Universitas Sumatera Utara
pers. Makin sempurna mekanisme internal keredaksian
Tempo
, makin mengental semangat jurnalisme investigasinya. Maka makin tajam pula daya kritik
Tempo
terhadap pemerintahan Soeharto yang sudah sedemikian melumut. Puncaknya, pada Juni 1994.
Untuk kedua kalinya
Tempo
dibredel oleh pemerintah, melalui Menteri Penerangan Harmoko.
Tempo
dinilai terlalu keras mengkritik Habibie dan Soeharto, ihwal pembelian kapal kapal bekas dari Jerman Timur. Selepas
Soeharto lengser pada Mei 1998, mereka yang pernah bekerja di
Tempo
dan tercerai berai akibat bredel, berembuk ulang. Mereka bicara ihwal perlu-tidaknya
majalah
Tempo
terbit kembali. Hasilnya,
Tempo
harus terbit kembali. Maka, sejak 12 Oktober 1998, majalah
Tempo
hadir kembali. Untuk meningkatkan skala dan kemampuan penetrasi ke bisnis dunia media, maka pada tahun 2001, PT. Arsa
Raya Perdanago public dan menjual sahamnya ke publik dan lahirlah PT. Tempo Inti Media Tbk. PT.TIM sebagai penerbit majalah
Tempo
yang baru.
3.3 Objek Penelitian
Objek penelitian adalah sesuatu yang merujuk pada masalah atau tema
yang sedang diteliti Idrus, 2009:91. Adapun objek dalam penelitian ini adalah:
Majalah
Tempo
Sampul Depan Berita Terkait
Edisi 0540 terbit pada 04 April 2011
Gambar Karikatur
dengan Headline: “Mandi Duit Malinda:
Dengan rayuan dan blangko
kosong, pegawai Citibank ini
menggangsir dana
puluhan miliar rupiah” 1.
Judul:
a.
OPINI “Rekening
Gendut Malinda
Dee”
b.
“Permainan
Blangko Kosong
Malinda” c.
“Barbie
Penggemar
Ferrari” 2.
Kartun pada halaman 16 dengan headtext
Universitas Sumatera Utara
„Malinda Fever‟ Edisi 0640 terbit pada
11 April 2011 Gambar
Karikatur dengan Headline:
“Nasabah Kakap
Malinda: Korbannya
mulai dari
jenderal polisi,
pengacara kondang,
pengusaha, sampai
mantan
pejabat.” Judul:
a.
“
Si Barbie
Masih Sendiri
”
b.
“
Proyek Inong di Luar Citi
”
c.
“
Inong Malinda Dee
„Dalam Seminggu
Nama Saya Hancur‟ d.
“
Manja dengan
Fasilitas Khusus
”
3.4 Kerangka Analisis
Dalam penelitian ini unit analisis yang diambil adalah gambar sampul depan yang berupa karikatur dan teks berita yang dimuat di majalah
Tempo
edisi 0540 dan 0640 April 2011 terkait pemberitaan
Malinda Dee
. Kemudian penelitian ini selanjutnya dianalisis menggunakan level tanda yang terdiri dari
denotasi, konotasi, dan mitos berdasarkan konsep Roland Barthes. Hal ini digunakan untuk melihat bagaimana wanita seperti
Malinda Dee
, yang dicap sebagai pelaku kejahatan yang apapun bentuk kejahatannya memang tetap saja
merupakan kejahatan, digambarkan oleh media massa
Tempo
. Roland Barthes menggunakan istilah
two order signification
,
first order of signification
adalah denotasi, dan
second order of signification
adalah konotasi. Tatanan pertama mencakup penanda dan petanda yang mengarah kepada
suatu tanda atau objek yang berarti tahap realitas eksternal atau makna penting nyata dari sebuah tanda atau objek itu sendiri. Dalam hal ini denotasi sering
disebut dengan makna yang sebenarnya atau makna yang digeneralisasi. Sedangkan
signifikasi tahap
kedua
second order
of signification
menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya, yang disebut sebagai
konotasi. Penelitian ini juga ditinjau dari segi mitos, yang juga sering disebut signifikasi tahap kedua. Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau
Universitas Sumatera Utara
memahami berbagai aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos merupakan produk kelas sosial yang sudah mempunyai suatu dominasi.
Menurut Barthes, mitos dan ideologi merupakan kerja pemaknaan dengan menaturalkan interpretasi tertentu dari individu yang khas secara historis. Mitos
dapat menjadikan pandangan dunia tertentu, tampak tak terbantahkan karena alamiah atau ditakdirkan Tuhan. Mitos memberikan tindakan historis suatu
justifikasi alamiah, dan menjadikan berbagai peristiwa yang tak terduga menjadi abadi.
Analisis semiotika dipilih sebab dianggap relevan dan memiliki kekuatan dalam mempelajari hakikat tanda. Dalam hal ini desain dilihat sebagai suatu teks
yang memiliki makna. Suatu teks hadir tidaklah bebas nilai. Saussure berpendapat bahwa persepsi dan pandangan kita mengenai realitas, dikonstruksikan oleh kata-
kata dan tanda-tanda lain yang digunakan dalam konteks sosial Sobur, 2004:87.
3.5 Teknik Pengumpulan Data