3. Majalah kritik sastra dan ilmiah literacy reviews and academic journal , yaitu pada umumnya majalah ini memiliki sirkulasi yang lebih sedikit, banyak diterbitkan oleh organisasi nonprofit, seperti universitas, yayasan profesional, dan lain sebagainya. 4. Majalah khusus terbitan berkala newsletter , yaitu majalah yang biasanya diterbitkan dalam bentuk khusus, didistribusikan secara gratis karena menyajikan berbagai produk sebagai media promosi yang profit dari pemasang produk. 5. Majalah humas Public Relations Magazines , yaitu majalah yang diterbitkan perusahaan untuk membangun citra baik good image perusahaan terhadap publik, baik publik internal, seperti karyawan, maupun publik eksternal seperti pemegang saham, para pelanggan dan lainnya. Pada umumnya, majalah memiliki karakteristik sebagai berikut Sudarman, 2008:15. Pertama , penyajian isinya lebih mendalam. Periodesitas terbitan majalah lebih lama daripada surat kabar khususnya surat kabar harian. Ada yang satu minggu sekali mingguan, dua minggu sekali dwi mingguan, bahkan sebulan sekali bulanan. Sehingga tulisan isi untuk majalah biasanya dibuat lebih mendalam in depth agar tetap up to date . Kedua , nilai aktualitasnya lebih lama. Apabila nilai aktualitas surat akbar cukup satu hari khususnya surat kabar harian, maka nilai aktualitas majalah lebih lama lagi, sesuai dengan jarak waktu terbitannya. Biasanya isi tulisan majalah juga lebih tebal sehingga untuk membacanya tidak selesai satu kali duduk. Universitas Sumatera Utara Ketiga , banyak menyajikan gambar atau foto. Penyajian gambar atau foto kaya akan warna dan lebih menarik serta berkualitas daripada surat kabar. Oleh sebab itu majalah lebih tebal dan memiliki halaman lebih banyak. Keempat , sampul pada majalah dibuat lebih atraktif. Sampul dalam majalah ibarat pakaian yang dapat mengundang perhatian para calon pembacanya. Maka dari itu, ketertarikan pertama pembaca untuk memilih majalah mana yang ingin mereka baca adalah dari desain sampul yang menarik minat pembaca. Mengulas tentang bagaimana majalah, seiring dengan perkembangan zaman, majalah sudah mengalami berbagai kemajuan. Jika pada zaman dahulu majalah hadir dalam bentuk cetak sederhana, maka saat ini majalah terbit dalam sajian yang menarik. Dengan kualitas cetakan yang tinggi serta kemasan yang sangat menarik, kini majalah semakin tersegmentasi. dengan mulai adanya majalah khusus anak-anak seperti majalah Bobo , khusus wanita seperti Femina dan Kartini , khusus olahraga seperti Sportif , khusus remaja seperti Gadis dan Kawanku , dan untuk bidang politik terdapat Tempo . Secara teoritis, media massa bertujuan menyampaikan informasi dengan benar secara efektif dan efisien. Pada praktiknya, apa yang disebut sebagai kebenaran ini sangat ditentukan oleh jalinan banyak kepentingan. Akan tetapi di atas semua itu, yang paling utama tentunya adalah kepentingan survival media itu sendiri, baik dalam pengertian bisnis maupun politis. Dalam kaitannya, kerap terjadi bahwa, “Kebenaran milik perusahaan” menjadi penentu atau acuan untuk kebenaran-kebenaran lainnya. Atas nama kebenaran milik perusahaan itulah realitas yang ditampilkan oleh media bukan sekadar realitas tertunda, namun juga realitas tersunting, suatu keadaan yang sebetulnya memang tidak bisa tidak harus dikembalikan ke faktor luar perusahaan itu sendiri, terutama sekali politik. Di belakang realitas tersunting ini terdapat pemilahan atas fakta atau informasi yang dianggap penting dan yang dianggap tidak penting, serta yang dianggap penting namun demi kepentingan survival menjadi tidak perlu disebarluaskan. Media menyunting bahkan menggunting realitas dan kemudian memolesnya menjadi suatu kemasan yang layak disebarluaskan. Tetapi, media bukan cuma menentukan realitas macam apa yang akan mengemuka, namun juga Universitas Sumatera Utara siapa yang layak dan tidak layak masuk menjadi bagian dari realitas itu Sobur, 2003:114. Karena itu, salah satu cara untuk membantu pembaca menyikapi pers adalah lewat konteks pemberitaan. Pembaca dapat menyadari bahwa wartawan kadang menghidangkan “madu” dalam menu beritanya, kadang pula menuangkan “racun” dalam berita yang lain. Melalui konteks pemberitaan ini pembaca mengerti bahwa berita yang buruk bisa dibungkus dengan bahasa yang manis sehingga tampak samar-samar dan menyenangkan. Pekerjaan media pada hakikatnya adalah mengkonstruksikan realitas, maka, seluruh isi media adalah realitas yang telah dikonstruksikan. Pada hakikatnya, bahasa digunakan sebagai perangkat dasar bagi media, namun bukan hanya sebagai alat merepresentasikan realitas, tetapi juga bisa menentukan seperti apa relief yang akan diciptakan oleh bahasa tentang realitas tersebut. Akibatnya, media massa mempunyai peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikannya Sobur, 2004 : 87-88. Istilah konstruksi realitas menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann 1966 melalui bukunya menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, dimana individu secara intens menciptakan suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif.

2.2.2 Desain Komunikasi Visual