Pembahasan Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap Mutu Karet

Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi L Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap Mutu Karet, 2010.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Pengaruh variasi ekstrak belimbing wuluh Averrhoa Billimbi L terhadap

nilai Plastisitas Awal Po Besarnya pengaruh penambahan ekstrak belimbing wuluh Averrhoa billimbi L sebagai penggumpal lateks terhadap Plastisitas Awal sebesar 46.9988. Dari Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi L Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap Mutu Karet, 2010. persentase tersebut dapat dijelaskan bahwa penambahan ekstrak belimbing wuluh memiliki pengaruh terhadap pembentukan lateks sehingga dapat menurunkan nilai Plastisitas Awal yang digambarkan pada grafik dibawah ini: Grafik 1 Hubungan nilai Plastisitas Awal Po vs Konsentrasi ekstrak belimbing wuluh vv karet Plastisitas Awal adalah plastisitas karet mentah yang langsung diuji tanpa perlakuan khusus sebelumnya, yang ditentukan dengan Wallace Plastimeter. Karet yang mempunyai Po yang tinggi, mempunyai rantai molekul yang tahan terhadap oksidasi. Sedangkan yang mempunyai Po yang rendah mudah teroksidasi menjadi karet lunak Walujuno, 1972. Penambahan konsentrasi ekstrak belimbing wuluh dengan perbandingan 20:100 vv karet menghasilkan nilai Plastisitas Awal yang maksimum sebesar 39.33. Hal ini disebabkan karena ekstrak belimbing wuluh yang mengandung ion kalsium yang sedikit, sehingga karet yang dihasilkan menjadi keras dan tahan terhadap oksidasi. Nilai dari Plastisitas Awal tersebut memenuhi SIR-20-1990 yang dapat dilihat pada lampiran 4 tabel 4. Proses penggumpalan lateks terjadi karena lateks Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi L Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap Mutu Karet, 2010. merupakan suatu sistem koloid dimana partikel karet dilapisi oleh suatu protein dan fosfolipid yang terdispersi dalam serum, protein ini tersusun atas bermacam-macam asam amino. Asam amino yang mengandung muatan positif dan muatan negatif disebut ion zwitter Poedjadi, 1994. Setiap asam amino yang muatan positif dan negatifnya berimbang atau muatan bersihnya nol dikatakan berada pada titik isoelektrik. pH pada saat penimbangan ini terjadi disebut pH isoelektrik Wilbraham, 1992. Fosfolipid merupakan golongan lipida yang mengandung atom fosfor. Senyawa induk fosfolipida adalah asam gliserol fosfat fosfogliserida. Fosfogliserida mempunyai muatan negatif di gugus fosfat pada pH 7 Girindra, 1990. Oleh sebab itu lateks mempunyai muatan negatif dari protein dan fosfolipida pada permukaan partikel koloid karet. Adanya muatan negatif pada permukaan partikel koloid karet ini jika diberikan dengan penambahan suatu asam yang bermuatan positif maka akan berinteraksi mengakibatkan partikel koloid karet akan terbentuknya suatu flokulasi atau penggumpalan. Penambahan konsentrasi ekstrak belimbing wuluh dengan perbandingan 100:100 vv karet menghasilkan nilai Plastisitas Awal yang minimum sebesar 36.15. Hal ini disebabkan karena penggunaan konsentrasi ekstrak belimbing wuluh yang banyak mengandung logam kalsium. Dimana dengan adanya logam Kalsium ini akan mempercepat terjadinya oksidasi oleh oksigen di atmosfer dalam keadaan karet kering sehingga menyebabkan pemecahan rantai hidrokarbon karet sehingga molekul karet menjadi pendek dan karetnya lunak Kartowardoyo, 1980.

