Tokoh-tokoh Semiotika Kajian Semiotik di Media .1 Pengertian dan Macam-macam Semiotika

Universitas Sumatera Utara 9 Semiotika Struktural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa.

2.2.3.2 Tokoh-tokoh Semiotika

1. Charles S. Pierce Charles Sanders Pierce merupakan tokoh yang menjadi pendiri pragmatisme. Pierce terkenal karena teori tandanya. „Tanda‟, menurut Pierce adalah “…something which stands to somebody for something in some respect or capacity”. Definisi Pierce menunjukkkan peran „subjek‟ somebody sebagai bagian tak terpisahkan dari proses signifikasi. Model triadic yang digunakan Pierce representamen + object + interpretant = sign memperlihatkan peran besar subjek ini dalam proses transformasi bahasa. melihat Rumus sederhana Pierce menyalahi kenyataan tentang adanya suatu fungsi tanda: tanda A menunjukkan suatu fakta atau objek B, kepada penafsirnya yaitu C. Oleh karena itu, suatu tanda tidak pernah berupa suatu entitas yang sendirian, tetapi memiliki ketiga aspek tersebut. Pierce mengatakan bahwa tanda itu sendiri merupakan contoh dari Kepertamaan, objeknya adalah Kekeduaan, dan penafsirnya –unsur pengantara– adalah contoh Keketigaan. Bagi Pierce, sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi disebut ground. Konsekuensinya, tanda sign atau representamen selalu terdapat dalam hubungan triadik, yakni ground , object , dan interpretant . Atas dasar hubungan ini, Pierce mengadakan klasifikasi tanda. Tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi Sobur, 2004:41: 1. Hubungan penalaran dengan jenis penandanya: a. Qualisigns : penanda yang bertalian dengan kualitas, adalah tanda- tanda yang merupakan tanda berdasarkan suatu sifat. b. Sinsign : penanda yang bertalian dengan kenyataan, adalah tanda yang merupakan tanda atas dasar tampilnya dalam kenyataan. c. Legisign : penanda yang bertalian dengan kaidah, adalah tanda-tanda yang merupakan tanda atas dasar suatu peraturan yang berlaku umum, sebuah konvensi, sebuah kode. 2. Hubungan kenyataan dengan jenis dasarnya berdasarkan objeknya: Universitas Sumatera Utara a. icon ikon : sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa dengan bentuk objeknya terlihat pada gambar atau lukisan; b. index indeks : sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkan petandanya; c. symbol simbol : sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang oleh kaidah secara konvensi telah lazim digunakan dalam masyarakat. 3. Hubungan pikiran dengan jenis petandanya berdasarkan interpretant : a. rheme or seme : penanda yang bertalian dengan mungkin terpahaminya objek petanda bagi penafsir; b. dicent or decisign or pheme : penanda yang menampilkan informasi tentang petandanya; c. argument : penanda yang petandanya akhir bukan suatu benda tetapi kaidah Sobur, 2004 : 97-98. Triadik atau disebut sebagai teori segitiga makna triangle meaning , yang menurut Pierce salah satu bentuk tanda adalah kata, sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretan adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi, maka muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. Persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi adalah apa yang dikupas dari teori segitiga makna. Hubungan teori segitiga makna Pierce lazimnya ditampilkan dalam gambar berikut Fiske dalam Sobur, 2004:115: Gambar 1.2 Elemen Makna Pierce Sign Interpretant Object Sumber: John Fiske, Introduction to Communication Studies, 1990, hlm.42 dalam Sobur, 2004:115. Universitas Sumatera Utara 2. Ferdinand De Saussure “Jika ada seseorang yang layak disebut sebagai pendiri linguistik modern, dialah sarjana dan tokoh besar asal Swiss: Ferdinand De Saussure”. Selain sebagai seorang ahli linguistik, dia juga seorang spesialis bahasa-bahasa