Universitas Sumatera Utara
Sepenggal kalimat tersebut mengungkapkan tentang para korban yang terlibat dalam pusaran kasus Malinda yang notabene merupakan orang-orang dari
kalangan khusus. Berdasarkan penjelasan teks tersebut bahwasanya mereka tidak tampak berbondong-bondong datang ke kantor bank untuk menggugat Malinda.
Maka hal ini diduga kalau mereka tidak ingin publik nantinya mencari tahu kekayaan mereka sebenarnya. Ada beberapa istilah kata yang menyiratkan makna
lain dalam kalimat tersebut seperti istilah kata
rekening gendut
yang bermakna sejumlah rekening yang bernilai fantastis atau berjumlah sangat banyak.
Selanjutnya, istilah kata
nongol
dan
lantaran
yang kita ketahui bukanlah jenis kata baku melainkan kata yang berasal dari kalimat bahasa sehari-hari.
Istilah tersebut pada dasarnya tidak untuk digunakan dalam kalimat efektif atau kalimat baku. Jika ditelusuri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah
nongol
ternyata dapat ditemukan artinya sementara kata
lantaran
tidak. Dan yang terakhir adalah istilah kata kerja pasif
digondol
yang jika diartikan dari unsur denotatif adalah dibawa, membawa, atau mendapat, menerima. Namun, untuk konteks
kalimat tersebut, maka istilah digondol memiliki makna konotatif yakni dibawa lari atau dicuri.
4.1.5 Analisis Teks Berita dalam Judul “
Permainan Blangko Kosong Malinda
” bagian „Laporan Utama‟ hal. 76-80, edisi 04 April 2011
Begitu pintu flat itu diketuk, keluar seorang perempuan berambut panjang. Mengenakan tank top yang ditutupi jaket hitam. Perempuan
tersebut langsung dikenali penyidik. Itulah buruan mereka: Inong Malinda.
Deretan kalimat tersebut terletak di paragraf kedua dari teks berita laporan utama. Kalimat pertama, menyebutkan ciri-ciri fisik dan gaya penampilan luar
Malinda saat ditemui pertama kali ketika dilakukan penangkapan di apartemen miliknya. Tempo secara
frontal
menyebutkan dengan
detail
jenis pakaian yang dikenakan Malinda saat itu dengan istilah bahasa asing
tank top
yang dikenal sebagai istilah bahasa serapan dan menerangkan tentang penampilan Malinda
sebenarnya hanya mengenakan sepotong pakaian sejenis dalaman baju pada saat
Universitas Sumatera Utara
penangkapan berlangsung di dalam flatnya, lalu ia menutupinya dengan jaket hitam, setelah keluar menemui para penyidik.
Pada kalimat selanjutnya, terdapat istilah kata
buruan
, yang kemudian
diakhiri dengan tanda titik dua dan nama Malinda. Istilah kata
buruan
, yang berasal dari kata dasar
buru
, biasanya digunakan pada kalimat yang objek kalimatnya berupa hewan atau benda mati. Sehingga dari konteks kalimat “
itulah buruan mereka: Indong Malinda,
” dapat dianalogikan bahwa seolah-olah Malinda telah dicap sebagai „
mangsa
‟ bagi para penyidik yang posisinya bukan lagi dianggap manusia biasa, melainkan sesuatu yang memang harus segera
diburu
.
Siang itu juga Senior Relationship Manager Citibank yang baru diberhentikan sebulan lalu ini dibawa ke Markas Besar Polri. Di
belakangnya, mengekor mobil Hummer putih yang ditunggangi suaminya, Andhika Gumilang.
