Universitas Sumatera Utara
4.2.2 Analisis Berita dengan Judul “
Si Barbie Masih Sendiri
” pada edisi 11 April 2011
Inong Malinda Dee bak selebritas. Sejak menghuni rumah tahanan Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian RI, kamis tiga pekan lalu, ibu
tiga anak itu selalu kebanjiran pengunjung.
Kalimat tersebut adalah bagian dari awal paragraf sebagai kalimat pembuka berita berjudul „Si Barbie Masih Sendiri‟ yang mengungkapkan bahwa
semenjak kasus ini bergulir, yakni tentang penggelapan uang nasabah yang diduga kuat dilakukan oleh seorang wanita berprofesi sebagai staf Senior Relationship
Manager Bank Citibank tersebut, maka wanita dengan nama lengkap
Inong Malinda Dee
itu akhirnya dikenal khalayak publik ibarat selebriti yang baru naik pamor. Namun, istilah sebutan kata
bak selebritas
tersebut seolah-olah sebagai ungkapan permulaan bermakna positif, yang kemudian dilanjutkan dengan
kalimat berikutnya yang justru bermakna sebaliknya, yang mengandung unsur pertentangan dari istilah yang telah disebutkan sebelumnya. Maka, dapat
disimpulkan bahwa
Tempo
mengambil
angle
atau sudut pandang bahasa yang awalnya memberikan kesan „pujian‟ namun berakhir dengan kesan „hinaan‟.
Sebuah ruang rapat di Hotel Ritz Carlton, Pacific Place, kawasan Sudirman, Jakarta Selatan, dalam dua tahun terakhir ini khusus disewa
Malinda untuk menjaring nasabah kakapnya. Di tempat itu, Senior Relationshio Manager Citibank kini memperkenalkan produk private
banking Citigold. Calon nasabah yang datang, menurut sumber Tempo yang dekat dengan Malinda, berasal dari berbagai kalangan, mulai dari
pejabat tinggi hingga para nyonya sosialita.
Kalimat tersebut sebenarnya tidak mengandung ungkapan ataupun istilah yang merujuk kepada status, kondisi fisik, kondisi mental, maupun gaya
penampilan Malinda. Namun, ditemukan beberapa istilah yang mengarah kepada kalangan kelas khusus yang notabene merupakan nasabah-nasabah hasil binaan
relasi Malinda. Seperti istilah
kakap
dan
nyonya sosialita.
Untuk istilah
kakap
, ungkapan ini sebelumnya telah dianalisis yakni pada kalimat berita di edisi 4
April 2011. Kata
kakap
ini merupakan bagian dari kata sifat yang pada dasarnya
Universitas Sumatera Utara
tergolong ke dalam kategori kata ungkapan atau istilah bermakna kiasan. Biasanya ungkapan ini, sering berdampingan dengan kata atau kalimat berkonteks
rendah, misalnya istilah pengedar narkoba kelas kakap, judi kelas kakap, mafia kelas kakap, dan lain sebagainya. Sedangkan istilah kata
nyonya sosialita
merujuk pada kalangan perempuan-perempuan tempat komunitas Malinda bernaung.
Semenjak kasus ini bergulir, seluruh media hampir menelusuri semua sisi kehidupan personal Malinda mulai dari gaya hidup dan lingkungan pergaulannya,
maka diketahuilah bahwa ternyata Malinda sangat pemilih dalam membina relasi.
Acap tampil mengenakan kerudung, sumber ini bercerita, Malinda selalu sukses meyakinkan orang untuk jadi nasabahnya. Simpanan nasabahnya
rata-rata di atas Rp 2 miliar. Dari ruang rapat hotel bintang lima itu, pertemuan Malinda dengan nasabahnya biasanya berlanjut di sejumlah
tempat: dari rumah nasabah, beberapa kafe di kawasan „Senayan‟, hingga
di apartemen pribadi Malinda. Sesudah pertemuan ini, biasanya penampilan Malinda berbeda. Ia muncul tanpa kerudung dan memakai
busana ketat
. Tujuan utamanya agar nasabah takluk dan segera
menginvestasikan dananya. Disini pula biasanya ia meminta nasabah, dengan berbagai alasan meneken blangko kosong
. “Kal
au perlu tanda
tangannya di atas punggung
,” kata sumber itu. Kalimat tersebut, melalui beberapa istilah baru kembali menciptakan label
negatif terhadap karakter Malinda dengan dimunculkannya ungkapan seperti
ia
muncul tanpa kerudung dan memakai busana ketat, tujuan utamanya agar nasabah takluk dan segera menginvestasikan dananya. Kalau perlu tanda
tangannya di atas punggung .
Istilah kata
tanpa kerudung
ini juga termasuk kalimat yang mengandung unsur pertentangan karena, pada kalimat sebelumnya
berbunyi:
acap tampil mengenakan kerudung, Malinda selalu sukses meyakinkan orang untuk jadi nasabahnya.
