Universitas Sumatera Utara
4.2.1 Analisis Karikatur Sampul 2
Universitas Sumatera Utara
1. Tataran Denotatif Analisis Leksia
1 Karakter karikatur
Malinda Dee
berpose menghadap para pria yang mewakili karakter dari korban
Malinda
. Karakter
Malinda
berdiri sambil berkacak pinggang diantara kerumunan para pria dengan jarak kira-kira
sepanjang satu lengan orang dewasa antara Malinda dengan pria-pria tersebut. Potret seluruh objek gambar ditampilkan hanya potongan dari
pinggang ke atas dan fokus gambar diambil dari atas yakni melalui sudut pandang tinggi
high angel
2 Karakter
Malinda Dee
sedang memegang dan menarik dasi salah satu karakter pria yang sedang mengerumuninya, tepatnya karakter pria yang
berhadapan dengannya. 3
Karakter
Malinda Dee
tersenyum lebar dan memandang ke arah salah satu karakter pria yang berada di hadapannya yakni karakter yang sedang
ditarik dasinya. 4
Karakter
Malinda Dee
memiliki rambut yang aneh yaitu rambutnya berbentuk ular. Hal ini dianalogikan seperti mitologi Medusa, wanita
berambut ular, pada zaman Yunani kuno. 5
Rambut ular tersebut sedikit berkilau oleh kilas cahaya sehingga terlihat berwarna agak putih.
6 Rambut, bibir, serta pakaian yang dikenakan karakter
Malinda
hampir berwarna serupa, yakni coklat keabu-abuan.
7 Salah satu tangan dari salah seorang karakter pria tersebut terlihat muncul
dari belakang badan pria yang lainnya dan hendak meraih serta menggapai
Malinda
. 8
Seluruh karakter pria tersebut kebanyakan mengenakan jas dan dasi serta beberapa mengenakan setelan kemeja dinas.
9 Seluruh karakter pria berpose seperti patung batu, ditandai dengan warna
putih pucat kombinasi putih beras pada seluruh tubuh bahkan wajah serta pakaian yang dikenakan mereka. Seolah-olah mereka telah mengalami
sihir yang dilakukan oleh wanita berambut ular yaitu karakter
Malinda
, sesuai dengan mitos Medusa, siapapun yang menatap matanya maka akan
berubah seketika menjadi patung batu.
Universitas Sumatera Utara
10 Latar belakang
background
dari karikatur tersebut berwarna hitam polos tanpa ada kombinasi unsur warna lainnya.
11 Terdapat beberapa kalimat judul berita dalam sampul tersebut, seperti
headline
yang menjelaskan objek gambar Malinda, berwarna kuning dengan ukuran
font
yang lebih besar daripada judul lainnya: „
Nasabah Kakap Malinda
‟ berwarna kuning
.
Sementara
subheadline
-nya yang berukuran lebih kecil:
Korbannya dari jenderal polisi, pengacara kondang, pengusaha, sampai mantan pejabat
berwarna putih.
1.1 Desain Grafis
1 Garis
Hanya terdapat satu garis horizontal berwarna merah yang terletak di pinggir kanan sampul, dengan ketebalan sekitar setengah sentimeter. Garis
tersebut bukan merupakan
frame
bingkai pada sampul melainkan sebagai pembatas gambar. Pada garis tersebut tertulis website
Tempo
dan nomor ISSN.
2 Bentuk
Dalam sampul tersebut tidak ada bingkai atau
frame
yang berfungsi sebagai pembatas gambar. Dikarenakan hanya ada satu garis horizontal
yang berada di tepi kanan sampul, maka karikatur
Malinda Dee
hanya dibatasi dari sebelah kanan. Sementara untuk sisi kiri, atas, dan bawah
seolah-olah tidak terbatas oleh kontur garis. Maka, ini yang membedakan antara karikatur, gambar hasil desain sendiri, dengan karya foto jurnalistik.
