Universitas Sumatera Utara
4.3 Pembahasan
Setelah analisis data di atas, karikatur sampul pada edisi 4 April dan 11 April 2011 tersebut pada dasarnya hampir memiliki unsur pemaknaan yang
sepenuhnya sama, dalam artian sama-sama mengarah pada tujuan untuk menciptakan
labeling
dan
stereotype
baru terhadap objek pemberitaannya. Analoginya ketika
Tempo
mengadaptasi dua karakter wanita yang dikenal dunia berdasarkan sejarah budayanya tersebut, yaitu Monalisa dan Medusa untuk
menggambarkan
Malinda Dee,
maka
Tempo
mencoba membangun sebuah label untuk memberi perumpamaan bahwa
Malinda Dee
tidak jauh berbeda dengan kedua tokoh tersebut, baik dari segi penampilan, sikap atau perilaku, dan
kepribadian yang dimilikinya. Seperti pada edisi 4 April 2011,
Malinda Dee
digambarkan seolah-olah sebagai lukisan Monalisa yang sama persis dengan lukisan aslinya, hanya saja wajah, pakaian, latar belakang dan beberapa unsur
pendukung lainnya memiliki sedikit perbedaan, namun konsep yang diusung mengadaptasi dari desain lukisan Monalisa. Selanjutnya pada edisi 11 April 2011,
Malinda Dee
digambarkan sebagai seorang wanita berambut ular, yakni bernama Medusa, yang dikenal menurut sejarah Yunani pada awalnya merupakan seorang
wanita biasa yang terkenal sangat cantik di Yunani namun karena keangkuhannya terjadilah tragedi kutukan yang mencelakai dirinya hingga akhirnya dia berubah
wujud menjadi monster yang menakutkan. Selanjutnya pada teks berita terkait yang terdiri dari empat judul berita
pada tiap edisi, yaitu pada edisi 4 April 2011 terdapat cuplikan berita pengantar sebagai awal pembahasan kasus Malinda dilengkapi dengan kartun berita yang
menjadi kritik media terhadap kasus tersebut, menggambarkan karakter kartun Malinda sebagai wanita rendahan yang nakal, dengan segala upaya melakukan
pemaksaan yang dalam unsur konotasinya kartun wanita tersebut menggunakan beberapa bagian anggota tubuhnya, seperti bibir yang dengan sengaja dibentuk
agar berkesan sensual, keindahan bentuk tubuhnya memperlihatkan lekuk tubuh serta bagian dadanya dengan mengenakan dress pas badan berkerah sangat
rendah. Selain itu, beberapa konten berita dari tiap judul saling menggunakan
istilah-istilah baru, seperti
Barbie, bohai, cantik, seksi, kuyu, glamor, sosialita,
Universitas Sumatera Utara
lihai, luwes, dada yang membusung, mengkilap, busana ketat dan seksi, membidik mangsa, gemerlap, menelikung, pergunjingan, berseliweran, mejeng, kakap, pose,
gencar, bersalin rupa, menjala, senyum merekah, berlenggak-lenggok, selebritas, takluk, keramahan, menggaet, memainkan, anggun, menggangsir, canggih,
membalut tubuhnya, poni khasnya, keningnya yang mulus,
dan lainnya yang semua istilah tersebut mengarah pada karakter serta menunjukkan sosok
Malinda Dee
sebenarnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap pemberitaan
Malinda Dee
di Majalah
Tempo
yang dimuat dalam dua edisi berturut-turut yakni edisi 0540 4 April 2011 dan 0640 11 April 2011, maka peneliti dapat menyimpulkan
beberapa hal: 1.
Representasi pemberitaan
Malinda Dee
sebagai pelaku kejahatan intelektual dimuat di Majalah
Tempo
pada edisi pertama yakni 4 April 2011, yang dimulai dari desain karikatur sampul depan majalah,
menggambarkan Malinda sebagai sosok perempuan yang menyerupai
Monalisa. Hal ini ditandai dengan pola gambar yang dibentuk sedemikan rupa agar mirip dengan sosok bangsawan yang dilukis oleh Leonardo Da
Vinci, seorang seniman berkebangsaan Italia tersebut. Analogi yang dapat ditarik dari konsep yang mengadaptasi lukisan bersejarah yang disinyalir
memiliki unsur mistik tersebut adalah
Tempo
melihat adanya kesamaan antara gaya hidup serta lingkungan pergaulan dari
Malinda Dee
dengan kehidupan bangsawan Eropa. Karena dengan membandingkan kedua hal
tersebut maka
Tempo
berhasil menciptakan
labeling
atau
stereotype
baru terhadap Malinda sebagai wanita yang gemar bergaul dengan kalangan
orang-orang berpengaruh di Indonesia. 2.
Representasi pemberitaan
Malinda Dee
dari desain kartun berita yang dimuat pada halaman 16 dengan judul ‟
21 tahun lalu, Menggasak dari Dalam
‟ menggambarkan sosok wanita dengan kekuasaan dan keahliannya melakukan penindasan terhadap pria kaya yang notabene adalah kalangan
intelektual kaya. Sosok karakter kartun tersebut menganalogikan Malinda sebagai wanita nakal yang memaksa setiap laki-laki dengan mengandalkan
kelebihan yang ada pada dirinya namun terkesan rendahan atau tidak beretika untuk membutakan pikiran sekaligus memperdaya pria tersebut
hingga akhirnya rela dan bersedia melepaskan seluruh harta dalam hal ini