4.2.2. Pengaruh variasi ekstrak belimbing wuluh Averrhoa Billimbi L terhadap

nilai Plastisitas Retensi Index PRI Besarnya pengaruh penambahan ekstrak belimbing wuluh Averrhoa billimbi L sebagai penggumpal lateks terhadap Plastisitas Retensi Index PRI sebesar 66.0617. Dari persentase tersebut dapat dijelaskan bahwa penambahan ekstrak Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi L Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap Mutu Karet, 2010. belimbing wuluh memiliki pengaruh terhadap pembentukan lateks, dimana dapat menurunkan nilai Plastisitas Retensi Index yang digambarkan pada grafik dibawah ini: 50 47.4 46.7 45.7 44.8 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 20 40 60 80 100 konsentrasi ekstrak belimbing wuluh vv karet P last isi tas R et en si I n d ex Gambar 2. Grafik hubungan nilai Plastisitas Retensi Index PRI vs Konsentrasi ekstrak belimbing wuluh vv karet. Plastisitas Retensi Index PRI adalah suatu ukuran ketahanan karet terhadap pengusangan atau oksidasi pada suhu tinggi. Faktor utama yang berpengaruh terhadap nilai plastisitas retensi index adalah zat peroksidan logam-logam dan zat-zat anti oksidan protein dan senyawa lain yang teradsorbsi pada karet. Dari gambar diatas diperoleh yaitu dengan penambahan ekstrak belimbing wuluh dapat menurunkan nilai Plastisitas Retensi Index PRI. Pada konsentrasi 100, diperoleh nilai Plastisitas Retensi Index minimum sebesar 44.8. Hal ini disebabkan karena penambahan larutan asam yang banyak. Proses penggumpalan lateks terjadi karena lateks merupakan suatu sistem koloid dimana partikel karet dilapisi oleh suatu protein dan fosfolipid yang terdispersi dalam serum, protein ini tersusun atas bermacam-macam asam amino. Asam amino yang mengandung muatan positif dan muatan negatif disebut ion zwitter Poedjadi, 1994. Setiap asam amino yang muatan positif dan negatifnya berimbang atau muatan bersihnya nol dikatakan berada pada titik isoelektrik. pH pada saat penimbangan ini terjadi disebut pH Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi L Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap Mutu Karet, 2010. isoelektrik Wilbraham, 1992. Fosfolipid merupakan golongan lipida yang mengandung atom fosfor. Senyawa induk fosfolipida adalah asam gliserol fosfat fosfogliserida. Fosfogliserida mempunyai muatan negatif di gugus fosfat pada pH 7 Girindra, 1990. Oleh sebab itu lateks mempunyai muatan negatif dari protein dan fosfolipida pada permukaan partikel koloid karet. Adanya muatan negatif pada permukaan partikel koloid karet ini jika diberikan dengan penambahan suatu asam yang bermuatan positif maka akan berinteraksi mengakibatkan partikel koloid karet akan terbentuknya suatu flokulasi atau penggumpalan. Penambahan larutan asam tersebut ekstrak belimbing wuluh yang banyak mengakibatkan terjadinya penurunan pH lateks. Dimana dengan penurunan pH lateks tersebut terjadi karena terbentuknya asam-asam hasil penguraian bakteri. Semakin banyak konsentrasi belimbing wuluh yang digunakan maka semakin banyak jenis asam yang digunakan sehingga terjadinya penurunan pH dan nilai PRI yang dihasilkan semakin rendah De Boer, 1952 dan turunnya nilai Plastisitas Retensi Index tersebut karena adanya logam Ca 2+ . Adanya ion logam ini akan mempercepat proses oksidasi karet oleh udara yang menyebabkan terjadinya pengusangan karet pada suhu tinggi sehingga karet menjadi lunak dan mudah putus. Mula-mula rantai molekul karet diputuskan oleh tenaga mekanis menjadi radikal-radikal bebas. Dengan adanya oksigen dari udara maka bagian terbesar dari sejumlahradikal-radikal bebas yang terbentuk akan mengikat O 2 . Dengan demikian rantai molekul karet terputus menjadi lebih kecil. Pada konsentrasi ekstrak belimbing wuluh 20 diperoleh nilai Plastisitas Retensi Index maksimum sebesar 50. Hal ini disebabkan kandungan ion-ion logam yang terdapat pada ekstrak belimbing wuluh masih sedikit, ion-ion logam yang terdapat pada lateks ini dapat menetralkan muatan negatif pada partikel karet dan meyebabkan terganggunya kemantapan lateks serta rusaknya kestabilan sistem koloid lateks. Pecahnya partikel koloid lateks akan menyebabkan terbentuknya flokulasi dan lateks menggumpal Nilai Budiman S, 1983 dari Plastisitas Retensi Index PRI tersebut memenuhi SIR-20-1990 yang dapat dilihat pada lampiran 4 tabel 4. Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi L Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap Mutu Karet, 2010.