3 Tekstur
Karikatur biasanya menunjukkan tekstur yang tidak setegas foto jurnalistik pada umumnya. Dikarenakan karikatur adalah hasil desain tangan manusia
sementara foto adalah hasil desain teknologi. Sehingga tekstur gambar pada karikatur sampul majalah
Tempo
ini, terlihat tidak halus dan hasilnya lebih kasar, namun lebih berkesan alami. Sementara untuk foto jurnalistik,
tidak diragukan lagi untuk hasil dan resolusi gambar yang bisa dikatakan kuat dan jelas karena memiliki kualitas gambar yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
4 Warna
Desain sampul ini menggunakan warna latar
background
karikatur yang dominan gelap. Hitam polos tanpa perpaduan warna apapun dan tanpa
dihiasi dengan objek gambar lain sebagai latar belakang sampul, sehingga sampul hanya dipenuhi dengan objek karikatur. Warna pakaian yang
dikenakan Malinda hampir serupa dengan warna hitam pada latar belakang hanya saja warna pakaiannya dipadukan dengan gradasi putih keabu-
abuan. Sedangkan untuk objek gambar yang mewakili karakter dari para korban Malinda, tidak berwarna sama sekali atau hanya memiliki corak
putih krem keseluruhannya karena menandakan karakter tersebut telah membeku atau berubah menjadi batu. Untuk warna pada
headline
“
Nasabah Kakap Malinda
” berwarna kuning, sedangkan tulisan
sub headline
“
Korbannya dari jenderal polisi, pengacara kondang, pengusaha, sampai mantan pejabat
” berwarna putih. Selain itu, untuk karakter warna tulisan
TEMPO
sebagai identitas nama
Tempo
sendiri untuk edisi kali ini berwarna putih, berbeda dengan edisi sebelumnya yang
berwarna merah. Begitu juga dengan tambahan dari judul-judul berita lainnya memiliki corak warna putih seluruhnya.
5 Tipografi
Masih dengan jenis
font
atau tipografi yang sama dengan edisi sebelumnya, kali ini nama
TEMPO
tetap menggunakan jenis huruf
Romein
dan dengan ukuran yang masih sama. Untuk seluruh judul yang tertera, baik judul besar yakni
headline, subheadline,
serta judul-judul mengenai kasus lain, menggunakan jenis huruf
Sanserif
dengan aksen
bold
ditebalkan namun memiliki ukuran yang berbeda-beda.
2. Lima Kode Pembacaan
1 Kode Hermeneutika kode teka-teki
Mengapa karakter karikatur
Malinda Dee
mirip dengan karakter Medusa dalam sejarah mitologi Yunani? Mengapa rambut karakter
Malinda Dee
berbentuk ular? Mengapa karakter
Malinda Dee
menarik dasi salah satu karakter pria? Mengapa karakter
Malinda Dee
mengenakan pakaian yang
Universitas Sumatera Utara
berwarna gelap dan senada dengan warna rambut, bibir, serta retina matanya? Dan mengapa pakaiannya begitu ketat membentuk lekuk badan
serta sangat terbuka dan berkerah rendah sehingga memperlihatkan bagian dadanya dan tampak berkesan sensual? Mengapa karakter
Malinda Dee
menunjukkan senyuman yang lebar sambil berkacak pinggang? Mengapa dalam karikatur tersebut seluruh karakter dari korban
Malinda Dee
adalah pria? Mengapa kebanyakan karakter korban
Malinda
mengenakan jas dan dasi atau setelan pakaian dinas? Mengapa mereka berubah menjadi patung
batu? Mengapa tangan salah satu dari karakter korban dalam karikatur tersebut seperti hendak meraih bagian tubuh karakter
Malinda
? Mengapa latar belakang karikatur gelap seluruhnya?