Kalimat tersebut masih merupakan bagian dari kalimat pada paragraf kedua. Pada kalimat tersebut terdapat dua istilah kata yang mulai mengarah pada
rahasia pribadi Malinda dengan memunculkan nama suami mudanya yang disinyalir adalah seorang pesinetron ke dalam topik berita dan juga dengan
pemilihan bahasa yang cukup kontras. Beberapa kata seperti
mengekor
dan
ditunggangi
, jika ditelaah dalam kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar, merupakan jenis kata yang sebenarnya kurang tepat diletakkan untuk menyatakan
ungkapan tersebut. Istilah kata
mengekor
yang berasal dari kata kerja
ekor
, secara denotatif bermakna sesuatu yang berada di belakang, sehingga istilah
mengekor
sendiri dapat diartikan sebagai perbuatan yang senantiasa mengikuti kemanapun sesuatu yang ada di hadapannya. Secara konotatif, istilah
mengekor
dianalogikan dengan istilah membuntuti.
Berikutnya adalah istilah kata
ditunggangi
yang juga memiliki makna denotatif yaitu dinaiki, dikendarai, digunakan yang berasal dari kata dasar
tunggang
yang berarti naik. Dua kata yang menyiratkan makna lain tersebut pada umumnya digunakan untuk kalimat berkonteks rendah atau kalimat tidak baku.
Istilah
ditunggangi
juga sebenarnya tidak tepat diletakkan pada kalimat tersebut karena istilah
ditunggangi
biasanya ditujukan pada kalimat yang objeknya berupa
Universitas Sumatera Utara
binatang atau hewan atau benda mati, seperti misalnya, kuda, keledai, unta, dan lainnya.
Polisi tengah menelisik aset lain Malinda yang diduga diperoleh dari hasil kejahatannya. Itu antara lain sejumlah properti dan tanahnya yang
berserak
di dalam dan luar negeri.
Istilah kata
berserak
pada kalimat tersebut menunjukkan bahwa terlalu banyaknya jumlah aset dan harta milik Malinda dengan nilai yang terbilang
fantastis tersebut bisa tersebar dimana-mana hingga terletak di tempat yang saling terpisah yaitu di dalam dan luar negeri. Padahal, jika dilihat dari konteks
kalimatnya, maka istilah kata
berserak
ini merupakan istilah kata yang dibubuhkan pada kalimat berkonteks rendah. Definisi secara denotatif
menerangkan bahwa kata berserak bermakna sesuatu yang tersebar di mana-mana, cerai-berai, tidak karuan, berantakan, porak poranda, dan terpencar-pencar.
Sementara berdasarkan tataran konotatifnya, kata
berserak
dapat dianalogikan dengan istilah dengan ungkapan
kapal pecah
.
Sebuah kasur tipis terbentang di dalam sel tanpa penyejuk udara itu. Di
sel ini, Malinda sempat „ditemani‟ Dwi sebelum polisi memulangkan teller itu. „‟Ia kini
kuyu , tak secantik
saat masuk,‟‟ Kata seorang petugas
tentang perempuan bertubuh bohai itu.
Beberapa istilah kata dalam kalimat tersebut seperti
kuyu, tak secantik,
dan
bohai,
telah mengarah pada kondisi fisik Malinda yang dideskripsikan dengan jelas melalui tiga istilah kata sifat adjektiva tersebut. Istilah
kuyu
, menurut tataran denotatifnya dapat dimaknai sebagai sesuatu yang terlihat tidak ceria, tidak
bersemangat, tidak aktif, pucat dan lemas, tidak bergairah, dan diam. Sementara jika dianalogikan dengan tataran konotatif, maka istilah kuyu dapat disetarakan
dengan
sendu
,
murung
, dan ungkapan lainnya. Sementara penggunaan kata
tak secantik
, menerangkan bagaimana perubahan kondisi Malinda khususnya pada wajah yang biasa berpoles
make up
, telah jauh berbeda dengan kondisinya ketika sudah beberapa hari menempati ruang tahanan. Dimana sehari-hari Malinda selalu
berhias dan bersolek, kini tidak bisa dilakoninya lagi karena kondisi yang tidak
Universitas Sumatera Utara
memungkinkan untuk melakukan hal tersebut. Dan yang terakhir adalah istilah kata
bohai
, juga ditujukan semata-mata untuk menganalogikan jenis dari postur tubuh Malinda yang selama ini dimiliki Malinda. Istilah kata
bohai