4.2.3. Pengaruh variasi ekstrak belimbing wuluh Averrhoa Billimbi L terhadap

nilai Viskositas Mooney Besarnya pengaruh penambahan ekstrak belimbing wuluh Averrhoa billimbi L sebagai penggumpal lateks terhadap Viskositas Mooney sebesar 68.8732. Dari persentase tersebut dapat dijelaskan bahwa penambahan ekstrak belimbing wuluh memiliki pengaruh terhadap pembentukan lateks, dimana dapat meningkatkan nilai Viskositas Mooney yang dipaparkan pada grafik dibawah ini: Grafik 3 Hubungan nilai Viskositas Mooney vs Konsentrasi ekstrak belimbing wuluh vv karet Viskositas karet mentah dinyatakan sebagai Viskositas Mooney, yang menunjukkan panjangnya rantai molekul, berat molekul dan derajat pengikatan silang rantai molekulnya. Jika nilai viskositas tinggi berarti karet yang dihasilkan keras sehingga mutu karet yang dihasilkan tinggi, sebaliknya jika nilai viskositas rendah menghasilkan karet yang lunak sehingga mutu karet yang dihasilkan turun. Mooney Viskosimeter adalah alat untuk mengukur gesekan rotor pada karet yang berfungsi sebagai tahanan dengan meletakkan karet di atas dan di bawah rotor yang dapat berputar yang dirancang pada ML1+4, dimana dengan melakukan pemanasan Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi L Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap Mutu Karet, 2010. pendahuluan pada suhu 100 C selama 1 menit dan pembacaan nilai rotor mooney pada menit ke 4 untuk setiap kecepatan rotor Cocard, S. 2004 Dari gambar diatas diperoleh yaitu dengan penambahan ekstrak belimbing wuluh dapat meningkatkan nilai Viskositas Mooney. Pada konsentrasi 100, diperoleh nilai Viskositas Mooney maksimum sebesar 68. Hal ini disebabkan ekstrak belimbing wuluh yang mengandung senyawa sulfur. Dimana sulfur ini berfungsi sebagai pembentukan ikatan silang sulfur diantara rantai molekul polimer karet. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan sifat-sifat karet yang lebih baik seperti kekenyalan, kekuatan, dan kemantapan. Molekul-molekul karet diubah menjadi molekul-molekul yang kenyal melalui pembentukan ikatan silang sulfur Nilai d De Boer, 1952 dari Viskositas Mooney tersebut memenuhi CV-70-1990 yang dapat dilihat pada lampiran 4 tabel 4. Pemanasan yang terjadi pada karet akan menyebabkan terjadinya pemutusan rantai molekul karet. Rantai-rantai molekul karet ini akan menjadi radikal-radikal bebas, karena pengaruh dari udara yaitu oksigen maka radikal bebas tersebut akan berikatan dengan oksigen. Terikatnya rantai molekul karet dengan oksigen menyebabkan rantai molekul karet menjadi pendek sehingga berat molekul menjadi lebih kecil dan viskositasnya menurun Kartowardoyo, 1980.