Indo Eropa dan Sansekerta Wibowo, 2013:20. Saussure dilahirkan di Jenewa pada 1857 dalam sebuah keluarga yang sangat terkenal di kota itu karena keberhasilan mereka dalam bidang ilmu. Ia hidup sezaman dengan Sigmund Freud dan Emile Dukheim meski tidak banyak bukti bahwa ia sudah pernah berhubungan dengan mereka Sobur, 2004:45. Karyanya disusun dari tiga kumpulan catatan kuliah saat memberi kuliah linguistik umum di Universitas Jenewa pada tahun 1907, 1908-1909, dan 1910- 1911 kemudian diterbitkan sebagai buku dengan judul Course In General Linguistics . Kita mengenalnya dengan istilah “strukturalisme” dalam Sobur, 2004:44. Dikatakan strukturalisme karena pada saat itu, studi bahasa hanya berfokus pada perilaku linguistik yang nyata Parole . Saussure justru menggunakan pendekatan anti historis yang melihat bahasa sebagai sebuah sistem yang utuh dan harmonis secara internal atau dalam istilah Saussure disebut Langue Wibowo, 2013:20. Sedikitnya, ada lima pandangan dari Saussure yang di kemudian hari menjadi peletak dasar dari strukturalisme, yaitu pandangan tentang 1 signifier penanda dan signified petanda; 2 form bentuk dan content isi; 3 langue bahasa dan parole tuturan, ujaran; 4 synchronic sinkronik dan diachronic diakronik; 5 syntagmatic sintagmatik dan paradigmatic paradigmatic Sobur, 2004:46. Saussure meletakkan tanda dalam konteks komunikasi manusia dengan melakukan pemilahan antara apa yang disebut signifier penanda dan signified petanda. 1 Signifier adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna aspek material, yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis dan dibaca. Signified adalah gambaran mental, yakni pikiran atau konsep aspek mental dari bahasa. Hubungan antara keberadaan fisik tanda dan konsep mental tersebut dinamakan signification . Sobur, 2004:125. Universitas Sumatera Utara 2 Istilah form bentuk dan content materi,isi ini oleh Gleason Pateda, 1994:35 diistilahkan dengan expression dan content , satu berwujud bunyi dan yang lain berwujud ide Sobur, 2004:47. 3 Saussure membedakan tiga istilah dalam bahasa Perancis: langage , langue sistem bahasa dan parole kegiatan ujaran. Dalam pandangan Barthes 1996:81 dalam Sobur, 2004:50, apa yang disebut langue itu adalah langage dikurangi parole . Dalam pengertian umum, langue adalah abstraksi dan artikulasi bahasa pada tingkat sosial budaya, atau sedangkan parole merupakan ekspresi bahsa pada tingkat individu. 4 Sinkronik dan diakronik merupakan konsep ruang dan waktu untuk melihat suatu gejala kebahasaan. Sinkronik yaitu keadaan yang bertepatan menurut waktu, sedangkan diakronik yaitu deskripsi tentang perkembangan bahasa, sejarah melalui waktu Sobur, 2004:53. 5 Saussure sekali lagi membahas struktur bahasa dalam konsepsi dasar yakni perbedaan tanda antara sintagmatik dan paradigmatik. Hubungan-hubungan ini terdapat pada kata-kata sebagai rangkaian bunyi-bunyi maupun kata-kata sebagai konsep Sobur, 2004 : 49-54. Gambar 1.3 Elemen-Elemen Makna Saussure Sign Composed of Signification Signifier Signified external reality of meaning physical mental concept existence of the sign Sumber: John Fiske, Introduction to Communication Studies, 1990, hlm.44 dalam Sobur, 2004:125. Universitas Sumatera Utara Ferdinand De Saussure 1857-1913 mengatakan bahwa tanda-tanda disusun dari dua elemen, yaitu aspek citra tentang bunyi semacam kata atau representasi visual dan sebuah konsep dimana citra bunyi disandarkan. Tanda itu sendiri merupakan manifestasi konkret dari citra bunyi dan diidentifikasikan sebagai penanda dan petanda. Dengan kata lain, dalam sebuah tanda terungkap konsep penanda dan petanda yang tak terpisahkan, kehadiran yang satu berarti pula kehadiran yang lain seperti dua sisi kertas. Bagi Saussure, hubungan antara penanda dan petanda bersifat bebas arbiter , yakni arbitrer dalam pengertian penanda tidak mempunyai hubungan alamiah dengan petanda Sobur, 2004 : 31- 32. 