Koloid Sistem Koloid Lateks

Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi L Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap Mutu Karet, 2010. aktivitas mikroba biasanya ditambahkan bahan pengawet seperti amonia, natrium sulfit dan formaldehid. 6 _______________________________ 6 Ompusunggu, M dan Darussamin, A. Op.cit., hal 2-3 Ion-ion Logam Ion-ion logam seperti ion Ca 2+ dan Mg 2+ yang terdapat di dalam lateks dapat menetralkan muatan negatif dari partikel lateks dan menyebabkan terganggunya kemantapan lateks serta rusaknya kestabilan sistem koloid lateks. Pecahnya partikel koloid lateks akan menyebabkan terbentuknya flokulasi dan lateks menggumpal. Oleh karena itu kandungan ion logam dari lateks sebaiknya rendah karena selain dapat mengganggu kemantapan serta kestabilan sistem koloid lateks. 7 Jika lateks dipusing 3200 rpm maka berdasarkan perbedaan berat jenis akan diperoleh berat jenis fraksi-fraksi sebagai berikut : • Fraksi karet terdiri dari partikel-partikel karet yang berbentuk bulat dengan diameter 0.05-3 mikron yang diselubungi oleh lapisan pelindung yang terdiri dari protein dan lipida yang berfungsi sebagai pemantap. • Fraksi Frey Wessling yang terdiri dari partikel-partikel Frey Wessling yang ditemuka n Frey Wessling. Fraksi ini berwarna kuning karena banyak mengandung senyawa karetonoida. • Fraksi serum, fraksi ini disebut juga fraksi C, mengandung sebagian besar komponen bukan karet yaitu protein, asam amino, asam-asam organik, ion-ion organik, air, karbohidrat, dan ion-ion logam dalam jumlah yang kecil trace. • Fraksi bawah, terdiri dari partikel-partikel lutoid yang bersifat gelatin, mengandung senyawa nitrogen dan ion-ion kalsium dan magnesium. 8

2.2. Koloid

Perbedaan yang paling utama antara koloid dan larutan kristaloid sejati adalah ukuran partikelnya. Diameter partikel koloid berkisar antara 10 Å sampai 10.000 Å. Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi L Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap Mutu Karet, 2010. ________________________________ 7 Zahara, op.cit, hal 8. 8 Ompusunggu, M dan Darussamin, A, op. cit, hal 3-4. Partikel-partikel yang mempunyai diameter lebih kecil daripada 10 Å akan membentuk larutan sejati, sedangkan partikel-partikel dengan diameter lebih besar dari 10.000 Å akan membentuk suspensi yang secara cepat akan terpisah ke dalam dua. Partikel-partikel koloid mempunyai sifat kinetik dipengaruhi dua hal. Pertama, adanya gerakan termal. Gerakan ini ditemukan oleh Brown. Gerakan ini disebabkan oleh tumbukan acak yang terjadi antara molekul terdispersi dengan molekul pendispersinya. Hal lain yang menyebabkan partikel koloid mempunyai sifat kinetik adanya gravitasi. Gravitasi ini dapat berupa gravitasi alami yang disebabkan oleh bumi yang menyebabkan pengendapan partikel-partikel besar, atau dapat juga berupa gravitasi buatan yang dapat dicapai dengan jalan memusing larutan koloidal dengan menggunakan sentrifugasi hingga mengakibatkan terjadinya pengendapan terdispersinya. Kebanyakan senyawa, termasuk koloid akan membentuk suatu permukaan bermuatan listrik bila berhubungan dengan medium polar seperti air misalnya. Sumber muatan ini bermacam-macam. Untuk sol hidrofilk seperti larutan protein, muatan diperoleh terutama karena ionisasi gugus karboksil COO - dan gugus amino NH 3 + . Karena ionisasi dari gugus-gugus tersebut bergantung pada pH, maka muatan bersih larutan protein bergantung pada pH. Pada pH tinggi, protein akan bermuatan negatif, sedangkan pada pH rendah, ptotein akan bermuatan positif. 9