Singkatnya, inti kalimat tersebut menjelaskan bahwa Malinda selalu bergonta-ganti penampilan setiap akan menghadapi calon
nasabahnya. Apalagi, jika pertemuan dengan nasabahnya dilakukan secara pribadi atau hanya bertemu empat mata, maka disitulah Malinda mulai membuka
kerudungnya dan mengubah pakaiannya menjadi busana ketat. Tidak cukup sampai disitu, kalimat dilanjutkan kembali yakni memakai istilah
takluk
yang jika dilihat dari segi tataran denotatifnya bermakna mengaku kalah, menyerah, dan
tunduk. Maka, makna konotatifnya menganalogikan bahwa para klien yang kelak
Universitas Sumatera Utara
menjadi nasabah Malinda, seolah-olah mendapatkan tekanan atau intervensi dari Malinda selama proses negosiasi dalam pertemuan antara relationship manager
dengan klien. Singkatnya, terlihat seperti ada persaingan antara Malinda dengan kliennya, sehingga dengan segala cara yang dikerahkan Malinda, akhirnya kata
takluk
tersebut menyimpulkan keterpaksaan dari diri para klien untuk bertekuk lutut dan menyetujui kesepakatan yang dibuat. Berikutnya adalah istilah tanda
tangan di atas punggung, yang jika dilihat dari tataran denotatifnya bermakna tanda tangan yang dilakukan di atas punggung Malinda. Sementara, tataran
konotatif dapat mendeskripsikan, dengan penandatanganan yang dilakukan di atas punggung, otomatis posisi badan Malinda membelakangi kliennya dan ia sedikit
merendahkan punggungnya untuk dijadikan alas tempat kertas persetujuan yang akan diparaf oleh calon nasabahnya tersebut.
Dengan segala kemudahan dan keramahan yang ditawarkan menurut seorang anggota staf pengawasan Bank Indonesia, tak aneh jika sampai
akhir 2010, dia bisa menggaet 500 nasabah premium. Sebagian besar tercatat di Citibank cabang landmark Jakarta selatan. Sejumlah sumber
tempo menyebutkan perwira tinggi polisi, beberapa pengacara kondang, seorang wakil gubernur, dan beberapa bekas menteri masuk daftar
nasabah Malinda. Kepolisian buru-buru membantah adanya perwira tinggi polisi yang
menjadi nasabah Malinda. “Tidak ada jenderal yang terlibat atau jadi korban,” kata Kepala Kepolisian RI Jenderal Timur
Pradopo pekan lalu.
Kalimat tersebut menyinggung tentang kemampuan serta kelebihan dari staf relationship manager yang selama ini dijabat oleh Malinda, yang barangkali
harus memiliki keahlian membina komunikasi dengan baik, maka istilah
keramahan
disitu menunjukkan bahwa menggunakan kemampuan tersebut untuk mengambil kesempatan dalam menarik puluhan hingga ratusan nasabah untuk
memakai jasa program produk khusus tersebut. Selain itu, istilah kata kerja
menggaet
yang dipilih
Tempo
untuk menggambarkan motif atau cara relationship manager tersebut menarik para kliennya menjadi calon nasabahnya kelak. Jika
dilihat dari tataran denotatif, maka istilah menggaet bermakna mengait atau menggait, yaitu menarik dengan pengait. Namun, konteks kalimat tersebut
mendefinisikan berdasarkan tataran konotatifnya, menjadi bermakna menipu,
Universitas Sumatera Utara
memikat, mengusahakan dengan sungguh untuk memperoleh sesuatu, serta merebut. Kalimat tersebut juga memaparkan siapa-siapa serta profesi apa saja
yang tertarik ataupun terjerat menjadi korban pusaran penggelapan dana tersebut.
Malinda untuk sementara waktu ini, satu-satunya yang menghuni tahanan polisi. Di ruang yang sempit tahanan itu, perempuan yang dijuluki
‘barbie‟
lantaran model rambutnya dan kegemarannya berdandan mirip
boneka Barbie ini sementara harus berpisah dengan kehidupan glamornya
: bergaul di kalangan sosialita ibu kota dan menunggang mobil-mobil mewah keluaran Eropa.
Kalimat tersebut kembali membahas serta menyinggung tentang kondisi dan keadaan yang saat ini menimpa Malinda. Akibat tindakannya maka buah
akibatnya adalah Malinda tidak dapat menikmati lagi kehidupan mewahnya dengan berbagai fasilitas serba
elite
dan kendaraan mahal miliknya. Beberapa istilah kata atau ungkapan seperti
Barbie
seperti yang telah dipaparkan juga pada analisis sebelumnya menunjukkan bahwa tak henti-hentinya
Tempo
berusaha untuk mengkonstruksi
labelling
serta
stereotype
terhadap karakter Malinda untuk menunjukkan bahwasanya inilah kehidupan nyata seorang yang pernah menjabat
relationship manager bank swasta asing dari negara Singapura tersebut.
Ada berbagai cara Inong Malinda Dee menggangsir dana nasabahnya. Dengan dalih diputar untuk investasi, dia menggelapkan sebagian duit ke
rekening pribadinya. Tapi beberapa investasi di propertinya berantakan karena ditipu kliennya sendiri. Ini cara Senior Relationship Manager
Citibank itu „
memainkan
‟ dana nasabah premiumnya. Dalam kalimat tersebut, terdapat tiga istilah kata kerja yang sebenarnya
memiliki makna yang sama namun bisa dilekatkan atau diletakkan pada konteks kalimat yang berbeda-beda. Seperti istilah yang sudah dicetak tebal tersebut yakni
menggangsir, menggelapkan, memainkan
, jika dilihat dari tataran denotatif akan menghasilkan makna yang berbeda-beda sesuai dengan bentukan kata yang
dimaksudkan untuk mengarah ke konteks tertentu. Misalnya,
menggangsir
bermakna merampas atau mengambil secara paksa;
menggelapkan
bermakna menyelipkan atau mengambil secara diam-diam; dan
memainkan
bermakna
Universitas Sumatera Utara
menggunakan sesuatu sebagai alat hiburan. Namun, jika dilihat dari tataran konotatifnya, maka ketiga istilah tersebut hampir mempunyai tujuan yang
dimaknai sama, yaitu sama-sama ingin bertindak melakukan kecurangan.
4.2.3 Analisis Berita dengan Judul “