Ana lisis Teks Berita dalam judul “

Universitas Sumatera Utara

4.1.4 Ana lisis Teks Berita dalam judul “

Rekening Gendut Malinda Dee ” bagian „OPINI‟ hal. 23, edisi 04 April 2011 Sepekan terakhir ini tak ada 1 pergunjingan yang lebih heboh selain soal Malinda Dee. Di jejaring sosial Facebook dan Twitter, kasus Malinda sempat 2 nge-hits , menjadi bahan obrolan tiada habis-habisnya. Foto- fotonya dengan 3 busana seksi 4 berseliweran di dunia digital. Dalam sebuah foto, ia kelihatan 5 mejeng dengan latar belakang mobil Ferrari merah menyala yang harganya tak kurang dari Rp 6 miliar. Itu baru sebagian kekayaannya . Kalimat tersebut merupakan lead berita opini yakni kalimat di awal paragraf pertama opini seputar Malinda Dee . Terdapat beberapa kata yang dicetak tebal bold , menandakan kata tersebut mendefinisikan maksud atau interpretasi tertentu yang ditujukan kepada objek pemberitaan, selain itu juga dapat dilihat apakah beberapa istilah yang digunakan tersebut merupakan kata yang sesuai dengan syarat kata baku atau tidak. Pertama , kata „ pergunjingan ‟. Kata tersebut pada umumnya dipergunakan dalam kalimat-kalimat negatif. Kalimat negatif maksudnya bukan hanya kalimat yang mengandung unsur pertentangan atau yang biasa menggunakan kata tidak . Tetapi kalimat yang dimaksudkan untuk mengutarakan hal-hal yang tidak baik atau berbau prasangka. Kata „ pergunjingan ‟, berasal dari kata dasar gunjing yang maknanya setingkat dengan kata fitnah . Kata tersebut dapat didefinisikan sebagai seseorang yang sedang menjadi bahan pembicaraan secara terus-menerus, yang akhirnya membawa namanya kepada citra yang negatif. Maka, jika dilihat dari tataran denotatifnya, dalam konteks kalimat tersebut mendeskripsikan bahwa kasus Malinda Dee telah menjadi topik pembahasan yang semakin meluas dan terus dibesar-besarkan khususnya mengenai hal buruk tentang dirinya. Sedangkan dari tataran konotatifnya, maka kata pergunjingan bisa dimaknai sama dengan istilah kata bulan-bulanan dan cemoohan . Kedua , seperti yang sudah dilihat, kali ini Tempo juga menggunakan perpaduan bahasa asing yang menurut kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar, kalimat tersebut bukanlah merupakan kalimat baku. Kata nge-hits , biasa dipergunakan sebagai bahasa anak muda masa kini atau bahasa gaul. Dilihat dari unsur denotatifnya, kata nge-hits , berasal dari kata da sar „ hit ‟ yang artinya jika Universitas Sumatera Utara diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah mengenai atau memukul. Namun, jika konteks kalimatnya demikian, dilihat dari unsur konotatifnya, maka istilah kata „ nge-hits ‟ merujuk pada makna melampaui atau mendominasi. Maka, dapat dideskripsikan makna dari kalimat tersebut merupakan pembahasan mengenai kasus Malinda Dee telah mendominasi perdebatan di berbagai media sosial. Ketiga , kata busana seksi , sudah tentu merujuk pada penampilan objek pemberitaan tersebut. Dilihat dari unsur denotatif, busana seksi terdiri dari dua kata yakni busana dan seksi, dimana perpaduan dua kata tersebut dapat dijabarkan sebagai pakaian serba terbuka yang dikenakan seseorang dan orang tersebut sudah dipastikan adalah seorang wanita. Karena citra seksi telah dicap untuk kaum wanita atau perempuan, maka sudah pasti hal itu merujuk pada wanita. Sedangkan dari tataran konotatif, busana seksi tidak hanya berupa pakaian terbuka. Pakaian serba tertutup juga bisa dikatakan sebagai busana seksi jika pakaian tersebut ketat membentuk liukan tubuh atau pas badan. Keempat , kata „ berseliweran ‟. Kata berseliweran biasanya digunakan dalam kalimat yang biasa digunakan untuk bahasa sehari-hari atau sering kita jumpai dalam buku-buku cerita horror maupun misteri. Kata berseliweran lebih banyak digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang aneh, menyeramkan atau menakutkan. Berdasarkan tataran konotatif, kata berseliweran jika dikaitkan dengan konteks kalimat tersebut mendefinisikan bahwa foto atau gambar pribadi Malinda Dee adalah sesuatu yang negatif yang mencemari pandangan khalayak karena berisi gambar dengan penampilan seksinya seperti pada kata sebelumnya. Sedangkan berdasarkan tataran denotatifnya, kata berseliweran