2.3. Penggumpalan Lateks

Prokoagulasi merupakan pembekuan pendahuluan yang menghasilkan lumps atau gumpalan-gumpalan pada cairan getah sadapan. Kejadian ini sering terjadi di areal Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi L Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap Mutu Karet, 2010. perkebunan karet sebelum karet sampai ke pabrik atau tempat pengolahan. Bila hal ini terjadi akan timbul kerugian yang tidak sedikit. _______________________________ 9 Birt, T, KIMIA FISIKA UNTUK UNIVERSITAS [Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1993], hal 295-299. Prokoagulasi terjadi karena kemantapan bagian koloidal yang terkandung dalam lateks berkurang. Bagian-bagian koloidal ini kemudian menggumpal menjadi satu dan membentuk komponen yang berukuran lebih besar. Komponen koloidal yang lebih besar ini akan membeku. Inilah yang menyebabkan terjadinya prokoagulasi. 10 Untuk memperoleh hasil karet yang bermutu tinggi, penggumpalan lateks hasil penyadapan di kebun dan kebersihan harus diperhatikan. Hal ini pertama-tama berlaku untuk alat-alat yang dalam pekerjaan penggumpalan lateks bersentuhan dengannya. Selain dari kemungkinan terjadinya pengotoran lateks oleh kotoran-kotoran yang kelak sukar dihilangkan, kotoran tersebut dapat pula menyebabkan terjadinya prokuagulasi dan terbentuknya lump sebelum lateks sampai di pabrik untuk diolah. Penggumpalan lateks dilaksanakan 3-4 jam setelah penyadapan dilakukan. Dalam keadaan tertentu, pada saat penggumpalan lateks biasa juga menggunakan obat anti koagulasi antikoagulan untuk mencegah terjadinya prokoagulasi. Anti tetapi pemakaian anti koagulan ini harus dibatasi sampai batas sekecil-kecilnya, karena biayanya cukup besar dan kadang-kadang lateks yang dibubuhi antikoagulan memerlukan obat koagulan misalnya asam semut yang terpaksa kadarnya harus dinaikkan. Penambahan asam yang berlebihan dalam proses koagulasi juga dapat menghambat proses pengeringan. 11 Penggumpalan lateks merupakan peristiwa perubahan sol menjadi gel. Proses penggumpalan lateks dapat terjadi dengan sendirinya dan dapat pula karena pengaruh dari luar seperti gaya mekanis gesekan, listrik panas, elektrolit, enzim, asam, maupun zat penarik air. Penggumpalan lateks karena pengaruh dari luar dilakukan untuk mempercepat penggumpalan dan untuk memperoleh koagulum karet dengan mutu yang lebih baik dengan cara yang lebih efisien dan lebih murah. Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi L Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap Mutu Karet, 2010. _______________________________ 10 Tim Penulis PS, Karet, Strategi Pemasaran Tahun 2000 [Jakarta : Penebar Swadaya. 1999], hal 291 11 Setiamidjaja., D. Op.Cit. hal 150-151 Beberapa cara penggumpalan lateks yang disebabkan pengaruh dari luar antara lain:

1. Penurunan pH lateks

Penurunan pH lateks dapat terjadi karena terbentuknya asam-asam hasil penguraian bakteri atau oleh penambahan larutan asam penggumpal. Asam-asam yang banyak digunakan sebagai bahan penggumpal lateks saat ini adalah asam formiat dan asam asetat. Penambahan larutan asam penggumpal dilakukan secara sekaligus dan pH penggumpalan diusahakan disekitar titik isoelektrik lateks yakni pH 4.4 – 5.3 agar didapat penggumpalan yang baik serta karet alam yang dihasilkan memiliki sifat serta mutu yang baik pula.

