Pengaruh Faktor Psikologis Terhadap Kinerja

68 dengan kinerja pegawai sementara penelitian ini tidak menemukan pengaruh yang signifikan antara faktor individu dengan kinerja dokter spesialis di RSBM. Hal ini terjadi karena tingginya homogenitas dari nilai-nilai individu dokter spesialis yang dinyatakan pada jawaban kuesioner. Nilai-nilai variabel dari responden dokter spesialis yang konsisten dan hampir merata sama, cenderung membuat nilai- nilai statistik tersebut secara matematis terlihat oleh statistik hanya sebagai nilai konstanta yang tidak menimbulkan perbedaan berarti dari satu individu ke individu lainnya.Ketidak bermaknaan nilai-nilai yang mampu membedakan nilai-nilai variabel kinerja, yang sebenarnya juga rata-rata homogen diantara individu dokter spesialis, diinterpretasikan sebagai tidak berpengaruh.

5.2. Pengaruh Faktor Psikologis Terhadap Kinerja

Berdasarkan analisis regresi linier berganda yang menganalisis pengaruh fakor psikologis terhadap kinerja diketahui bahwa secara statistik tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor psikologis terhadap kinerja dokter spesialis di RSBM dengan nilai p 0,165. Gibson 1988 menemukan hubungan antara sikap dengan motivasi dan kepuasan kerja seorang pekerja. Terry GR 2000 menyatakan motivasi yang baik dapat membuat seseorang menyelesaikan pekerjaan dengan bersemangat. Silalahi 2002 mengutarakan bahwa motivasi dapat digunakan sebagai strategi untuk meningkatkan kinerja karyawan. Purba 2001 menyatakan bahwa motivasi berhubungan secara bermakna dengan kinerja petugas gizi Puskesmas di Pontianak. Adiono 2002 juga membuktikan bahwa motivasi kerja mempunyai hubungan yang Universitas Sumatera Utara 69 signifikan dengan kinerja perawat rumah sakit. Minaria 2004 juga menyebutkan bahwa pekerja dengan kinerja yang baik memiliki motivasi kerja yang baik. Pendapat bahwa motivasi berhubungan kinerja semuanya mendukung adanya hubungan yang signifikan antara motivasi dengan kinerja. Hasil penelitian aspek motivasi tidak sejalan dengan penelitian-penelitian tersebut diatas. Khusus pada aspek sikap penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Yusuf 1998 yang tidak menemukan hubungan yang bermakna antara sikap dengan kinerja pelaksana gizi Puskesmas di kabupaten Pandeglang serta penelitian Minaria 2004 yang menyatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap kerja dengan kinerja pegawai BPFK Medan. Seperti halnya pengaruh faktor individu, faktor-faktor didalam psikologis dalam hal ini motivasi dan sikap juga tidak berpengaruh terhadap kinerja dokter spesialis di RSBM karena pada dasarnya para dokter spesialis memiliki karakteristik motivasi, sikap dan prilaku dalam tatanan psikologis yang rata-rata tidak berbeda atau homogen. Untuk menyimpulkan mengapa semua ini terjadi, peneliti hanya memiliki jawaban hipotesis bahwa faktor homogenitas dari aspek psikologis dokter-dokter spesialis yang dinyatakan pada jawaban kuesioner telah mengakibatkan nilai-nilai tersebut tidak mampu menunjukkan kemaknaan yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Sebagai golongan ilmuwan high achiever seperti yang disebutkan Mc Clelland 1961 dalam Cushway et al 2004 dokter spesialis tidak terpengaruh oleh faktor-faktor individual pengetahuan dan keterampilan dan psikologis motivasi dan sikap dalam berkinerja. Juga didukung tuntunan Kode Etik Kedokteran Indonesia Universitas Sumatera Utara 70 khususnya pasal 3 pada Kewajiban Umum yang berbunyi “Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi“, artinya pelaksanaan profesi kedokteran tidak ditujukan untuk memperoleh keuntungan pribadi, tetapi lebih didasari sikap perikemanusiaan dan mengutamakan kepentingan pasien Idris F, 2006.

5.3. Pengaruh Faktor Organisasi Terhadap Kinerja