3. Umberto Eco Stephen W. Littlejohn 1996 menyebut Umberto Eco sebagai ahli semiotika yang menghasilkan salah satu teori tanda yang paling komprehensif dan kontemporer. Umberto Eco lahir pada 5 Januari 1932 di Alessandria, wilayah Piedmont, Italia. Awalnya ia belajar hukum, namun kemudian mempelajari filsafat dan sastra sebelum akhirnya menjadi ahli semiotika. Ia menulis tesisnya tentang estetika Thomas Aquinas dan meraih gelar doctor dalam bidang filsafat pada 1954. Dia kemudian memasuki dunia jurnalisme sebagai editor untuk program budaya di jaringan televisi RAI. Beberapa karya Eco yang dituangkan lewat buku, novel, esai dan tulisan lainnya yakni: Sviluppo dell‟estetico medievale 1959; Opera apera 1962; Le poetische di Joyce: dall “summa” al “ Finnegans Wake ” 1966; A Theory of Semiotics 1976; A Semiotic Landscape 1979; The Role of the Reader: Explorations in the Semiotics of Text 1981; Semiothics and the Philosophy of Languange 1984; The Name of the Rose 1983; Foucault‟s Pendulum 1988; Belief or Nonbelief? A Confrontation 1997 Sobur, 2004:73. Awalnya Eco menulis buku dan beberapa tulisan lainnya dilatarbelakangi oleh penyesalannya atas hilangnya keimanan dan kepercayaan beragama yang sempat dianutnya. Mulanya Eco adalah seorang katholik sampai umur dua puluh dua tahun, namun kemudian memilih untuk tidak memiliki kepercayaan apapun. Meski begitu, ia tidak marah atau bersikap anti agama setelah menjadi eks- katholik Sobur, 2004:72. Berkaitan dengan semiotika, belakangan ini, semiotika Universitas Sumatera Utara menunjukkan perhatian besar dalam produksi tanda yang dihasilkan oleh masyarakat linguistik dan budaya. Berbeda dengan konsep Ferdinand de Saussure tentang tanda dan pendekatan taksonomis semiotika Charles Sanders Pierce, Eco memastikan diri untuk menyelidiki sifat-sifat dinamis tanda dalam bukunya Theory of Semiothics 1976, 1979 Sobur, 2004:75. Pada dasarnya, fungsi tanda merupakan interaksi antara berbagai norma: “Kode memberikan kondisi untuk hubungan timbal balik fungsi-fungsi tanda secara kompleks” Eco, 1979. Menurut Eco, sistem aturan, yaitu kode yang terdiri atas hierarki subkode-subkode yang kompleks; sebagaian darinya kuat dan stabil, sedangkan lainnya lemah dan bersifat sementara Sobur, 2004:76. Menurut Eco, unsur-unsur pokok dalam tipologi cara pembentukan tanda adalah Lechte, 2001 Sobur, 2004:78: 1. Kerja fisik, yaitu: upaya yang dilakukan untuk membuat tanda. 2. Pengenalan, yaitu: objek atau peristiwa dilihat sebagai suatu ungkapan kandungan tanda, seperti tanda, gejala, bukti. 3. Penampilan, yaitu: suatu objek atau tindakan menjadi contoh jenis objek atau tindakan. 4. Replika, yaitu: kecenderungan ke arah ratio difficilis secara prinsip, tetapi mengambil kodifikasi melalui pengayaan. 5. Penemuan, yaitu: kasus yang paling jeals dari ratio difficilis sebagai yang tidak terlihat oleh kode; menjadi landasan suatu kontinuum materi baru Eco –sebagaimana dikutip Yasraf Amir Piliang dalam buku “ Hipersemiotika ” Tafsir Cultural Studies Atas matinya Makna 2003 – menegaskan bahwa semiotika adalah teori dusta. Eco mengatakan bahwa: pada prinsipnya semiotika adalah sebuah disiplin yang mempelajari segala sesuatu yang dapat digunakan untuk berdusta. Dengan demikian semiotika pada prinsipnya adalah suatu disiplin yang mempelajari apapun yang dapat digunakan untuk menyatakan suatu kebohongan. Jika sesuatu itu tersebut tidak dapat digunakan untuk mengatakan kebohongan, sebaliknya tidak bisa digunakan untuk mengatakan kebenaran Wibowo, 2011:19. Universitas Sumatera Utara

2.2.4 Semiologi Roland Barthes