ternyata tidak dapat ditemukan artinya di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, menandakan
bahwa kata tersebut tidak termasuk ke dalam kata baku. Jika disetarakan dengan unsur denotatifnya, istilah
tubuh bohai
sama dengan
montok
,
berisi, gempal, bertubuh padat,
dll. Sementara, untuk unsur konotatifnya, bisa disetarakan dengan istilah
bahenol
atau tubuh yang menggairahkan, didefinisikan dari Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Malinda menggasak duit nasabahnya bermodal blangko kosong yang sudah diteken itu. Sumber Tempo yang dekat dengan Malinda bertutur,
Malinda biasanya memang tak sungkan merayu
nasabahnya. „Dia
memang pandai merayu nasabahnya. Dengan penampilan yang menawan
, tampaknya banyak klien Malinda yang „
bertekuk lutut
‟
terbuai rayuan
Malinda‟. Istilah kata
menggasak duit
, pada kalimat tersebut merujuk pada subjek kalimat yaitu Malinda sebagai pelaku, mendefinisikan bahwa
menggasak
adalah perbuatan mengambil sesuatu dengan cara kekerasan, merampas, menyerobot,
ataupun membobol. Definisi tadi berdasarkan konteks kalimatnya, dapat dianalogikan sebagai definisi menurut tataran konotatif. Sedangkan, menurut
tataran denotatif,
menggasak
bermakna menerjang, memukul, menghantam, menggebuk, dan lainnya.
Berikutnya adalah istilah
blangko kosong.
Istilah tersebut memberikan definisi mengenai sebuah kertas atau surat yang tidak berisi tulisan apapun, atau
bisa disebut juga dengan kertas kosong. Maka, istilah
bermodal blangko kosong
dapat didefinisikan bahwa Malinda hanya mengandalkan kertas kosong yang dibawa-bawanya untuk membujuk para calon nasabah maupun nasabahnya agar
membubuhi tanda-tangan pertanda setuju akan kesepakatan yang telah dibuat. Selanjutnya, istilah
diteken.
Istilah tersebut pada umumnya telah dikenal sebagai bahasa sehari-hari. Namun, jika ditelusuri dari Kamus Besar Bahasa
Indonesia, istilah ini berasal dari kata dasar
teken
, yang berarti memberikan atau membubuhkan tanda tangan. Jika istilah kata tersebut dapat ditemukan dan
mempunyai maknaarti di Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti bisa dikatakan
Universitas Sumatera Utara
istilah tersebut masuk ke dalam kategori kata baku atau kata yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Berikutnya, adalah istilah
merayu
pada kalimat „
Malinda memang tak
sungkan merayu
nasabahnya‟. Istilah tersebut mendefinisikan bahwa adanya
strategi di balik suksesnya Malinda dalam mengelabui para nasabah maupun klien melalui keahliannya, yaitu tidak segan ataupun malu merendahkan harga dirinya
dalam melakukan perbuatan atau tindakan yang biasanya digunakan oleh kebanyakan wanita nakal untuk membujuk para pria hidung belang agar
mengikuti semua keinginannya. Inti dari kalimat tersebut sudah mulai merujuk pada trik-trik kejahatan Malinda yang tidak hanya melakukan penipuan lewat
blangko kosong, namun juga menghalalkan berbagai cara khususnya dengan mempengaruhi nasabahnya melalui cara-cara yang dinilai tidak beretika.
Selanjutnya adalah kata
menawan
yang juga masih menunjukkan karakter pribadi Malinda yang dinilai selalu menjadi daya tarik dan pusat perhatian dengan
segala yang dimilikinya dari penampilannya. Istilah
menawan
, berasal dari kata dasar
tawan
yang memiliki beberapa arti jika dilihat dari konteks kalimat tertentu. Namun, dalam kalimat tersebut kata
menawan
merupakan jenis kata sifat atau adjektiva yang berarti memikat atau menarik hati bagi yang melihat. Maka, inti
dari kalimat tersebut semakin menunjukkan karakter Malinda yang memang cantik serta dikaitkan dengan gaya penampilannya yang juga berkelas mewah
sehingga mengundang perhatian yang melihat. Istilah kata yang terakhir dalam kalimat tersebut adalah
bertekuk lutut
dan
terbuai.