didefinisikan sebagai sesuatu yang berlalu-lalang, sering mondar-mandir, ataupun bolak-balik kesana kemari. Kelima , kata mejeng pada kalimat terakhir paragraf tersebut menunjukkan kalimat tidak baku. Mejeng adalah istilah bahasa anak muda masa kini yang sering digunakan dalam pergaulan sehari-hari. Istilah mejeng biasanya didefinisikan sebagai tindakan mempertontonkan atau menunjukkan sesuatu di muka umum. Maka, kalimat tersebut mendeskripsikan bahwa foto-foto yang berseliweran busana seksi tersebut seperti pada kalimat sebelumnya, Universitas Sumatera Utara menampilkan objek foto yakni Malinda Dee sendiri dengan latar belakang mobil Ferrari miliknya. Dikatakan miliknya, karena kalimat berikutnya berbunyi “ itu baru sebagian kekayaannya ”. Jadi, inti kalimat tersebut menunjukkan sisi kehidupan Malinda yang disinyalir memiliki aset properti yang mewah. Harta Malinda Dee 6 kelewat melimpah untuk ukuran seorang manajer bank. Pada kalimat tersebut masih juga terdapat kata yang tidak baku. Istilah kata kelewat menunjukkan kata yang digunakan dalam bahasa sehari-hari. Kata tersebut yang membuat kalimat menjadi tidak baku. Berdasarkan unsur denotatif, kata kelewat dengan melimpah sebenarnya sudah merupakan dua kata yang mengandung unsur pemaknaan yang hampir sama. Kata kelewat dan melimpah sama-sama memiliki makna melampaui batas atau berlebihan, hanya saja kata kelewat merupakan kata keterangan, sementara kata melimpah merupakan kata kerja verbal. Maka, dapat dikatakan konteks kalimat ini menggunakan dua kata bermakna sama atau ganda sehingga dapat disimpulkan kalimat ini menggunakan. Bertahun-tahun Malinda mengurus rekening konsumen kelas gold, yang sedikitnya 7 punya duit Rp 500 juta . Perempuan 47 tahun itu tentu sangat berpengalaman membina relasi, sampai-sampai dia bisa 8 menilap uang nasabah sedikitnya Rp 20 milliar . Kalimat pembuka pada teks berita tersebut menunjukkan pengalaman Malinda yang telah sekian lama menangani rekening para nasabah khusus dengan jumlah rekening paling sedikit bernilai setengah miliar, ditandai dengan istilah bertahun-tahun . Dua kalimat tersebut berada pada paragraf ketiga. Kata punya disana tidak cocok ditempatkan dalam konteks kalimat tersebut walaupun sebenarnya istilah kata punya merupakan sejenis kata yang baku. Sedangkan istilah duit , merupakan istilah sehari-hari sehingga tidak termasuk kategori kata baku. Seharusnya jika diubah ke dalam kalimat baku, maka akan menjadi “… Malinda mengurus rekening konsumen kelas gold, yang memiliki sejumlah uang paling sedikit bernilai Rp 500 juta. ” Universitas Sumatera Utara Sedangkan untuk kalimat selanjutnya dengan istilah cetak tebal menilap , mendeskripsikan bahwa dengan kemampuan Malinda dalam membina hubungan kekerabatan dengan banyak kalangan utama, membuatnya dengan mudah menggelapkan sejumlah uang yang nilainya tidak sedikit. Tempo menggunakan istilah kata kerja menilap yang merupakan bentuk kata kerja dari asal kata dasar tilap , dengan arti yaitu melipat denotatif, dan menggelapkan konotatif. Modus yang dipakai perempuan bernama asli Inong Malinda ini, seperti kata penyidik polisi, sebenarnya tak 9 canggih-canggih amat . Hanya, posisinya sebagai manajer senior yang menangani klien-klien 10 kakap membuat ia 11 gampang menggarap korbannya. Sama halnya dengan kata berseliweran sebelumnya. Kata canggih pada umumnya ditempatkan atau dipadupadankan dalam kalimat yang mengandung unsur perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi atau sebuah alat yang mutakhir. Singkatnya, istilah canggih tersebut diperuntukkan langsung untuk menggambarkan kemampuan Malinda dalam hal ini kemampuan dalam memanfaatkan cara-cara yang tidak baik, selama pemberitaan beredar yang menurut khalayak media, Malinda begitu cerdik memanfaatkan segala cara tanpa mencurigakan sama sekali. Maka muncullah istilah canggih untuk menganalogikan keahlian Malinda tersebut. Terdapat beberapa kata yang rancu dalam kalimat tersebut. Pertama, untuk kata kakap , kata tersebut memiliki banyak arti. Dilihat dari makna sebenarnya atau makna denotatif, kata tersebut adalah nama seekor hewan yakni ikan sejenis ikan laut yang biasanya dijual dalam ukuran yang sudah besar