2. Penambahan larutan elektrolit

Penambahan larutan elektrolit yang mengandung logam seperti Ca 2+ , Mg 2+, Ba 2+ , K + , Al 3+ kedalam lateks akan menyebabkan penurunan potensial listrik partikel karet dan mengakibatkan lateks menggumpal.

3. Penambahan senyawa penarik air

Penggumpalan lateks dengan cara menarik air dehidrasi dilakukan dengan menambahkan senyawa yang dapat mengganggu lapisan molekul air yang mengelilingi partikel karet di dalam lateks. Senyawa yang digunakan antara lain alkohol dan aseton. Penggumpalan dengan cara penambahan senyawa penarik air, jarang dilakukan karena karet yang dihasilkan memiliki mutu yang kurang baik. Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi L Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap Mutu Karet, 2010.

2.4. Sistem Koloid Lateks

Lateks dikatakan mantap apabila sistem koloid stabil, yaitu tidak terjadi flokulasi atau penggumpalan selama penyimpanan. Kemantapan lateks disebabkan partikel karet dikelilingi oleh lapisan pelindung yang terdiri dari protein dan fosfolipid dalam air. Dengan menambahkan bahan pengawet primer yaitu amonia maka fosfolipid akan terhidrasi menghasilkan asam lemak dan bereaksi dengan amonia membentuk sabun amonia. Sabun ini diserap oleh partikel karet sehingga lateks bertambah mantap selama penyimpanan. Di samping itu, protein juga terhidrolisis membentuk polipeptida dan asam amino yang larut dalam air. 12 Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan lateks adalah sebagai berikut: 1. Adanya kecenderungan setiap partikel karet berinteraksi dengan fase air serum misalnya assosiasi komponen-komponen bukan karet pada permukaan partikel karet. 2. Adanya interaksi antara partikel-partikel karet itu sendiri. Sistem koloid lateks terbentuk karena adanya lapisan lipida yang teradsorpsi pada permukaan partikel karet lapisan primer dan lapisan protein pada lapisan luar lapisan sekunder memberikan muatan pada permukaan partikel koloid. Lapisan pelindung lipida, protein, dan lapisan sabun asam lemak tersebut bertindak sebagai pelindung partikel karet dengan molekul air menghasilkan sistem dispersi koloid yang mantap. Jika terjadi pembentukan gel, flokulasi, dan koagulasi maka hal ini menunjukkan bahwa stabilitas koloid lateks terganggu atau rusak. 13

2.5. Asam Formiat

Dokumen yang terkait

Efek Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut Jantan (Cavia Porcellus) Terisolasi

6 112 90

Formulasi Sediaan Gel Dari Ekstrak Etanol Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Dan Uji Aktivitasnya Terhadap Beberapa Bakteri Penyebab Jerawat

45 235 99

Pengaruh Pemberian Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) Terhadap Kadar Kadmium (Cd) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2010

7 59 114

Pengaruh Perbandingan Sari Belimbing Wuluh dengan Sari aMangga Kweni dan Konsentrasi Gum Arab Terhadap aMutu Sorbet Nira Tebu

1 45 103

Uji Aktivitas Antibiofilm Sari Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Terhadap Biofilm Pseudomonas aeruginosa Secara In Vitro

7 24 91

PEMANFAATAN EKSTRAK BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) DENGAN KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN YANG BERBEDA SEBAGAI Pemanfaatan Ekstrak Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Dengan Konsentrasi Dan Lama Perendaman Yang Berbe

0 6 11

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Terhadap Escherichia coli DAN Bacillus sp.

0 0 12

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Terhadap Staphylococcus aureus DAN Staphylococcus epidermidis.

0 0 13

Pengaruh Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Terhadap Penurunan Tekanan Darah.

0 11 20

Penggunaan Ekstrak Bunga Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) Sebagai Pewarna Dalam Sediaan Lipstik

3 2 12