4.2.4. Pengaruh variasi ekstrak belimbing wuluh Averrhoa Billimbi L terhadap

nilai Kadar Abu Besarnya pengaruh penambahan ekstrak belimbing wuluh Averrhoa billimbi L sebagai penggumpal lateks terhadap kadar abu sebesar 69.5588. Dari persentase tersebut dapat dijelaskan bahwa penambahan ekstrak belimbing wuluh memiliki pengaruh terhadap pembentukan lateks, dimana dapat menurunkan nilai kadar abu yang dipaparkan pada grafik dibawah ini: Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi L Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap Mutu Karet, 2010. 0.16 0.165 0.175 0.185 0.195 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 20 40 60 80 100 Konsentrasi ekstrak belimbing wuluh vv karet Ka d a r Ab u Grafik 4. Hubungan nilai kadar abu vs Konsentrasi ekstrak belimbing wuluh vv karet Kadar abu merupakan gambaran minimum dalam sejumlah mineral yang ada dalam karet. Kadar abu karet bervariasi berupa karbonat dan fosfat dari kalium, magnesium, kalsium, natrium, dan beberapa unsur lain dalam jumlah yang berbeda-beda. Beberapa bahan mineral dalam karet meninggalkan abu yang dapat mengurangi ketahanan karet lentur dari vulkanisasi karet alam. Dari gambar diatas diperoleh yaitu dengan penambahan ekstrak belimbing wuluh dapat meningkatkan nilai kadar abu. Pada konsentrasi 100, diperoleh nilai kadar abu maksimum sebesar 0.195. Belimbing wuluh yang mengandung logam calsium yang besar akan meningkatkan kadar abu yang besar. Adanya ion logam ini akan berkorelasi dengan kadar abu di dalam analisis karet. Semakin tinggi konsentrasi ion logam akan semakin tinggi kadar abu. Tingginya kadar abu disebabkan beberapa faktor seperti tanah yang mengandung calsium tinggi. Nilai dari kadar abu tersebut memenuhi SIR-20-1990 yang dapat dilihat pada lampiran 4 tabel 4. Faktor pengolahan dapat mempengaruhi kadar abu, dimana makin besar tingkat pengolahan maka kadar abu semakin rendah misalnya lateks yang digumpalkan tanpa pengenceran mempunyai kadar abu yang lebih tinggi daripada dengan pengenceran Kartowardoyo, 1980. Dari hasil penelitian penggunaan konsentrasi ekstrak belimbing wuluh pada 20 vv karet dimana menghasilkan nilai kadar abu yang rendah. Khairina Safitri : Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi L Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap Mutu Karet, 2010. BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Efek Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut Jantan (Cavia Porcellus) Terisolasi

6 112 90

Formulasi Sediaan Gel Dari Ekstrak Etanol Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Dan Uji Aktivitasnya Terhadap Beberapa Bakteri Penyebab Jerawat

45 235 99

Pengaruh Pemberian Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) Terhadap Kadar Kadmium (Cd) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2010

7 59 114

Pengaruh Perbandingan Sari Belimbing Wuluh dengan Sari aMangga Kweni dan Konsentrasi Gum Arab Terhadap aMutu Sorbet Nira Tebu

1 45 103

Uji Aktivitas Antibiofilm Sari Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Terhadap Biofilm Pseudomonas aeruginosa Secara In Vitro

7 24 91

PEMANFAATAN EKSTRAK BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) DENGAN KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN YANG BERBEDA SEBAGAI Pemanfaatan Ekstrak Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Dengan Konsentrasi Dan Lama Perendaman Yang Berbe

0 6 11

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Terhadap Escherichia coli DAN Bacillus sp.

0 0 12

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Terhadap Staphylococcus aureus DAN Staphylococcus epidermidis.

0 0 13

Pengaruh Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Terhadap Penurunan Tekanan Darah.

0 11 20

Penggunaan Ekstrak Bunga Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) Sebagai Pewarna Dalam Sediaan Lipstik

3 2 12