2 Kode Proairetik logika tindakan
Karakter karikatur
Malinda Dee
mirip atau disamakan dengan karakter Medusa dalam sejarah mitologi Yunani. Medusa dikenal sebagai monster
wanita berambut ular yang sejarahnya pada zaman Yunani kuno dahulu mengalami kutukan dari Dewi Athena. Kemudian setelah mengalami
kutukan tersebut, Medusa pun berubah wujud menjadi monster yang mengerikan dan setiap orang yang memandang matanya akan berubah
menjadi patung batu. Karakter Medusa sampai saat ini semakin dikenal karena identik dengan ciri-ciri rambut ularnya, maka karakter karikatur
Malinda
pun sengaja didesain demikian agar mirip dengan karakter Medusa, perumpamaannya agar disesuaikan dengan karakter monster
Medusa yang sombong, jahat, dan mengusik ketenangan orang banyak. Karakter
Malinda
menarik dasi salah satu karakter pria yang mewakili korban-korban
Malinda
merupakan suatu komunikasi simbolis yang diadaptasi atau untuk mengekspresikan salah satu cara yang menjadi
modus kejahatan
Malinda
dalam melakukan penggelapan uang nasabahnya. Karakter
Malinda
tersenyum lebar dan berkacak pinggang menandakan keberanian serta kekuasaan yang dimilikinya dalam
mengintimidasi seluruh karakter pria tersebut, istilah „
berkacak pinggang
‟ menganalogikan sebuah komunikasi simbolis yang bermakna keangkuhan
atau perasaan bangga akan sesuatu. Begitu juga dengan makna senyuman
Universitas Sumatera Utara
lebar yang menghiasi bibir karakter
Malinda
tersebut menganalogikan suatu kebanggaan karena pada akhirnya dapat menguasai karakter pria
untuk memenuhi segala keinginan karakter
Malinda
tersebut. Seluruh karakter pria berubah menjadi batu menandakan bahwa adanya kekuatan
mistik atau semacam ilmu sihir dalam diri karakter Malinda yang membuat seluruh karakter pria berubah menjadi batu, tidak jauh berbeda
dengan mitologi Medusa, maka ketika dianalogikan dengan karakter karikatur tersebut seolah-olah pada zaman modern saat ini masih ada cerita
tentang kejahatan Medusa atau wanita yang persis sama kelakuannya dengan Medusa di dunia nyata. Terlihat objek berupa tangan seseorang,
yang tak lain adalah tangan dari salah satu karakter pria seperti hendak meraih
Malinda
, tepatnya ingin menggapai bagian depan tubuh karakter
Malinda
, yang begitu terlihat sangat sensual dengan memperlihatkan belahan dada dari leher kerah bajunya yang sangat rendah sehingga
menarik perhatian dan hasrat para pria untuk melakukan tindakan pelecehan seksual.
3 Kode Simbolik
Komunikasi simbolis dari pakaian yang dikenakan karakter
Malinda
juga menganalogikan akan wanita jahat atau perempuan berkarakter nakal pada
zaman modern sekarang ini. Wanita yang gemar mengenakan pakaian ketat sehingga membingkai lekuk badannya apalagi sampai menunjukkan
bagian dadanya dengan bentuk kerah baju yang rendah sudah pasti mengundang perhatian serta memunculkan kesan atau imej negatif di
kalangan masyarakat atau publik. Maka, jika masih dikaitkan dengan sejarah mitologi Medusa, hal demikian merujuk pada adanya wanita di
zaman sekarang yang mencerminkan karakter Medusa dengan ciri-ciri yang sudah disebutkan sebelumnya yakni salah satunya adalah
mengenakan pakaian ketat sehingga menjadi pusat perhatian orang banyak khususnya para lelaki. Begitu juga dengan nuansa warna gelap yakni
warna coklat keabu-abuan pada pakaian dari karakter
Malinda
, hampir sama persis dengan warna rambut ularnya, bibir, serta retina mata, dan
juga warna latar belakang karikatur tersebut, menunjukkan bahwa segala
Universitas Sumatera Utara
sesuatu yang mengandung unsur kejahatan atau kekuatan sihir akan melambangkan nuansa kegelapan mengisyaratkan kesuraman seperti
warna hitam, dan warna-warna gelap lainnya. Seluruh karakter dari para pria mengenakan jas dan dasi atau setelan kemeja dinas menandakan
bahwa karakter pria tersebut bukan berasal dari sembarangan kalangan melainkan orang-orang dari kalangan intelektual yang memiliki level
seperti misalnya pengacara terkenal, jenderal polisi, mantan pejabat, pengusaha, dan lain sebagainya.