Istilah
bertekuk lutut
adalah istilah ungkapan atau kiasan yang jika didefinisikan melalui tataran denotatif, memiliki makna yaitu bersedia atau
kesediaan untuk memenuhi kehendak seseorang. Sedangkan, jika dianalogikan dengan tataran konotatif,
bertekuk lutut
, dapat disetarakan dengan istilah kata tertunduk atau mengakui keunggulan maupun kehebatan seseorang atau sama
dengan peribahasa
bagai kerbau dicucuk hidung
. Untuk istilah
terbuai
, maka kata tersebut jika didefinisikan menurut unsur denotatifnya, merujuk pada makna lalai
atau lupa. Sedangkan jika dianalogikan dengan unsur konotatifnya, maka istilah tersebut bisa disetarakan dengan perbuatan yang terbawa oleh suasana sehingga
Universitas Sumatera Utara
mengabaikan sesuatu yang lain yang justru lebih penting dibandingkan hal yang membuatnya lupa tadi.
Modus lain yang juga kerap ia pakai adalah menggunting dalam lipatan. Malinda menyetor atau memindahbukukan isi rekening nasabah tanpa
sepengetahuan merek
a. “Biasanya penarikan dalam ju
mlah kecil, tapi terus-menerus.
Kalimat tersebut juga menggunakan istilah kiasan untuk membongkar berbagai modus yang dilakukan Malinda dalam menjalankan misi kejahatan
intelektualnya. Maka istilah
menggunting dalam lipatan
menurut definisinya berdasarkan tataran denotatif berarti memotong sesuatu dengan membelahnya dan
memisahkannya menjadi dua atau beberapa bagian. Secara logika, sebenarnya makna
menggunting dalam lipatan
ini jika dikaitkan dengan tataran konotatifnya bermakna serupa atau saling berhubungan dengan tataran denotatif yang
disebutkan tadi. Analogi umumnya misalnya, diibaratkan pada sehelai kertas yang terlipat menjadi dua atau beberapa bagian kemudian digunting, maka kertas
tersebut secara langsung akan terpisah sesuai dengan bagian-bagian lipatan yang tergunting. Jadi, makna konotatif yang tersirat dari ungkapan tersebut adalah
pengkhiatan atau ketidaksetiaan atau perbuatan yang menentang janji. Istilah ungkapan ini biasanya ditujukan untuk mengungkapkan pengkhianatan yang
dilakukan dalam hubungan persahabatan atau pertemanan yang terjalin setelah sekian lama. Sehelai kertas yang telah terbagi-bagi akibat guntingan tersebut
dianalogikan sebagai hubungan persahabatan, sedangkan guntingnya adalah teman yang berkhianat.
Maka, istilah
menggunting dalam lipatan
berdasarkan konteks kalimat yang mendeskripsikan Malinda, sebenarnya memiliki makna yang sama namun
tidak ada sinkronisasi dalam hubungannya. Jika Malinda dengan para kliennya adalah sebatas hubungan kerja atau antara pegawai bank dengan nasabahnya,
maka istilah tersebut sebenarnya tidak cocok untuk menganalogikan modus kejahatan yang dilakukan Malinda. Karena, pada kalimat berikutnya yang
berbunyi „
Malinda menyetor atau memindahbukukan isi rekening nasabah tanpa sepengetahuan
mereka‟, disini barangkali
Tempo
memaknai ungkapan
Universitas Sumatera Utara
menggunting dalam lipatan
tersebut sebagai sesuatu yang tidak diketahui atau dilakukan secara diam-diam.
4.1.6 Analisis Teks Berita dalam Judul “