UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2.6 Spesifikasi Asam Nitrat dan 1-Butanol
2.6.1 Asam Nitrat Sifat Fisika:
Rumus kimia : HNO
3
Berat molekul : 63,012 gmol
Bentuk 30
o
C, 1 atm : cair
Titik didih : 83,4
o
C Titik leleh
: -41,59
o
C Densitas 20
o
C : 1,502 gmL
Kelarutan dalam 100 bagian - Air dingin
: tak terhingga - Air panas
: tak terhingga Meledak dalam solvent etanol
Viskositas 25
o
C : 0,761 Cp
Panas peleburan Hfus : 10,48 Kjmol
Panas pembentukan Hf : -174,10 Kjmol
Panas penguapan 25
o
C : 39,04 Kjmol
Energi bebas pembentukan 25
o
C : -80,71 Kjmol
Entropy 25
o
C : 155,60 JmolK
Kirk Orthmer, 1996., Yulianto, 2010
Sifat Kimia
Asam Nitrat adalah suatu asam monobasa yang kuat, yang mudah bereaksi dengan alkali, oksida dan senyawa basa dalam bentuk
garam. Asam nitrat merupakan senyawa yang berperan yang berperan dalam proses nitrasi, yaitu sebagai nitrating agent.
Komponen yang dinitrasi adalah benzen, baik dengan adanya asam sulfat ataupun tidak.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2.6.2 1-Butanol
Sifat Fisika
Rumus kimia : C
4
H
10
O Organoleptis
: tak berwarna, cairan kental, bau khas Berat molekul
: 74,12 gmol Bentuk 30
o
C, 1 atm : cair
Titik didih : 117,73
o
C Massa jenis
: 0,811 gmL Kelarutan dalam air pada 3O
o
C : 7,1 berat
Halimatuddahliana, 2004
Sifat Kimia
1-Butanol merupakan senyawa organik yang memiliki ikatan hidrogen sehingga senyawa ini mempunyai titik didih yang tinggi
Halimatuddahliana, 2004.
Gambar 2.12 Struktur Senyawa 1-Butanol
2.7 Gelombang Mikro 2.7.1 Prinsip Umum
Gelombang mikro merupakan gelombang elektromagnet. Gelombang elektromagnet itu sendiri merupakan suatu gelombang
yang tidak memerlukan medium perambatan, dengan kecepatan rambat 3X10
8
mdetik. Gelombang elektromagnet terdiri dari komponen medan listrik E dan medan magnet B yang saling
tegak lurus. Gelombang ini memiliki daerah frekuensi yang sangat besar, yaitu 109-1022 Hz. Sebagian besar spektrum gelombang
mikro digunakan untuk keperluan telekomunikasi Kappe, 2003.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2.7.2 Mekanisme Pemanasan
Pemanasan suatu materi dengan menggunakan gelombang elektromagnetik berfrekuensi tinggi ditimbulkan dari interaksi
komponen medan listrik gelombang elektromagnetik dengan partikel yang memiliki muatan dalam materi sehingga menghasilkan
polarisasi dipolar. Selain itu, terdapat faktor konduksi yang berperan dalam pemanasan terutama pada suhu tinggi Chem-team, 2004.
Fenomena yang berperan dalam pemanasan dengan gelombang mikro adalah adanya konduksi ion. Dalam pengaruh suatu medan
listrik, ion-ion yang terdapat dalam sampel yang dipanaskan akan bergerak dan saling bergesekan sehingga menimbulkan panas.
Migrasi ion ini dipengaruhi oleh ukuran muatan dan konduktivitas ion terlarut. Faktor yang mempengaruhi konduksi ion adalah
konsentrasi, mobilitas ion, dan temperatur larutan Neas, E.D M.J. Collins, 1988.
2.7.3 Instrumentasi Oven Gelombang Mikro Belinda, 2011
Instrumentasi gelombang mikro yang digunakan untuk pemanasan terdiri dari enam komponen utama, yaitu:
Magnetron, merupakan tabung hampa elektronik penghasil gelombang mikro. Fungsinya adalah memancarkan gelombang
mikro ke sebuah kincir yang terbuat dari logam yang disebut stirrer.
Pengarah gelombang wave guide Cavity, merupakan tempat dimana sampel akan diiradiasi
dengan gelombang mikro. Berdasarkan jenis cavity, instrumen gelombang mikro terdiri dari dua macam reaktor utama, yaitu
reactor monomadesingle mode dan multimode. Stirrer, alat ini akan berputar selama magnetron memancarkan
gelombang mikro sehingga gelombang tersebut terpancarkan dan terdistribusi secara merata ke dalam ruang pemanasan dari
oven gelombang mikro.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sirkulator Turntable
Gambar 2.11 Instrumentasi Oven Microwave Belinda, 2011
2.8 Identifikasi 2.8.1 Kromatografi
Kromatografi didefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu proses nitrasi migrasi diferensial dinamis dalam
sistem yang terdiri dari dua fase atau lebih, salah satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah tertentu dan
didalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya perbedaan dalam adsorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap,
ukuran molekul atau kerapatan muatan ion. Dengan demikian masing- masing zat dapat diidentifikasi atau ditetapkan dengan metode analitik
Departemen Kesehatan, 1995.
a. Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis adalah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan yang memisahkan, yang terdiri atas bahan
berbutir-butir fase diam, ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah
berupa larutan ditotolkan dalam bentuk bercak atau pita awal. Setelah pelat atau lapisan ditaruh di dalam bejana tertutup rapat
yang berisi larutan pengembang yang cocok fase gerak, pemisahan terjadi selama perambatan kapiler pengembangan.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan dideteksi Stahl Egon dalam Khoirunni’mah, 2012.
Diantara berbagai jenis teknik kromatografi, kromatografi lapis tipis adalah yang paling banyak digunakan untuk analisis
obat di laboratorium farmasi. Metode ini hanya memerlukan investasi kecil untuk perlengkapan dan menggunakan waktu yang
singkat untuk menyelesaikan analisis 15-60 menit, memerlukan jumlah cuplikan yang sangat sedikit kira-kira 0,1 g. Selain itu,
hasil palsu yang disebabkan oleh komponen sekunder tidak mungkin
terjadi, kebutuhan
ruangan minimum,
dan penanganannya sederhana Stahl Egon dalam Khoirunni’mah,
2012. Prinsip KLT yaitu perpindahan analit pada fase diam karena
pengaruh fase gerak. Proses ini disebut elusi. Semakin kecil ukuran rata-rata partikel fase diam dan semakin sempit kisaran
ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal efeisiensi dan resolusinya. Fase gerak yang dikenal sebagai
pelarut pengembang akan bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan ke atas ascending, atau
karena pengaruh gravitasi pada pengembangan secara menurun descending Rohman, 2007.
Menurut Farmakope Indonesia IV, tatalaksana identifikasi senyawa dengan KLT adalah sebagai berikut: Totolkan larutan uji
dan larutan baku menurut cara yang tertera pada masing-masing monografi dengan jarak antara lebih kurang 1,5 cm dan lebih
kurang 2 cm dari tepi bawah lempeng, dan biarkan mengering tepi bawah lempeng adalah bagian lempeng yang pertama kali
dilalui oleh alat saat membuat lapisan pada waktu melapiskan zat penjerap. Beri tanda pada jarak 10 cm hingga 15 cm di atas titik
penotolan. Tempatkan lempeng pada rak penyangga hingga tempat penotolan terletak di sebelah bawah, dan masukkan rak ke