begitu juga harganya yang relatif menengah ke atas. Maka, analoginya dengan makna kakap secara kiasan hampir sama dengan makna sebenarnya tadi, yakni merujuk pada sesuatu yang memiliki tingkat atau level lebih baik atau kualitas lebih bagus, disesuaikan dengan kehidupan nyata bahwa ikan tersebut memiliki kelas harga tinggi memang yang benar adanya. Istilah kata menggarap disitu juga sebenarnya tidak cocok digunakan untuk konteks kalimat seperti itu. Kata menggarap menurut unsur denotatifnya memang merujuk pada makna seperti memfungsikan, memanfaatkan, membuat Universitas Sumatera Utara agar, menjadikan, serta menyelesaikan. Sebaiknya jika kalimat tersebut mengikuti kaidah Bahasa Indonesia yang sesuai, maka kalimat yang lebih tepat misalnya seperti: „ hanya, posisinya sebagai manajer senior yang menangani orang-orang dari kalangan utama, membuat ia lebih mudah mempengaruhi korbannya. ‟ Semua urusan keuangan dipercayakan kepada Malinda. Dengan 12 kelihaiannya Malinda 13 menelikung kepercayaan itu. Kalimat tersebut sudah termasuk kalimat baku, namun ada beberapa kata yakni istilah kelihaiannya dan menelikung yang ditujukan untuk memberikan image simbolis tertentu yang bernilai negatif terhadap Malinda. Kata kelihaiannya secara denotatif berasal dari kata dasar lihai yang bermakna licik, pandai menipu ataupun memperdaya orang lain. Sedangkan menurut tataran konotatifnya, istilah kata lihai bisa dianalogikan sebagai seseorang yang pintar memanfaatkan situasi, dimana situasi yang berujung pada tindak kecurangan dan kejahatan. Selain itu, istilah kata lihai ini juga biasanya digunakan untuk mengungkapkan atau mengutarakan watak atau karakter dari seekor hewan seperti rubah atau serigala, yang memiliki insting berburu yang baik. Kata berikutnya yakni menelikung, berasal dari kata dasar telikung yang maknanya menurut tataran denotatif adalah membatasi atau membuat tidak bisa bergerak atau menutup jalannya sesuatu. Sementara menurut tataran konotatif, menelikung bisa dianalogikan sebagai menghilangnya atau pudarnya sesuatu, sesuai dengan konteks kalimat tersebut yang mendeskripsikan bahwa urusan kepercayaan terhadap Malinda akan urusan keuangan akhirnya hilang karena kecerdasannya digunakan untuk memperdaya orang yang telah memberikan kepercayaan tersebut. Menerima cek kosong dari nasabah yang punya harta miliaran rupiah membuat anggota 15 dunia gemerlap ini 16 enteng saja menuliskan angka- angka yang melebihi permintaan klien. Kalimat tersebut cukup kompleks dengan kata yang tidak baku atau memposisikan objek pemberitaan dalam situasi terpinggirkan dengan istilah halus Universitas Sumatera Utara yang menyiratkan makna lain. Kata punya disini tidak cocok ditempatkan dalam konteks kalimat demikian dan seharusnya diganti dengan kata memiliki agar menjadi kalimat baku. Selain itu, istilah kata dunia gemerlap tidak lain tidak bukan ditujukan kepada Malinda Dee yang menggambarkan gaya hidup serta lingkungan pergaulannya yang selama ini digandrungi oleh Malinda. Kata gemerlap , menurut tataran denotatifnya bermakna kelap-kelip, berkilap-kilap, atau berkialauan. Sedangkan dari tataran konotatifnya dapat dianalogikan dengan suasana hiburan malam yang identik dengan kesenangan maupun kegembiraan. Maka, jika digeneralisasikan dari istilah ungkapanmakna kiasannya, kalimat tersebut menyiratkan arti tentang gaya hidup yang penuh dengan dunia malam yang berhubungan dengan minuman beralkohol, bar atau diskotik, dan musik. Berikutnya adalah istilah kata enteng saja yang dipilih untuk mengungkapkan maksud memudahkan atau menggampangkan, dan juga termasuk ke dalam jenis kata yang tidak baku. Maksud dari petikan kalimat terakhir tersebut menggambarkan bahwa dihubungkan dengan kalimat sebelumnya, bahwa Tempo telah mengecap Malinda denga citra sebagai anggota dari pergaulan malam yang dengan tanpa ragu-ragu dan tidak ada ada rasa canggung sama sekali menuliskan angka atau jumlah dana yang melebihi permintaan nasabahnya. Malinda, ibu tiga anak – kini 17 bersuamikan bintang sinetron berumur 20- an tahun – memakai duitnya untuk membeli sejumlah apartemen di Sudirman Central Business District, Jakarta, dan sejumlah mobil mewah: Hummer, Mercedes-Benz, Lamborghini, dan Ferrari. Dia perlu dana tak sedikit untuk menopang 18 gaya hidup mahalnya dalam pusaran sosialita Jakarta. Berikutnya untuk kalimat tersebut juga mengambil sudut pandang dari kehidupan pribadi Malinda dengan mengungkapkan sedikit tentang jati dirinya kini, yang sudah beranak tiga , mengandung makna serta mendeskripsikan bahwa wanita seperti Malinda yang sudah memiliki anak tiga bahkan masih tidak sadar akan perbuatannya, ditambah lagi memiliki suami muda lengkap dengan usia dan profesinya sehingga mengundang pertanyaan bahwa Malinda telah menikah untuk kedua kali dengan pria yang juga berprofesi sebagai bintang sinetron dan iklan tersebut. Budaya Indonesia masih tabu melihat seorang wanita yang bahkan telah Universitas Sumatera Utara memiliki tiga anak, menikah untuk kedua kali apalagi dengan pria yang jauh lebih muda dari usianya, yang dapat dikatakan lebih pantas menjadi keponakan atau anaknya dibandingkan sebagai pendamping hidupnya. Jika memang terjadi hal demikian, dapat disimpulkan bahwa masyarakat sudah bisa mengecap wanita tersebut sebagai wanita dengan image kurang baik. Selanjutnya istilah kata gaya hidup mahalnya juga masih tetap diungkapkan tempo sebagai bukti bahwa Malinda benar-benar seorang yang senang berfoya-foya dalam lingkungan pergaulan sosialita Jakarta. Apalagi setelah adanya bukti yang kuat bahwa uang yang digunakan oleh Malinda sebagian besar adalah uang dari hasil modus kejahatan yang ia lakukan terhadap para nasabah yang digadang-gadang memiliki aset tidak tanggung jumlahnya. Maka, hal tersebut dapat dikatakan tindak pencucian uang yang kebanyakan dilakukan oleh para koruptor yang mengatasnamakan pemerintah. Dengan klien yang mencapai ratusan orang – di antaranya disebut-sebut sejumlah perwira tinggi – besar kemungkinan 19 fulus yang digerus Malinda berkali lipat dari jumlah yang diumumkan itu. Kalimat di atas memakai istilah kata serapan dari bahasa Arab yang dituliskan ke dalam alfabet bahasa Indonesia. Jika dilihat pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah fulus tersebut tercantum dan mempunyai arti. Pada umumnya, istilah-istilah kata yang masih dapat ditemukan di KBBI, berarti kata tersebut masih tergolong kata yang baku, namun belum tentu sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Maka, jika dalam bahasa jurnalistik dituntut harus memakai kalimat baku dalam setiap pembuatan beritanya, maka kalimat tersebut tidak termasuk ke dalam pemberitaan yang sesuai dengan kaidah bahasa jurnalistik. Bahwa korbannya tidak terlihat ramai-ramai berdemonstrasi di kantor bank, seperti dalam kasus Bank Century, ini mungkin karena para pemilik 20 rekening gendut itu tak berani 21 nongol 22 lantaran waswas publik akan menyoroti kekayaan mereka. Penyebab lain, Citibank sudah menyatakan akan mengganti semua uang nasabah yang 23 digondol Malinda. Universitas Sumatera Utara Sepenggal kalimat tersebut mengungkapkan tentang para korban yang terlibat dalam pusaran kasus Malinda yang notabene merupakan orang-orang dari kalangan khusus. Berdasarkan penjelasan teks tersebut bahwasanya mereka tidak tampak berbondong-bondong datang ke kantor bank untuk menggugat Malinda. Maka hal ini diduga kalau mereka tidak ingin publik nantinya mencari tahu kekayaan mereka sebenarnya. Ada beberapa istilah kata yang menyiratkan makna lain dalam kalimat tersebut seperti istilah kata rekening gendut yang bermakna sejumlah rekening yang bernilai fantastis atau berjumlah sangat banyak. Selanjutnya, istilah kata nongol dan lantaran yang kita ketahui bukanlah jenis kata baku melainkan kata yang berasal dari kalimat bahasa sehari-hari. Istilah tersebut pada dasarnya tidak untuk digunakan dalam kalimat efektif atau kalimat baku. Jika ditelusuri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah nongol ternyata dapat ditemukan artinya sementara kata lantaran tidak. Dan yang terakhir adalah istilah kata kerja pasif digondol yang jika diartikan dari unsur denotatif adalah dibawa, membawa, atau mendapat, menerima. Namun, untuk konteks kalimat tersebut, maka istilah digondol memiliki makna konotatif yakni dibawa lari atau dicuri.

4.1.5 Analisis Teks Berita dalam Judul “