4 Kode Gnomik kode budaya
Berdasarkan tataran asal-usul budayanya, karakter karikatur tersebut seperti yang tadi sudah dijelaskan sedikit pada kode proairetik logika
tindakan diadaptasi dari sejarah mitologi Yunani kuno, Medusa, sebagai wanita yang berubah menjadi monster berambut ular. Dia adalah salah
satu dari ketiga Gorgon bersaudara. Siapapun yang menatap wajahnya akan berubah seketika menjadi batu. Namun, pada akhirnya Medusa
berhasil dibunuh oleh seorang pahlawan Yunani bernama Perseus. Secara harfiah, nama Medousa sendiri berarti penjaga atau pelindung. Sebelum
dikutuk menjadi Gorgon istilah monster berambut ular, Medusa sebenarnya adalah wanita cantik yang tinggal bersama kedua saudarinya
yang bernama Sthenno dan Euryale. Mereka adalah anak-anak dari Phorcys dan Ceto. Pada zaman itu, Medusa dikenal sebagai wanita paling
cantik di Athena sehingga para dewa pun jatuh cinta padanya, dan salah satunya ialah Poseidon, sang penguasa lautan. Ia berusaha mendekatinya.
Namun, karena kecantikannya Medusa menjadi gadis yang sombong, dan dengan angkuhnya menolak Poseidon mentah-mentah. Karena sangat
terobsesi, Poseidon berniat untuk memperkosanya. Mengetahui hal ini, Medusa lari dan bersembunyi di Kuil Suci Milik Athena. Poseidon
berhasil mengikuti Medusa dan tanpa mempedulikan keadaan sekitar dimana mereka berada, Poseidon memperkosanya. Athena yang
mengetahui hal ini, muncul dan mengutuk Medusa bersama kedua saudarinya karena tidak terima kuilnya dijadikan tempat berbuat zina.
Mereka berubah menjadi wanita dengan wajah mengerikan. Namun,
Universitas Sumatera Utara
diantara ketiga Gorgon tersebut, hanya Medusa yang bisa mati mortal. Jika dikaitkan dengan karakter karikatur Malinda yang mengadaptasi
karakter Medusa, maka hal tersebut dapat memunculkan atau menciptakan
labelling
maupun
stereotype
terhadap Malinda sebagai jelmaan ataupun reinkarnasi Medusa di zaman modern saat ini. Sesuai dengan inisial huruf
depan nama yang sama, kemungkinan besar ataupun jika hanya kebetulan maka
Tempo
sudah berhasil membingkai interpetasi pembaca terhadap karakter Malinda sampai saat ini.
5 Kode Semik tataran konotatif
Karakter yang menggambarkan Malinda sebagai sosok Medusa menandakan bahwa
Tempo
telah memberikan
labelling
serta
stereotype
terhadap
Malinda Dee
dengan diibaratkan sebagai monster yang siap „memangsa‟ atau „memburu‟ para calon klien yang bisa menjadi sumber
penghasilan baginya. Berdasarkan informasi yang didapatkan oleh peneliti, sebenarnya masih ada sedikit hal yang menjadi pertanyaan
mengapa ketika Medusa yang justru menjadi korban perkosaan oleh Poseidon, Athena malah mengutuknya bersama kedua saudarinya yang
tidak bersalah. Sementara, Poseidon yang menjadi pelaku utama dalam sejarah tersebut tidak mendapatkan hukuman apapun. Dari segi logika,
bahkan dapat disimpulkan bahwa dimulai pada zaman dahulu dimana sejarah berkembang, dimana pun dan apapun yang terjadi, jika itu memang
sejarah yang sebenarnya, seolah-olah kaum wanita sudah mendapatkan posisi yang termarjinalkan tanpa disadari. Cerita tersebut dapat
disimpulkan menempatkan kaum perempuan sebagai peran antagonis yang jahat, angkuh, licik, perusak atau pengganggu. Namun, jika sebaliknya,
perempuan itu ditempatkan pada posisi sebagai objek penderita, maka tetap saja mereka dipublikasikan dengan istilah-istilah atau sebutan yang
terkesan menyudutkan diri mereka secara personal.
Universitas Sumatera Utara
4.2.2 Analisis Berita dengan Judul “